Headline

Bagaimana Bulan Biru Terjadi, Ini Penjelasan LAPAN

INDOPOSCO.ID – Pada umumnya dalam sebuah musim astronomi (yang ditandai oleh solstis atau ekuinoks) dapat terjadi tiga kali bulan purnama. Hal ini disebabkan durasi musim gugur dan musim dingin rata-rata 89,5 hari, sedangkan durasi untuk musim semi (belahan utara) dan musim panas (belahan utara) rata-rata 93 hari.

Pernyataan tersebut diungkapkan Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Andi Pangerang dikutip dari laman resmi LAPAN, Minggu (22/8/2021).

Andi mengatakan, rata-rata lunasi (satu siklus periode sinodis bulan mengelilingi bumi) sebesar 29,53 hari. Sehingga 89,5 : 29 ,53 = 3,03 atau dibulatkan menjadi 3. Akan tetapi, jika bulan purnama pertama terjadi dekat dengan awal musim, maka memungkinkan dalam sebuah musim astronomi terjadi empat kali bulan purnama.

“Inilah yang disebut sebagai bulan biru atau blue moon,” katanya.

Lebih jauh dia mengungkapkan, dalam kalender Masehi, ada tujuh bulan yang berumur 31 hari dan ada empat bulan yang berumur 30 hari. Nilai ini lebih besar dari rata-rata lunasi yakni 29,53 hari.

“Jika bulan purnama terjadi sekitar awal bulan Masehi, maka memungkinkan dalam sebuah bulan di kalender Masehi terjadi dua kali bulan purnama. Bulan purnama kedua dalam sebuah bulan di kalender Masehi inilah yang disebut juga sebagai bulan biru,” terangnya.

Ia menegaskan, fenomena bulan biru tidak mungkin terjadi pada bulan Februari. Karen umur bulan Februari lebih kecil dari 29,53 hari. Bahkan pada tahun-tahun tertentu, bulan Februari tidak mengalami bulan purnama sama sekali.

“Bulan hitam memungkinkan terjadi jika pada bulan Januari dan Maret terjadi bulan biru. Bulan biru yang terjadi 2 kali dalam setahun disebut juga sebagai bulan biru ganda (Double Blue Moon),” terangnya.

“Dan tidak harus terjadi pada bulan Januari dan Maret saja. Fenomena ini cukup langka terjadi, antara tiga hingga lima kali dalam satu abad. Pernah terjadi pada 2018 dan 1999, dan akan terjadi kembali pada 2037, 2075 (tidak dialami Amerika Selatan, Eropa, Afrika dan Australasia) serta 2094,” imbuhnya. (nas)

Back to top button