Ekonom Sangsi 18 Proyek Hilirisasi Bantu Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

INDOPOSCO.ID – Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyangsikan 18 proyek hilirisasi dapat membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen. Sebab, proyek tersebut harus digarap dengan cermat dan memiliki syarat ketat.
Syarat ketat hilirisasi mencakup berbagai aspek, dari pemenuhan standar lingkungan, penerapan teknologi ramah lingkungan, hingga jaminan keberlanjutan ekonomi dan sosial.
“Belum bisa, karena ada syarat ketat hilirisasi yang harus dipenuhi. Sehingga tidak terjebak pada pertumbuhan semu jangka pendek seperti yang terjadi pada hilirisasi nikel,” kata Bhima kepada INDPOSCO melalui gawai, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen di Indonesia dijadwalkan tercapai pada tahun 2029, dengan peningkatan bertahap yang dimulai dari 5,2 persen pada tahun 2025.
Namun, target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 telah direvisi menjadi 4,7 persen hingga 5 persen, lebih rendah dari target awal APBN 2025 sebesar 5,2 persen.
“Belum bisa tercapai (target pertumbuhan ekonomi) karena proyeksi di 2025 dikisaran 4,6-4,7 persen Year-on-year (YoY),” nilai Bhima.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan mengkaji pembiayaan 18 proyek hilirisasi strategis. Sejumlah proyek prioritas itu memiliki total nilai investasi sebesar US$38,63 miliar atau sekitar Rp618,13 triliun.
Menurut Bhima, proyek yang ditawarkan ke Danantara harus fokus. Misalnya, di sektor transisi energi dan ketahanan pangan maka kemampuannya tidak terbelah.
“Sehingga sumber dayanya tidak terpecah ke proyek lain, yang bisa dikerjakan BUMN atau swasta tanpa suport Danantara,” ujar Bhima.
CELIOS mendesak agar proyek yang ditawarkan secara rinci dibuka ke publik, sehingga Danantara bisa mendapatkan saran dari publik. Diketahui 18 proyek tersebut mencakup sektor minerba, pertanian, kelautan, transisi energi, dan ketahanan energi.
“Misalnya, pada kasus hilirisasi batubara atau Dimethyl Ether (DME) yang akhirnya menuai penolakan dari masyarakat dan investor bisa dicegah masuk ke shortlist investasi,” imbuh Bhima.
Rincian sejumlah proyek tersebut yakni, delapan proyek hilirisasi minerba dengan nilai 20,1 miliar dolar AS atau setara Rp321,8 triliun, tiga proyek hilirisasi pertanian 444,3 juta dolar AS atau setara Rp7,11 triliun.
Selain itu, tiga proyek hilirisasi kelautan dan perikanan 1,08 miliar dolar AS atau 17,22 triliun, dua proyek transisi energi senilai 2,5 miliar dolar AS atau Rp40 triliun, dan dua proyek ketahanan energi 14,5 miliar atau Rp232 triliun. (dan)