Tingkat Keyakinan Masyarakat terhadap Prabowo-Gibran Tak Linier dengan Elektabilitas

INDOPOSCO.ID – Setelah hajat demokrasi pemilihan legeslatif dan pemilihan presiden 2024, pola perilaku pemilih mengalami dinamika. Paling tidak, hal tersebut terpotret dari survei nasiolan oleh Rekapol Research and Consulting mulai 16 – 30 April 2024.
Direktur Eksekutif Lembaga Rekapol Research and Consulting Randi S Latulumarmina mengatakan, survei tersebut dilakukan dengan target populasi adalah masyarakat Indonesia dengan rentang usia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.
Pemilihan sampel menggunakan metode multi stage random. Sebanyak 1.200 responden tersebar di 34 provinsi, pengambilan data dilakukan tatap muka langsung dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen, sementara margin error kurang lebih 2.8 persen.
Salah satu yang dibahas ialah tingkat keyakinan, masyarakat terhadap pemerintahan baru yang akan dijalankan presiden dan wakil presiden periode 2024-2029, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
“Prabowo-Gibran mendapat respons positif, di mana sebanyak 46,4 persen meyakini bahwa Prabowo-Gibran bisa membawa Indonesia lebih baik ke depannya,” kata Randi saat memaparkan hasil survel soal kecenderungan perilaku pemilih pasca-pemilu serentak 2024, Jakarta, Senin (20/5/2024).
Selanjutnya, sebanyak 15,8 persen masih menyatakan ragu-ragu dan 19,5 persen menjawab tidak yakin serta 18,3 persen menjawab tidak tahu.
Analis politik Arif Nurul Imam mengemukakan, sejumlah hal penyebab angka hasil survei tersebut dengan perolehan suara nasional ketika Pilpres 2024 mencapai 58,59 persen. Salah satunya, perilaku pemilih yang dinamis, sehingga terjadi pergeseran.
“Itu tentu karena dinamika dan persepsi masyarakat terhadap Prabowo-Gibran tidak stagnan. Dulu mungkin melihat Prabowo-Gibran bagus, tapi kemudian menjadi menganggap standar saja,” ucap Arif.
Hal tersebut yang menyebabkan kenapa tingkat keyakinan masyarakat terhadap Prabowo-Gibran tidak linier dengan tingkat elektabilitas. Pemilih ketika Pilpres bisa jadi terdoront karena faktor ketidaksukaan.
“Faktor lain, yang saya temukan. Karena faktor kasihan sama Prabowo. Meskipun tidak yakin dengan kinerja Prabowo. Itu lah kemudian, tidak linier dengan elektabilitas,” nilai Arif
“Dinamika pemilih mengalami pasang surut. Pasang surut bergantung banyak faktor, termasuk isu-isu yang mengemuka di publik,” tambahnya. (dan)