DPR: Kilang Pertamina Rata-rata Sudah Tua

INDOPOSCO.ID – Kebakaran yang terjadi di kilang minyak Pertamina bukan kali pertama terjadi. Kejadian serupa pernah terjadi di Kilang Pertamina di Balikpapan, Dumai dan Cilacap. Peristiwa cenderung berulang dan Pertamina gagal mengantisipasi terhadap kondisi kilang-kilang yang sudah tua.
“Saya mengingatkan Pertamina agar jangan menganggap bahwa stok BBM aman dan tidak terdampak karena kebakaran kilang Balongan berarti permasalahan selesai,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Golkar Lamhot Sinaga melalui gawai, Selasa (30/3/2021).
“Masalahnya tidak hanya pada ketersediaan stok BBM, terlalu menyederhanakan persoalan untuk perusahaan besar seperti Pertamina,” imbuhnya.
Kejadian berulang tersebut, menurutnya, safety procedure di Pertamina sangat lemah, dan sangat memalukan untuk perusahaan milik negara. “Jangan sampai muncul pemikiran kalau keamanan stok BBM kita sangat ringkih dan berisiko, karena setiap saat bisa terjadi kebakaran,” katanya.
Ia mengatakan, untuk menghindari kejadian berulang Pertamina harus melakukan asesmen menyeluruh, khususnya terhadap safety procedure di semua kilang dan depo Pertamina di seluruh Indonesia.
“Saya mendesak Pertamina melakukan pemeriksaan mulai dari pertimbangan keselamatan primer ( Primary Safety Considerations), seperti desain tangki, perpipaan tahan api, perangkat pengukur level beserta alarm, perangkat pencegahan kebakaran dan lain-lain,” ungkapnya.
Termasuk, lanjut Lamhot, terkait pertimbangan keselamatan level sekunder, seperti pondasi tangki sesuai standar, deteksi kebocoran, deteksi uap dan gas, pengawasan CCTV dan seterusnya. Serta pertimbangan keselamatan level tertier seperti area keselamatan yang menjamin tidak ada korban masyarakat sekitar.
“Pertamina juga harus mempertimbangkan relokasi kepada masyarakat yang terdekat dengan kilang,” ucapnya.
Ia menyebut, karena kilang pertamina sudah banyak yang sudah tua, seperti kilang Balongan yang beroperasi sejak 1994, Pertamina harus berani mengubah sistem manajemen pemeliharaan peralatan. Hal ini untuk memastikan keandalannya dalam pengoperasian, walaupun ini akan menggerus keuntungan Pertamina.
“Pengujian peralatan secara berkala dan terpisah dari aktivitas operasional untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan peralatan yang bisa memicu kebakaran,” terangnya.
“Kalau memang benar kebakaran ini disebabkan petir, berarti ada peralatan anti petir yang tidak berfungsi normal, padahal teknologi anti petir di kilang ataupun di pabrik adalah sesuatu yg umum,” imbuhnya.
Terhadap peristiwa kebakaran kilang Balongan Indramayu, dikatakan Lamhot, Komisi VI DPR RI akan meminta penjelasan Pertamina mengenai penyebab dan dampak kebakaran kilang Balongan. Selain itu, Komisi VI juga akan meminta penjelasan mengenai mitigasi dan manajemen perubahan terkait safety procedure perangkat keras, perangkat lunak, mode operasi dan kesiapan SDM Pertamina.
“Kami akan meminta pertanggungjawaban Manajemen Pertamina terhadap banyak korban yang diakibatkan oleh kebakaran kilang tersebut, serta meminta jaminan Pertamina bahwa kejadian tersebut tidak akan terulang kembali,” tegasnya. (nas)