Ekonomi

Bridgestone Indonesia Perkuat Inovasi dan Keberlanjutan, Hadirkan Teknologi ENLITEN untuk Mobilitas Ramah Lingkungan

INDOPOSCO.ID – Di tengah perlambatan industri otomotif nasional, PT Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone Indonesia) menegaskan komitmennya untuk terus tumbuh melalui inovasi teknologi, efisiensi bisnis, dan program keberlanjutan.

Dalam acara Media Gathering Bridgestone Indonesia 2025 di Jakarta, jajaran manajemen perusahaan mengungkap strategi memperkuat posisi bisnis di Indonesia dan memperkenalkan teknologi ban masa depan ENLITEN — inovasi yang memadukan performa, efisiensi, dan tanggung jawab lingkungan.

President Director Bridgestone Indonesia, Mukiat Sutikno, menjelaskan bahwa meski pasar otomotif tengah melambat, peluang pertumbuhan tetap besar di sektor ban pengganti (replacement tire). Saat ini, terdapat sekitar 11–12 juta kendaraan di Indonesia yang menjadi potensi pasar utama.

“Konsumen kini semakin kritis. Kalau dulu ban dianggap sekadar alat transportasi, sekarang mereka sadar bahwa kualitas ban turut memengaruhi efisiensi bahan bakar dan keselamatan,” ujar Mukiat Sutikno.

Menurutnya, teknologi ENLITEN akan menjadi komponen utama produk Bridgestone ke depan, sejalan dengan fokus perusahaan untuk mengurangi jejak karbon sekaligus meningkatkan kinerja produk.

Teknologi ENLITEN merupakan platform desain ban terbaru Bridgestone yang memungkinkan rolling resistance lebih rendah, bobot lebih ringan, serta efisiensi bahan bakar dan energi yang lebih tinggi.

Teknologi ini telah diterapkan pada Bridgestone Turanza 6 dan ECOPIA EP300, dua produk unggulan di segmen eco performance.

“ENLITEN adalah bentuk nyata dari tiga pilar inovasi kami — performance, safety, dan sustainability. Teknologi ini menjadi dasar bagi pengembangan ban yang lebih efisien dan ramah lingkungan,” jelas Anindito Ajireswara, Head of Marketing Planning Bridgestone Indonesia.

Meski begitu, Bapak Mukiat Sutikno mengakui bahwa kesadaran pelanggan terhadap isu lingkungan masih perlu ditingkatkan.

“Tidak semua pelanggan fokus pada isu ramah lingkungan, tapi bagi Bridgestone, ini adalah tanggung jawab global untuk terus mendorong inovasi hijau,” tegas Mukiat Sutikno.

Bridgestone Indonesia saat ini menguasai 30–35% pangsa pasar di segmen komersial dan lebih dari 40% di segmen kendaraan penumpang.

Untuk pasar OEM (Original Equipment Manufacturer), kontribusi tahun ini sekitar 26%, turun tipis dari tahun lalu yang mencapai 30%.

“Memang OEM turun, tapi kami optimistis karena penetrasi kendaraan di Indonesia masih di bawah 9%. Dengan ekonomi yang membaik, otomotif nasional akan kembali bergairah tahun depan,” ungkap Bapak Mukiat Sutikno.

Perusahaan juga mengedepankan pendekatan Cost Per Kilometer (CPK) dalam memberikan nilai tambah bagi pelanggan, bukan sekadar harga.

“Kami ingin pelanggan melihat nilai ban dari umur pakai dan efisiensi bahan bakarnya, bukan hanya dari harga jual,” tambah Mukiat Sutikno.

Dalam sesi tanya jawab, Mukiat Sutikno menjelaskan bahwa penjualan ban pengganti di Indonesia sangat dipengaruhi pola musiman.

“Biasanya penjualan naik satu bulan sebelum Lebaran dan menjelang akhir tahun. Orang ganti ban karena mau liburan bareng keluarga,” ujar Bapak Mukiat Sutikno sambil tersenyum.

Musim hujan justru tidak terlalu berpengaruh terhadap pembelian ban, karena konsumen lebih fokus mempersiapkan kendaraan untuk perjalanan jauh saat liburan panjang.

Selain melayani pasar domestik, Bridgestone juga memperkuat ekspor ke lebih dari 70 negara, dengan fokus utama Asia Pasifik.
Pabrik Karawang berfokus pada ban penumpang (passenger tire), sementara Bekasi Plant memproduksi ban truk dan bus (bias tire) serta ban pertanian (agriculture tire) yang juga diekspor ke Jepang.

“Salah satu contohnya, ban pertanian yang digunakan di Jepang sebagian besar berasal dari pabrik Bekasi,” ungkap Bapak Mukiat Sutikno, President Director Bridgestone Indonesia.

Perusahaan juga berencana memasok ban 20 inci untuk SUV premium mulai tahun 2027 — ukuran yang disebutnya masih tergolong baru di pasar Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Mukiat Sutikno turut menyampaikan harapan agar pemerintah terus mendukung sektor otomotif sebagai kebutuhan utama masyarakat, bukan barang mewah.

“Kendaraan dengan harga di bawah Rp400 juta seharusnya dikategorikan kebutuhan, bukan kemewahan. Jika kebijakan fiskal bisa disesuaikan, industri otomotif akan lebih menarik bagi produsen global,” jelas Bapak Mukiat Sutikno.

Ia menilai, kebijakan yang tepat dapat membantu Indonesia keluar dari stagnasi produksi otomotif yang selama ini berkisar di angka satu juta unit per tahun.

Melalui nilai global Bridgestone E8 Commitment, perusahaan terus menjalankan berbagai inisiatif sosial dan lingkungan, di antaranya:
• Program Road Safety School di Bekasi dengan 600 peserta.
• Konservasi Mangrove & Pemberdayaan Komunitas dengan 26.000 pohon tertanam.
• Rehabilitasi Ekosistem Sanggabuana dengan penanaman 1.000 pohon dan pelatihan ekonomi hijau.

Atas komitmennya, Bridgestone meraih Green PROPER untuk pabrik Karawang dan Bekasi, serta dua penghargaan di ajang Nusantara CSR Awards 2025.

“Lebih dari 12.500 orang telah merasakan manfaat dari 45 program CSR kami selama tiga tahun terakhir,” ujar Delfania Matasik, CSR & Sustainability Associate Lead Bridgestone Indonesia.

Bridgestone Indonesia menegaskan perannya bukan sekadar produsen ban, tetapi mitra mobilitas terpercaya bagi masyarakat.
Dengan inovasi ENLITEN, strategi berkelanjutan, dan komitmen sosial, Bridgestone berupaya menjaga setiap perjalanan tetap aman, efisien, dan ramah lingkungan.

“Kami percaya masa depan otomotif Indonesia bergantung pada inovasi dan tanggung jawab lingkungan. Bridgestone akan terus berada di garis depan untuk mewujudkan mobilitas yang lebih hijau,” pungkas Bapak Mukiat Sutikno, President Director Bridgestone Indonesia.(srv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button