Kolaborasi dengan BRIN, BPOM Bakal Terapkan Kecerdasan Buatan Untuk Ini

INDOPOS.CO.ID – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bakal mengadopsi kecerdasan buatan untuk mendukung keamanan pangan nasional. Hal ini dilakukan untuk menghadapi insiden keamanan pangan.
Plt. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, BPOM Ema Setyawati menekankan peranan registrasi pangan sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan pemerintah. Peranan tersebut untuk mewujudkan keamanan pangan atas pengawasan keamanan mutu dan gizi yang terkandung di dalamnya.
“AI berpeluang untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan penyimpangan atas mutu dan keamanan produk olahan pangan, serta memitigasi terhadap insiden keamanan pangan,” ujar Ema Setyawati di Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Ia mengatakan upaya BPOM mengadopsi AI akan mengakselerasi transformasi digital BPOM dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Apalagi BPOM memiliki modal yang kuat, khususnya dengan indeks SPBE 4,08 dengan predikat Sangat Baik dan komitmen pelayanan yang tinggi, sangat memungkinkan BPOM untuk mengadopsi AI.
Kegiatan tersebut akan menghadirkan pembicara kunci yaitu Asisten Deputi Perumusan Kebijakan dan Koordinasi Penerapan SPBE Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Cahyono Tri Birowo.
“Capaian BPOM dalam penggunaan PDN dan digitalisasi proses pendaftaran pada 66 layanan perizinan BPOM. E-Registration pada Direktorat RPO-BPOM telah menjadi pioneer sejak 2012 dengan proses registrasi berbasis digital 100 persen,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Tim Peneliti Riset Kolaborasi BPOM-BRIN, Bahtiar Rifai menyebut, indeks keamanan pangan Indonesia bernilai 60,2 atau urutan 63 dari 113 negara dan masih lemah di aspek ketersediaan, kualitas dan keamanan serta keberlanjutan.
Lalu, terkait kesiapan BPOM dalam mengadopsi AI untuk E-REG RBA berada pada level potensial dua dari empat skala kesiapan. BPOM memiliki kekuatan pada pilar Data dan Infrastrukur, Teknologi dan Inovasi, serta SDM dan budaya organisasi yang mencapai kematangan pada level Adaptor.
“Dengan kekuatan tersebut BPOM sangat memungkinkan untuk mengadopsi AI dalam pengambilan keputusan untuk mengeluarkan nomor ijin edar (NIE) melalui checking kelengkapan dokumen, keabsahan/ kebenaran dokumen dan simulasi rekomendasi hasil evaluasi,” katanya.
Untuk mewujudkan adopsi AI di BPOM, Bahtiar menekankan kebutuhan investasi yang besar infrastruktur TIK untuk pengembangan AI. Lalu transformasi SDM dan budaya, agar dapat sinergis antara teknologi dan manusia serta penyiapan regulasi, AI ethics dan data security. (nas)