ARIKSA Dorong Industri Antariksa Jadi Pendorong Ekonomi Baru Indonesia

INDOPOSCO.ID – Indonesia dinilai memiliki peluang strategis untuk menjadikan industri antariksa sebagai motor penggerak ekonomi baru, sekaligus memperkuat kedaulatan nasional di bidang dirgantara, ketahanan pangan, pertahanan, dan teknologi.
Isu ini mengemuka dalam diskusi bertema “Antariksa: Urgensi dan Relevansi untuk Indonesia” yang digelar oleh Asosiasi Antariksa Indonesia (ARIKSA), di Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Acara ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya Ketua Umum ARIKSA Adi Rahman Adiwoso, Dewan Pengawas ARIKSA Sofyan Djalil, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, Wakil Menteria Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Tatacipta Dirgantara, dan Kepala Dinas Komunikasi dan Elektronika Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) Marsekal Pertama (Marsma) TNI Dr. Penny Radjendra.
Ketua Umum ARIKSA, Adi Rahman, mengungkapkan industri antariksa di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara berpotensi menyumbang hingga USD100 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2030. Dengan posisi geografis strategis di garis ekuator, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat peluncuran roket dan satelit.
“ARIKSA hadir sebagai wadah kolaboratif antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri. Kita harus mampu menjadi subjek, bukan hanya objek, dalam peta industri antariksa global,” tegasnya.
Sementara itu, Dewan Pengawas ARIKSA Sofyan Djalil, menambahkan pengembangan industri ini bukan semata urusan ekonomi, tapi juga menyangkut aspek strategis nasional seperti komunikasi, keamanan, dan mitigasi bencana. Ia menegaskan pentingnya kedaulatan ruang antariksa bagi masa depan Indonesia.
“Kalau kita tidak memanfaatkannya sekarang, kita akan tertinggal. ARIKSA siap menjadi mitra pemerintah dalam menyusun kebijakan yang mendukung kemajuan antariksa,” jelasnya.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menyampaikan BRIN sebagai lembaga riset utama Indonesia memiliki peran besar dalam mendorong inovasi di bidang antariksa, khususnya lewat penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D).
“Kemitraan dengan universitas dan industri sangat penting. ARIKSA menjadi mitra strategis dalam mengakselerasi perkembangan sektor ini,” katanya.
Di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Wakil Menteria Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie menekankan pentingnya membuka akses pendidikan lebih merata, khususnya di luar Jawa. Ia juga mendorong jalur vokasi sebagai cara cepat menyiapkan tenaga terampil.
“Industri antariksa bukan sektor eksklusif, tapi bisa menjadi penyerap tenaga kerja besar jika dikelola dengan tepat,” ujarnya.
Senada dengan itu, Rektor ITB Prof. Tatacipta menyampaikan pengembangan satelit melibatkan lintas disiplin ilmu seperti astronomi, geodesi, hingga telekomunikasi. ITB siap berkontribusi melalui penguatan riset dan pendidikan tinggi di bidang ini.
Space Economy ntuk Pembangunan
Kepala Dinas Komunikasi dan Elektronika TNI AU Marsma TNI, Dr. Penny Radjendra menyoroti pentingnya kemandirian dalam sistem satelit untuk menunjang pertahanan. Salah satu teknologi yang vital adalah Space Situational Awareness (SSA) yang memungkinkan deteksi objek dan potensi tabrakan di orbit.
Ia juga mengingatkan bahwa saat ini hanya segelintir negara yang menguasai sistem GPS. Ketergantungan terhadap pihak asing bisa berisiko pada keamanan data dan sistem senjata.
“Kita sudah bicara soal green dan blue economy, tapi belum memasukkan space economy dalam arus utama pembangunan nasional. Ini saatnya kita bergerak,” tegasnya. (rmn)