Gaya Hidup

Sebuah Perjalanan Keluarga ke Yogyakarta yang Mencuri Hati

INDOPOSCO.ID – Berangkat dari Bogor, Jawa Barat (Jabar), saya bersama mama, ayah, dan adik memulai perjalanan keluarga yang penuh dengan kehangatan.

Selasa, 9 Juli 2024, menjadi awal dari petualangan kami yang akan terekam dalam ingatan sebagai kisah perjalanan yang tak terlupakan. Tepat pukul 08.00 pagi, saya berangkat menuju Stasiun Senen di Jakarta menggunakan KRL.

Sesampainya di Stasiun Senen, Jakarta, kami berpindah ke kereta api Gaya Baru Malam Selatan, yang akan membawa kami menuju Yogyakarta. Di dalam kereta, saya tenggelam dalam keindahan pemandangan alam yang berubah seiring perjalanan.

Mulai dari pemandangan sawah hijau, pegunungan yang menjulang, serta langit senja yang perlahan menggelap. Tak terasa waktu pun berlalu, dan pada pukul 07.00 malam, kami akhirnya tiba di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta.

Meskipun tujuan awal kami adalah menjelajahi keindahan alam Gunung Kidul, waktu yang sudah larut membuat kami harus menunda rencana itu. Kami pun memutuskan untuk menginap di sebuah hotel di Malioboro.

Di hotel yang sederhana namun nyaman itu, kami beristirahat sejenak, sambil mempersiapkan diri untuk memulai petualangan keesokan harinya.

Pagi hari pun tiba, setelah menikmati sarapan di hotel, kami pun berangkat menuju Gunung Kidul dengan mobil. Dalam perjalanan sepanjang kurang lebih 70 km yang kami tempuh selama dua jam, saya terus terpukau oleh panorama alam yang memesona.

Langit biru yang terbentang luas, udara segar yang menyapu wajah, dan pepohonan rindang di sepanjang jalan, semua menyatu menciptakan pemandangan yang luar biasa indahnya.

Tak lupa, kehadiran tour guide yang juga berperan sebagai sopir kami menambah keakraban dan keceriaan dalam perjalanan kami.

Pantai Parangtritis

Sebelum mencapai tujuan utama, kami sempat mampir di Pantai Parangtritis, salah satu pantai yang paling terkenal di Yogyakarta.

Kami tiba di sana pada pukul 11.00 siang. Suasana pantai yang penuh dengan suara deburan ombak serta pasir pantai yang terhampar luas, langsung menyambut kami dan membuat kami bermain dengan bahagia dan mengambil foto Bersama disana.

Di tengah keseruan itu, saya mendapati sebuah pemandangan yang luar biasa. Saya menemukan hilir dari salah satu sungai yang mengalir ke pantai.

Pengalaman ini merupakan pengalaman pertama saya melihat hilir Sungai. Hal terssebut seakan membuka mata saya akan keindahan alam yang tersembunyi, yang membuat saya semakin jatuh cinta pada keindahan alam Yogyakarta.

Obelix Sea View

Setelah puas menikmati keindahan Pantai Parangtritis, tepat pukul 12.00 siang, kami kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Obelix Sea View. Perjalanan singkat selama 30 menit membawa kami ke destinasi berikutnya.

Sesampainya di sana pada pukul 12.30 siang, langkah pertama kami adalah menunaikan salat Dzuhur, sebagai bentuk syukur dan penghormatan atas perjalanan yang telah dilalui.

Tak lama setelah itu, kami mulai mengeksplor Obelix Sea View yang menawarkan kombinasi harmonis antara keindahan alam dan fasilitas wisata modern.

Rasa lapar pun mulai menyapa, sehingga kami menuju ke restoran yang bernama Element Oceanside Dining yang ada di tempat wisata ini. Di sana, kami memesan hidangan-hidangan istimewa seperti grilled salmon fillet dengan black pepper sauce, spaghetti carbonara, beef burger, dan Meat Lover pizza.

Untuk menyeimbangkan rasa gurih dan segar, kami menikmati camomile tea serta strawberry smoothie yang menyegarkan. Meskipun total biaya makan siang kami mencapai sekitar Lima Ratus Ribu Rupiah, pemandangan yang menakjubkan dari restoran yang menghadap langsung ke Pantai Parangtritis membuat uang yang kami keluarkan untuk makan siang terasa sangat berharga.

Setelah selesai makan siang, kami pun kembali mengeksplor Obelix Sea View sambil mengambil beberapa foto keluarga dengan latar belakang panorama laut yang memesona. Waktu pun berlalu, sore itu, tepat pukul 04.00, kami menunaikan salat Ashar, dan segera meninggalkan area wisata untuk melanjutkan perjalanan menuju resort yang telah kami booking.

Inessya Resort

Setelah menempuh perjalanan sekitar 35 km selama 50 menit, pukul 05.00 sore kami tiba di Inessya Resort. Pandangan pertama di resort ini membuat saya terpesona. Resort ini tidak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga kehangatan pelayanan dari staf yang sangat ramah.

Setelah check-in dan menata barang di kamar, rasa penasaran membuat kami menjelajahi setiap sudut resort. Ternyata, Inessya Resort memiliki akses langsung ke beberapa pantai terkenal di Gunung Kidul, seperti Pantai Mesra dan Pantai Mbuluk.

Tak ingin melewatkan kesempatan, kami segera menuju ke Pantai Mesra. Suasana malam di pantai tersebut sungguh menakjubkan. Deburan ombak yang indah, cahaya bulan purnama di langit, dan udara sejuk malam hari, menciptakan suasana yang sangat syahdu.

Momen itu benar-benar mengisi hati dengan ketenangan, seolah alam mengajak kami untuk sejenak merenung dan menikmati keindahan yang ada. Setelah menikmati indahnya malam di Pantai Mesra, kami kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap untuk beristirahat.

Keesokan paginya, tepat pukul 08.00, kami menimkanti sarapan di restoran resort dengan nasi goreng hangat dan aneka buah segar. Momen ini semakin istimewa karena ditemani oleh panorama alam yang memukau.

Setelah sarapan, kami pun bergegas menuju Pantai Mbuluk untuk bermain air. Kami bermain air hingga pukul 10.00, waktu berjalan begitu cepat, namun momen tersebut berhasil menciptakan kenangan yang mendalam dan penuh kegembiraan bersama keluarga.

Setelah puas bermain di Pantai Mbuluk, saatnya kami bersiap-siap untuk check out. Sebelum benar-benar pergi, kami singgah kembali ke restoran resort untuk menikmati makan siang dan mengabadikan foto-foto kenangan.

Hidangan istimewa seperti Fish & Chips a la Segara, Calamari Goreng Tepung, Garlic Butter Prawn, serta minuman Sparkling Blue Ocean dan es kelapa muda utuh, menyempurnakan makan siang kami.

HeHa Ocean View

Selanjutnya, perjalanan kami dilanjutkan menuju Heha Ocean View. Setibanya di area parkir, kami menyadari bahwa jalan menuju pintu masuk cukup menanjak. Tak ingin repot, kami menyewa ojek lokal yang dengan ramah mengantar kami untuk sampai ke pintu masuk.

Di Heha Ocean View, kami menggunakan shuttle yang disediakan untuk mengeksplor area wisata. Tak ketinggalan, kami mampir ke sebuah toko gelato yang menawarkan berbagai rasa unik. Dengan perut yang kenyang dan hati yang puas, kami pun melanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya.

Krasan Cafe And Resto

Petualangan kami kemudian membawa kami ke Bantul, Yogyakarta, untuk menikmati suasana di Krasan Cafe And Resto. Kami tiba di sana tepat pukul 06.00 sore.

Karena rasa lapar yang semakin mendesak, kami segera memesan makanan di restoran tersebut. Setelah menikmati hidangan yang lezat, kami menjelajahi area Krasan Café and Resto yang ternyata menyimpan kejutan menarik.

Terdapat sebuah mini zoo di sisni. Kkami bermain dengan kelinci-kelinci yang menggemaskan, serta menikmati pemandangan kolam ikan yang dihuni oleh ikan koi cantik.

Sahid Raya Hotel

Setelah puas mengeksplor Krasan Cafe And Resto, kami pergi ke Sahid Raya Hotel. Dengan jarak tempuh sekitar 10 km yang kami tempuh selama 20 menit, kami tiba di hotel pada pukul 09.00 malam.

Kondisi fisik yang sudah lelah membuat kami memilih untuk tidak banyak berkeliling, melainkan langsung mandi, beristirahat, dan menyimpan kenangan hari itu dalam keheningan malam.

Keesokan harinya, pagi kembali menyapa. Tepat pukul 08.00, kami turun untuk menikmati sarapan di hotel. Menu yang disajikan sangat bervariasi, mencerminkan kekayaan kuliner khas Jogjakarta.

Di antara hidangan lezat yang kami coba, ada wedang ronde menjadi pengalaman baru bagi saya. Meskipun rasanya kurang cocok di lidah saya, dengan mencicipi kuliner lokal ini menambah pengalaman bagi saya.

Setelah sarapan, kami kembali menjelajahi sudut-sudut hotel. Dinding-dinding yang dihiasi lukisan dan hiasan tradisional membuat kami terpesona dan tak berhenti mengambil foto.

Keindahan arsitektur dan dekorasi hotel menyimpan cerita yang begitu kental dengan budaya lokal, memberikan nuansa klasik yang berpadu sempurna dengan modernitas.

Setelah menjelajahi hotel, kami kembali ke kamar untuk bersiap-siap check out. Sebelum meninggalkan hotel, kami singgah ke Senopati Lounge by Sahid Raya Hotel untuk makan siang di sana.

Hidangan seperti pisang goreng Senopati, sirloin steak, pan seared salmon, cappuccino, dan classic shake strawberry menjadi makanan penutup bagi kami.

Perpisahan

Tidak lupa, kami meluangkan waktu untuk membeli oleh-oleh sebelum menuju stasiun. Di Parbrik Bakpia Pathok 25, kami memborong bakpia pathok dan juga membeli bakpia kukus Tugu Jogja.

Setelah berbelanja oleh-oleh, kami pun menuju Stasiun Lempuyangan. Di sana, kami berpamitan dengan tour guide yang telah menemani perjalanan dengan penuh keramahan dan kehangatan. Dengan perasaan campur aduk antara senang dan sedih, kami menunggu kereta yang akan membawa kami kembali.

Tepat pukul 05.00 sore, kereta pun tiba. Momen perpisahan dengan kota Jogja terasa berat, saat kereta mulai berangkat, saya sempat memandang keluar jendela dengan mata penuh harap dan keinginan agar suatu saat nanti saya dapat kembali ke Jogja, untuk menemukan lagi keindahan yang tak pernah habis untuk diceritakan.

Akhirnya, cerita perjalanan ini pun berakhir di saat kami kembali ke Bogor, dengan perasaan yang campur aduk antara kelegaan dan kerinduan terhadap Yogyakarta.

Namun, setiap kenangan yang terlukis telah menyatu di dalam hati dan ingatan, yang akan selalu menginspirasi saya dalam menjalani hari-hari berikutnya. (srv)

Dikisahkan oleh :

Siti Rizka Aulia
Mahasisiwi Komunikasi Digital dan Media
Sekolah Vokasi IPB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button