Idealnya Miliki 12 Kapal Selam, Indonesia Hanya Punya Empat

INDOPOSCO.ID – Submariner Club Indonesa (SCI) akan menggelar seminar internasioanal 14-15 Mei 2024, di Hotel Borobudur, Jakarta. Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai forum perkenalan teknologi kapal selam dan akan mengundang delapan produsen kapal selam dari berbagai negara. Adapun tujuan forum internasional tersebut untuk menjadi acuan bahan kajian dan analisis bagi penentu kebijakan untuk melakukan pemilihan kapal selam yang handal.
“Seminar dan showcase 2 hari dengan tema “Kapal Selam Masa Depan”. Setidaknya ada delapan produsen dari beberapa negara seperti Perancis, Spanyol, Turki, China dan Korea Selatan dan sebagainya,” ujar Ketua Submariner Club Indonesia, Laksamana Muda TNI (Purn) Didi Setiadi, di kawasan Kodamar, Jakarta Utara, Selasa (26/3/2024).
Kapal selam merupakan salah satu unsur kekuatan militer yang menjadi tolok ukur kekuatan pertahanan suatu negara. Kapal selam memiliki keunggulan dibandingkan kapal perang jenis lain (atas permukaan) dan memiliki fungsi khusus antara lain: intelligence; surveillance; striking force; interception. Kapal Selam dengan mudah menghancurkan kapal lain terutama kapal atas air sementara posisinya sulit dideteksi.
“Saat ini Indonesia hanya memiliki 4 kapal selam, yang idealnya dengan luas laut kita itu setidaknya memiliki 12 kapal selam,” timpal Wakil Ketua SCI, Aji Sularso.
Lebih lanjut mantan Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu mengatakan Indonesia salah satu negara yang anti nuklir. Oleh karena itu, pilihan Indonesia dalam meng akuisisi kapal selam adalah kapal selam non Nuklir. Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan Indonesia untuk memilih kapal selam non Nuklir namun dengan teknologi sistem pendorong yang mampu menyelam lama di laut dan dengan sistem senjata torpedo maupun rudal yang memiliki akurasi dan daya gempur tinggi.
“Untuk harga 1 kapal selam itu bisa mencapai 7-10 trilyun rupiah. Hemat kami Indonesia mampu kok untuk memilikinya,” ucap Aji Sularso optimistis.
Beberapa negara saat ini sedang mengembangkan kapal selam dengan teknologi pendorong AIP (Air Independent Propulsion) dan Lythium Ion Battery (LIB) yang mampu menambah waktu menyelam lebih lama dibandingkan dengan Diesel Elektric dan battery cair (liquid acid). Sebagai perbandingan, kapal selam dengan Diesel Elektrik paling lama menyelam 3 hari dan harus timbul minimal snorkling untuk mengisi battery, kapal selam dengan AIP dapat menyelam selama 14 hari sedangkan kapal selam dengan LIB dapat menyelam selama 78 hari. Produsen kapal selam masa depan yang saat ini banyak bermunculan di pasaran adalah U boat buatan Jerman dengan varian U 212; U 214 atau U218 dengan teknologi AIP dan Scorpene buatan Perancis dengan varian AM 2000 AIP atau varian Evolved yang full LIB. Terdapat empat jenis sistem AIP yang dikenal di dunia internasional yakni Closed Cycle Diesel Engine, MESMA (Modul d’Energie Sous-Marine Autonome / Modul Energi Submarine Autonomous), Stirling, dan Fuel Cell. Masing-masing dari jenis AIP memiliki kekurangan dan kelebihan.
Pilihan sistem persenjataan bagi kapal selam baik dengan AIP maupun LIB adalah Torpedo yang saat ini handal seperti Black Shark; Torpedo SUT dan dapat pula dilengkapi dengan ranjau maupun Rudal seperti Exocet atau Harpoon. Pengadaan Kapal Selam ke depan mengacu kepada sasaran Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Perlu mengacu kepada undang-undang Pertahanan atau Industri Pertahanan.
“Forum seminar ini diperlukan untuk memperkenalkan pilihan teknologi secara lebih rinci dari narasumber produsen kapal selam untuk dijadikan bahan kajian bagi pemerintah,” pungkas Aji seraya menjabarkan dalam seminar akan melibatkan 200 peserta yang terdiri dari TNI AL, Kemhan; KKIP; Perguruan Tinggi, BRIN; perusahaan kapal selam dalam negeri maupun luar negeri. (ney)