Nasional

Arief Poyuono Jangan Terjebak Etnosentrisme, Pengamat: Pemilih Jawa Rasional

INDOPOSCO.IDPernyataan Arief Poyuono menuai polemik yang menyebutkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak bisa jadi presiden karena bukan dari suku Jawa. Sebab orang Jawa, akan memilih pemimpin yang berasal dari suku mereka.

Pernyataan Arief Poyuono itu mengarah etnosentrime. Negeri multi etnik ini dinilainya hanya akan dipimpin oleh suku Jawa. Suku lain seolah tertutup untuk terpilih menjadi presiden,” ujar Pengamat komunikasi politik M. Jamiluddin Ritonga melalui gawai, Senin (6/12/2021).

Sikap etnosentrime tersebut, menurut dia, sangat membahayakan perkembangan demokrasi di Indonesia. Sebab, sikap etnosentrisme itu pada umumnya berkembang di negara totaliter.

Baca Juga : Anies Korda Brebes Dukung Anies Baswedan di Pilpres 2024

“Praktik ini sudah dipraktikan Adolf Hitler saat memimpin Jerman. Hitler melalui NAZI terus menerus mengagungkan rakyat Jerman sebagai bagian dari Ras Arya,” katanya.

“NAZI menilai Ras Arya ras paling unggul, karena itu paling berhak memimpin dunia. Ras lain hanya pecundang, karenanya syah untuk dipimpin dan dikuasai,” imbuhnya.

Ia menilai, sikap seperti itu tentu sangat tidak cocok di negara demokrasi. Sebab, mereka akan terus berupaya mendominasi dengan tidak memberi ruang bagi suku lain untuk memimpin.

Baca Juga : Ridwan Kamil Anggap Elektabilitasnya Lumayan untuk Pilpres 2024

“Indonesia dihuni multi etnis, tentu sikap etnosentrisme dapat mengganggu NKRI. Suku lain akan merasa tertutup untuk menjadi presiden. Hal itu dapat membuat frustasi suku lain,” ungkapnya.

Selain itu, masih ujar Jamiluddin, Arief Poyuono juga terlalu mengenalisir orang Jawa. Semua orang Jawa seolah sudah pasti akan memilih sukunya.

“Itu (Generalisasi seperti itu) sangat menyesatkan. Sebab, kalau pola pikir itu yang digunakan, maka semua orang Jawa seolah tipe pemilih emosional,” terangnya.

Padahal, dikatakan dia, realitas politiknya banyak orang Jawa yang termasuk pemilih rasional. Pemilih seperti ini memilih capres bukan karena satu suku atau satu agama, tapi lebih karena dinilainya paling layak dibandingkan capres lainnya.

Pada umumnya, lanjut dia, semakin terdidik pemilih akan semakin rasional dalam memilih capres. Kecenderungan ini yang terus terjadi di Indonesia. Dimana pemilih terbesar saat ini adalah kalangan muda. Mereka ini pada umumnya sudah terdidik.

“Jadi, sinyalemen Arief Poyuono orang Jawa akan memilih dari sukunya tampaknya akan terbantahkan pada Pilpres 2024,” ujarnya. (nas)

Back to top button