Diberhentikan dari Ketum Ndaru, Aditya Yusma: Bentuk Ketaatan Kepada Guru Habib Luthfi

INDOPOSCO.ID – Dalam pernyataan terbaru yang cukup mengejutkan, Aditya Yusma, pendiri dan mantan Ketua Umum Perkumpulan Ndaru (Nderek Guru), mengklarifikasi kabar mengenai pengunduran dirinya. Menurutnya, ia tidak mengundurkan diri sebagai ketua umum, tetapi diberhentikan berdasarkan keputusan internal organisasi.
“Saya tidak mengundurkan diri sebagai Ketua Umum, tetapi Alhamdulillah saya diberhentikan. Saya menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. Sebagai tindak lanjut, saya juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari keanggotaan Ndaru sepenuhnya,” ujar Aditya ditemui indopos.co.id di Jakarta, Jumat (6/12/2024).
Keputusan ini, menurut Aditya, adalah bentuk ketaatan kepada perintah guru spiritualnya, Maulana Habib Lutfi bin Yahya, yang merupakan sosok sentral di balik pendirian Ndaru.
Aditya mengaku bahwa perjalanan bersama Ndaru merupakan bagian penting dari hidupnya. Sebagai pendiri dan inisiator, ia menggambarkan organisasi ini seperti anak yang ia lahirkan, besarkan, dan biayai hingga menjadi besar. Di bawah kepemimpinannya, Ndaru berkembang pesat dengan membangun 30 DPW di tingkat provinsi, lebih dari 100 DPC di kabupaten/kota, hingga memiliki perwakilan di Amerika Serikat.
“Saya mendirikan, menggagas, dan membesarkan Ndaru dari nol. Jadi, wajar jika ada rasa sedih ketika saya harus meninggalkan sesuatu yang telah menjadi bagian hidup saya,” ungkapnya.
Dalam Pilpres 2024, dikatakan dia, Ndaru menjadi salah satu elemen pendukung pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Aditya menjelaskan bahwa seluruh kegiatan kampanye yang dilakukan Ndaru dibiayai secara mandiri oleh para anggota dan simpatisan, tanpa menerima dana dari Tim Kampanye Nasional (TKN).
“Kami tidak meminta dana dari TKN, dan tidak ada sepeser pun dana yang diberikan. Kami bergerak dengan dana pribadi, berkat dukungan keluarga, dewan pembina, dan simpatisan. Semua ini adalah bentuk cinta kepada guru kami, Maulana Habib Lutfi, yang mendukung pasangan Prabowo-Gibran,” jelasnya.
Kampanye Ndaru yang masif tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua, dilakukan atas dasar gotong royong dan loyalitas kepada ajaran sang guru.
Ia menerima pemberhentian dirinya tanpa pertanyaan, sanggahan, atau pembelaan. Ia menyebut perintah itu datang dari Dewan Pembina Ndaru, yang dikoordinasikan oleh Habib Soleh Alatas. “Ketika perintah itu datang, saya hanya bisa menjawab sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami patuh). Tidak ada ruang untuk bertanya, apalagi membantah. Ini adalah perintah guru, dan kami wajib tegak lurus,” tegasnya.
Namun, ia juga melihat momen ini sebagai waktu untuk fokus pada keluarga. “Setahun terakhir saya terlalu sibuk dengan Ndaru. Waktu untuk anak-anak dan istri hampir habis. Sekarang, saya ingin kembali ke rumah, menjadi ayah yang hadir, suami yang mendampingi, dan mengejar hobi sederhana seperti berbincang dengan alam,” katanya.
Dia berharap agar Ndaru terus berkembang dan memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia. Ia juga menyatakan dukungan tegaknya kepada pasangan Prabowo-Gibran, dengan keyakinan bahwa guru spiritualnya merestui langkah tersebut.
“Ndaru adalah anak saya, dan saya ingin melihatnya terus tumbuh besar. Meski tidak lagi menjadi bagian dari organisasi ini, saya tetap mendoakan yang terbaik. Kepada pasangan Prabowo-Gibran, saya tegak lurus, mengikuti arahan guru kami, Maulana Habib Lutfi,” pungkasnya. (her)