Ucapan Bela Sungkawa Anies Baswedan untuk Paus Fransiskus Tuai Pro dan Kontra Warganet

INDOPOSCO.ID – Meninggalnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025, meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik dan masyarakat dunia. Ucapan belasungkawa pun mengalir dari berbagai tokoh dunia, termasuk dari politikus Indonesia, Anies Baswedan.
Dikutip dari akun X pribadinya, @aniesbaswedan pada Selasa (22/4/2025), Anies pun menyampaikan rasa dukanya dengan tulisan sebagai berikut:
_”Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Dunia berduka atas wafatnya YM Paus Fransiskus, seorang pemimpin yang melampaui sekat agama, menyapa dunia dengan welas asih, membela kaum papa dengan keteguhan hati, dan menjunjung tinggi martabat keadilan._
_Paus Fransiskus bukan hanya gembala bagi umat Katolik, tetapi juga suara moral dunia yang tidak gentar bersuara lantang bagi yang lemah dan tertindas. Dari lorong-lorong kumuh kampung halamannya di Buenos Aires, hingga seruan damai untuk Gaza, ia adalah penjaga nilai-nilai kemanusiaan universal._
_Dalam zaman yang sering gaduh oleh kepentingan, Paus Fransiskus berdiri tenang membela Palestina, menyerukan perdamaian, dan mengingatkan bahwa kekuasaan tak berarti jika tak berpihak pada yang lemah._
_Indonesia kehilangan sahabat yang lembut tutur, namun tegas sikapnya dalam memperjuangkan kasih dan keadilan. Semoga suara dan teladannya akan terus hidup dalam nurani dunia.”_
Usai diunggah, ucapan Anies menuai reaksi beragam dari warganet. Sebagian memuji sikap empati dan penghormatan Anies terhadap sosok pemimpin spiritual dunia, sementara sebagian lain mengkritik penggunaan kalimat istirja yakni Innalillahi wa inna ilaihi raji’un yang lazim digunakan dalam tradisi Islam saat mendengar kabar duka, terutama untuk sesama Muslim.
Beberapa netizen menyayangkan pilihan kalimat tersebut, menilai seharusnya eks Calon Presiden 2024 itu menggunakan ungkapan yang lebih universal seperti “Rest in Peace”. Tak sedikit yang menudingnya berusaha mengambil hati kelompok tertentu menjelang kontestasi politik.
“Ketahuan pengen jadi Plesiden, ngambil hati minoritas tapi Innalillah… takut ya pake Rest in Peace,” komen akun @SiBangJoe.
“Maaf pak, untuk skrg sy tdk bs mendukung perkataan anda karna memang melenceng dr ajaran Islam. Toleransi boleh tapi jangan kebablasan. Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Tolong jgn pakai kata² Islam utk menyampaikan duka cita. Pakai saja kata general. Biarpun dia membela Palestina,” sahut akun @Putriyanti30.
Meski demikian, ada pula yang membela Anies, menilai kalimat istirja sebagai bentuk ekspresi pribadi berdasarkan keyakinan, bukan penilaian terhadap agama mendiang.
“liat komen malah masalahin penyebutan Innalillahi.. padahal gaada yang salah. itu kan bukan doa. kecuali kalo anies bilang “allahumaghfirlahu warhamhu..” baru tu salah,” timpal akun @sunscreen25.
“Ya ampun, masih pada salah paham soal penggunaan istirja, kalimat istirja itu digunakan ketika seorang umat “tertimpa musibah” atau “melihat musibah” sebagai pengingat tempat kembali kita. Orang meninggal itu musibah, tolong jangan tunjukkan kurangnya ilmu kalian dengan emosi,” jelas akun @hisu_nanaya.
Istirja sendiri merupakan ungkapan dalam Islam yang berarti “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.” Kalimat ini sering diucapkan sebagai bentuk kepasrahan dan doa saat menghadapi musibah atau kematian. (her)