BI Turunkan Suku Bunga, Kuatkan Sinergi Lewat 7 Area Kebijakan

INDOPOSCO.ID – Bank Indonesia (BI) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sekaligus Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya terus memperkuat bauran kebijakan, yang mencakup kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, agar sejalan dengan arah pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
“Kebijakan moneter BI diarahkan pada keseimbangan untuk menjaga stabilitas serta turut mendorong pertumbuhan ekonomi (prostability and growth),” ujar Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2025 di Jakarta, Senin (28/7/2025).
Perry menjelaskan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap berpihak pada pertumbuhan (pro-growth). Upaya ini terlihat dari langkah BI menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebanyak dua kali pada tahun ini, sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei menjadi 5,50%, dan kembali turun 25 bps pada Juli menjadi 5,25%.
“Penurunan suku bunga ini sejalan dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang semakin rendah dan berada dalam sasaran 2,5±1%. Stabilitas nilai tukar rupiah juga tetap terjaga sesuai fundamentalnya, dan ini memberi ruang bagi kami untuk terus mendorong pertumbuhan,” katanya.
Lebih lanjut, Perry menyebut bahwa ruang pelonggaran kebijakan moneter tetap terbuka, namun tetap dengan mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan domestik.
“Ke depan, BI akan terus mencermati peluang penurunan suku bunga lebih lanjut untuk memperkuat pertumbuhan, tanpa mengabaikan stabilitas nilai tukar dan sasaran inflasi,” tegasnya.
Tak hanya fokus pada instrumen moneter, BI juga menekankan pentingnya sinergi kebijakan antarlembaga. Perry menyebut langkah-langkah yang diambil BI selaras dengan program strategis pemerintah, termasuk program Asta Cita yang mencakup tujuh pilar kebijakan prioritas.
“Kami bersinergi erat dengan Pemerintah dan instansi terkait, terutama dalam tujuh bidang utama seperti kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dalam memitigasi gejolak global; koordinasi kebijakan moneter dan fiskal; upaya mendorong pembiayaan ekonomi melalui KLM (Kredit Likuiditas Makroprudensial); dukungan dalam mengakselerasi transformasi digital pemerintah; upaya memperkuat hilirisasi dan ketahanan pangan; dukungan dalam mendorong pengembangan ekonomi hijau, syariah, dan inklusi; serta dukungan dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM),” urainya.
Perry juga menambahkan bahwa sinergi dengan KSSK akan terus diperkuat guna menjaga sistem keuangan nasional tetap tangguh menghadapi berbagai potensi tekanan.
Dalam konteks global, BI juga aktif memperluas kerja sama internasional, baik di bidang kebanksentralan maupun sistem pembayaran lintas negara.
“Kami memperkuat konektivitas sistem pembayaran dan transaksi menggunakan mata uang lokal dengan mitra-mitra internasional, serta memfasilitasi promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerjasama dengan instansi terkait,” tambah Perry.
Turut hadir dalam konferensi pers tersebut anggota KSSK yang lain, diantaranya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani; Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar; dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa. (her)