Ekonomi

Ekonom: Anggaran Modernisasi Alat Utama dan Sarpras Polri Capai Rp52,7 Triliun

INDOPOSCO.ID – Amnesty International menyoroti tindakan yang tidak proporsional seperti gas air mata, pemukulan, dan penangkapan sewenang‑wenang sebagai pelanggaran hak berkumpul.

“Ironi terbesar dari tragedi (aksi demonstrasi belakang ini) adalah kontras antara besarnya anggaran Polri dengan kualitas pelayanan publik dan pengamanan aksi,” ujar Ekonom Achmad Nur Hidayat melalui gawai, Senin (1/9/2025).

Ia menyebut, data dari Kementerian Keuangan alokasi anggaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri) meningkat dari Rp102,2 triliun pada 2021 menjadi Rp145,6 triliun untuk 2026.

Lalu, kata Hidayat, anggaran di 2026 diarahkan ke program profesionalisme Sumber Daya Manusia/SDM (Rp1,2 triliun), penyelidikan (Rp3,6 triliun), modernisasi alat utama dan sarana prasarana (Rp52,7 triliun) serta dukungan manajemen yang mencapai Rp73 triliun.

“Realisasi belanja 2025 hingga Juni baru 48,67 persen dengan penyerapan Rp69,1 triliun,” bebernya.

Selain itu, lanjut dia, Polri meminta tambahan anggaran Rp63,7 triliun untuk tahun anggaran 2026. Tambahan anggaran tersebut, menurutnya, publik mempertanyakan justifikasi tambahan itu karena porsi terbesar adalah belanja barang dan modal, area yang rentan korupsi.

“Publik juga mencatat 46 persen sentimen publik terhadap tugas pemeliharaan ketertiban negatif,” ungkap Hidayat.

Ia mengatakan, permintaan naiknya anggaran 37 persen dari Rp126,6 triliun menjadi Rp173,4 triliun tidak sejalan dengan semangat efisiensi pemerintah. Dana besar seharusnya dialihkan ke pendidikan atau bantuan sosial.

“Sayangnya, transparansi penggunaan anggaran Polri minim. Program “dukungan manajemen” bernilai Rp73 triliun tidak dijelaskan rinci,” ucapnya.

“Pada saat yang sama, Polri memamerkan robot polisi seharga hampir Rp3 miliar per unit dalam upacara HUT (Hari Ulang Tahun) Bhayangkara Juli 2025 lalu,” imbuhnya.

Sebelumnya, malam 28 Agustus 2025 mencatat luka baru bagi demokrasi Indonesia. Seorang pemuda berusia 21 tahun, Affan Kurniawan, pekerja keras yang sehari‑hari menjadi pengemudi ojek online (ojol), pulang tak bernyawa.

Ia baru saja mengantarkan pesanan dan hendak menjemput penumpang ketika demonstrasi menuntut perbaikan upah dan menolak tunjangan mewah wakil rakyat berubah menjadi chaos (kekacauan). (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button