Megapolitan

Peringatan HUT ke-80 RI dari TPA Sampah Bantar Gebang

INDOPOSCO.ID – Tahun ini, peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI) berlangsung semarak di seluruh Indonesia.

Tak hanya apel pengibaran dan penurunan bendera merah putih sebagai kegiatan wajib, tapi juga ada beragam perlombaan yang membuat perayaan HUT RI ini semakin meriah.

Hal ini juga yang dilakukan anak-anak di Sekolah Alam Tunas Mulia yang berlokasi di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

Menyebut Bantar Gebang, pikiran langsung mengarah pada tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Setiap hari ratusan kubik sampah Jakarta dibawah ke lokasi ini.

Ada banyak masyarakat yang mengais rejeki dari tumpukan sampah ini. Di tempat inilah Sekolah Alam Tunas Mulia berdiri sejak 13 Oktober 2006.

Satuan pendidikan ini menyelenggarakan pendidikan mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat ini total siswanya 325 anak dengan pengajar sebanyak 35 guru.

Mayoritas mereka yang menempuh pendidikan di sekolah ini adalah anak-anak para pemulung di TPA Bantar Gebang.

Sejak berdiri, sekolak ini memang ditujukan untuk menampung anak-anak pemulung dan miskin yang ingin menuntut ilmu.

Dengan melihat kondisi lingkungan dan anak-anak didik, Sekolah Alam Tunas Mulia sejak awal sudah memutuskan untuk tidak memungut biaya sepeserpun.

Tak hanya program pendidikan, di tempat ini anak-anak juga dilengkapi dengan kegiatan keagaman, pengetahuan dan kesehatan, termasuk usaha dan pemberdayaan ekonomi bagi pemulung.

“Saat ini yang sudah berjalan adalah budidaya ikan, maggot dan pertanian. Produksi manggot sudah mencapai 50 kilogram per hari untuk pakan ternak,” kata Juwarto, Ketua Yayasan Tunas Mulia Bantar Gebang.

Dari sekolah ini, sudah ada enam anak yang sukses meraih gelar sarjana.

“Ada 4 orang yang sedang kuliah dan lulusan Diploma III ada 4 orang. Jumlah lulusan terbanyak adalah PAUD yakni 1.225 anak,” sebut Juwarto.

Sementara itu, Pembina Yayasan Tunas Mulia, Edi Permadi mengaku bangga pada yayasan yang telah membina sekolah gratis untuk anak-anak pemulung ini.

“Pak Juwarto, Pak Nadam dan guru-guru disini adalah manusia pilihan yang luar biasa. Ini sesuai dengan Asta Cita yang keempat terkait dengan pembangunan SDM (sumber daaya manusia),” kata Edi.

Edi yang juga Tenaga Profesional di Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) ini menegaskan, pendidikan adalah hak setiap warga negara.

Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk bisa keluar dari situasi atau kondisi kemiskinan. Tentu tugas pertama menyediakan pendidikan yang layak adalah negara.

“Namun tidak semua tanggung jawab tersebut dilimpahkan pada negara. Setiap warga negara khusus yang mampun juga dipanggil untuk berkontribusi membangun atau mendukung pendidikan,” jelas Edi, yang bertindak sebagai Pembina Upacara Penurunan Bendera, pada Minggu, (17/8/2025).

Ia mengatakan, masih banyak tempat di Indonesia yang pendidikannya masih mengalami keterbelakangan. Ini menjadi tugas setiap warga negara untuk membantu, baik dari sisi finansial, pemikiran maupun sarana dan prasarana. (rmn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button