Nasional

Legislator Minta BPIP Waspadai TikTok dan Facebook yang Dianggap Jadi Ideologi Gen Z

INDOPOSCO.ID – Tingginya penggunaan platform TikTok dan Facebook yang dilakukan oleh Gen Z dinilai sudah menjadi sebuah ideologi sebagian rakyat Indonesia, khususnya Generasi Z. Menyikapi hal itu Anggota Komisi II DPR. Hugua meminta Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tidak lengah.

“Yang paling mendasar sekarang, Pak, sekarang Gen Z, it’s amazing, Pak, komposisi penduduk kita Gen Z yang mereka ini sebetulnya ideologinya adalah TikTok, ideologinya adalah Facebook,” kata Hugua saat rapat kerja di Komisi II DPR, dengan BPIPJakarta, Selasa (11/6/2024).

“Betapa kita bayangkan generasi ke depan seperti apa kalau BPIP lemah,” sambung Hugua.

Dia pun mengaku prihatin lantaran anak-anak nIndonesia menghabiskan rata-rata 4 jam setiap hari untuk mengakses TikTok. Menurutnya, mereka bahkan melupakan kewajiban agamanya.

“Hampir 4 jam rata-rata orang Indonesia habiskan waktu di TikTok, sementara kewajiban agamanya hampir tidak lagi dilihat oleh anak-anak kita, saya kira kita sadar ini semua, juga menyangkut nilai-nilai ideologi negara, hampir tidak pernah lagi mereka lihat, yang ada hanya senyum-senyum melihat TikTok,” ucapnya.

Atas dasar itulah Politisi PDIP ini mengaku khawatir apakah Indonesia masih ada 30 tahun lagi dengan kondisi seperti saat ini. Dia mewanti-wanti suatu negara bisa hilang jika ideologinya tidak lagi diajarkan. Dia meminta BPIP harus kuat.

“Saya tidak bisa bayangkan apakah negara ini masih ada 30 tahun kemudian. Sudah banyak sejarah-sejarah bagaimana Yugoslavia tinggal kenangan. Intinya kalau ideologi negara sudah tidak diajarkan kembali dan tidak secara masif, maka sebuah bangsa bisa hilang,” ujar dia.

Berkaitan dengan itu, Hugua pun membahas terkait peran BPIP. Dia menilai sudah saatnya untuk memperkuat lembaga BPIP.

“Memang ini tantangan kita, beban BPIP ini menurut saya, saya pun setuju kalau ditingkatkan posisinya, dengan undang-undang. Coba mulai dikaji pak, mulai dipikirkan penataran berjenjang itu coba dilihat kembali, karena tantangan menghadapi ke depan ini tantangannya berat sekali, dengan alur hampir tak ada batas, dengan globalisasi double digit barangkali apa pun yang terjadi, ini saya kira tantangan BPIP ini sebagai ideologi negara begitu pentingnya, Pak,” jelasnya.

Dia berharap BPIP tidak sekadar membuat kurikulum atau mencetak hasil kajian saja. “Sehingga tidak sekadar lembaga ini membuat kurikulum dan lepas, tidak sekadar mengkaji kaji lalu hasil kajian itu berbentuk kertas yang tidak bermakna. Kalau perlu diturunkan ke bawah lebih berjenjang lagi,” tutupnya. (dil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button