Dorong Kesadaran Pemuda Muslim pada Semangat Islam

INDOPOSCO.ID – Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa menggelar dialog ekslusif pada Jumat (7/1/2021). Dialog ini mengusung tema Islam, Kemoderenan dan ke-Indonesian: Perjuangkan Api Islam Bukan Abunya.
Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Arief Rosyid Hasan selaku host mengatakan, dialog ini digagas untuk mendorong kesadaran para pemuda muslim pada semangat Islam. Menurutnya, masih ada anak muda yang merasa telah memperjuangkan semangat Islam, tapi masih terjebak dengan simbol-simbol sehingga melupakan substansi ajaran Islam yang sebenarnya.
Baca juga: Pemuda Diajak Bangkitkan Ekonomi melalui Muslim Leaderpreneur
Arief Rosyid berharap anak muda menyadari jika memperjuangkan ‘api’ Islam sangat berkaitan dengan mendorong ekonomi umat, pengentasan kemiskinan, serta profesionalisme. Ia yakin dengan memperjuangkan ‘api’ Islam, masjid bisa menjadi tempat melahirkan tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Cak Nur dan Gus Dur.
“Kita sering kali bicara tentang bonus demografi yang tulang punggungnya merupakan anak muda. Jika para anak muda sibuk mengikuti wacana yang tidak jelas dan berisi kemarahan, maka akan semakin banyak yang ke arah negatif dan tidak membangun,” ujarnya kepada media melalui keterangan tertulis, Minggu (9/1/2021).
Namun, jika diarahkan kepada hal yang punya maslahat, dirinya yakin anak-anak muda akan memiliki kesadaran untuk ‘membarakan api’ Islam. Menurutnya, diskusi seperti ini akan mendorong ketertarikan orang awam untuk belajar dan mendalami Islam.
“Makanya gerakan ekonomi umat, mendorong intelektual di masjid, mendiskusikan soal pengetahuan sains dan lain-lain, ke depannya akan kita bawa di forum ini,” katanya.
Dalam dialog tersebut, KH. Nur Alam Bachtir seorang Ulama yang menjadi narasumber juga menyampaikan gagasannya dengan membedah tema tersebut menggunakan Al-Qur’an dan Hadist.
Sementara, Presiden PPMI Mesir Periode 2015-2016, H. Abdul Ghofur Mahmudin membahas tema tersebut dari sudut pandang sejarah.
“Tema ini ditulis oleh Bung Karno pada tahun 1940-an. Tema ini berangkat dari kegelisahan Bung Karno pada umat muslim pada masa itu,” kata Abdul Ghofur.
Menurutnya, kemodernan itu bukan dalam konteks budaya barat atau budaya populer. Tapi kemodernan merupakan sikap adaptif terhadap kondisi zaman. Sehingga, Islam adalah agama yang modern dan menyejukkan.(arm)