Pakar Ekologi IPB Apresiasi PT GRP yang Berkomitmen terhadap Lingkungan

INDOPOSCO.ID – Pakar ekologi dan manajemen lanskap IPB University menilai positif terhadap kinerja perusahaan baja nasional PT. Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) yang berkomitmen terhadap lingkungan dengan menerapkan prinsip keberlanjutan dan ekonomi sirkular.
Pakar ekologi dan manajemen lanskap IPB University Profesor Hadi Susilo Arifin melalui telpon di Jakarta, Minggu (20/4/2025) mengatakan bahwa komitmen itu dibuktikan perusahaan kembali meraih penghargaan Proper peringkat Biru untuk ke-12 kali dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) karena dinilai menerapkan prinsip keberlanjutan dan ekonomi sirkular.
Proper atau “Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup” Biru merupakan salah satu kategori dari Proper, yakni perusahaan yang dinilai memiliki kinerja lingkungan yang baik dan telah menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan secara komprehensif meraih penghargaan ini.
Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan atas komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan dan keberlanjutan
Selain itu inovasi teknologi melalui kerja sama dengan perusahaan Eropa, dalam mendukung rencana perusahaan untuk memproduksi gulungan canai panas (Hot Rolled Coils/HRC) tanpa emisi karbon pada 2027 nanti.
”Bukan main, ini bagus dan seharusnya ditiru. Industri memang seharusnya seperti itu. Apalagi perusahaan tersebut sudah menerapkan ekonomi sirkular. Itu bagus sekali,” kata Hadi seperti dilansir Antara.
Hadi juga mengapresiasi upaya GRP yang konsisten melakukan penghijauan di area pabrik.
Seperti dikutip dari data laporan keberlanjutan perusahaan, hingga akhir 2023, GRP telah menanam lebih dari 9.000 pohon dari 78 varietas.
Upaya tersebut, menurutnya, bisa menjaga kualitas udara dan menciptakan lingkungan sehat. Tidak hanya bagi karyawan, tetapi juga masyarakat sekitar.
”Memang seharusnya begitu. Karena pada dasarnya industri baja menghasilkan cemaran. Terutama CO2, emisi karbon, atau kita sebut dengan gas rumah kaca. Makanya kalau tidak ada treatment apa-apa, pasti mengganggu lingkungan,” imbuhnya.
Hadi menguraikan, proses fotosintesis pohon-pohon besar di area pabrik GRP akan menyerap CO2, sehingga mengurangi emisi karbon.
Pengurangan emisi karbon tersebut, imbuh Hadi, juga tergantung luasan dan jenis pohonnya.
”Semakin banyak ruang terbuka hijau, semakin besar pepohonan, pasti emisi karbonnya akan berkurang. Apalagi kalau yang ditanam jenis fast growing, yang tumbuh dengan cepat. Pohon seperti ini mengindikasikan bahwa penyerapan CO2-nya bagus,” jelas Hadi.
Tidak hanya pohon-pohon besar, Hadi juga menyebut tentang keberadaan berbagai sarana olah raga yang dibangun oleh perusahaan dalam lingkungan kantor, dapat berpengaruh positif.
”Itu bagus sekali. Apalagi misalnya ada tempat olahraga outdoor, atau taman-taman. Bisa menjadi rekreasi buat karyawan. Dengan demikian, karyawan juga sehat, baik fisik maupun jiwa,” imbuhnya.
Begitu juga terkait panel surya atap yang telah terpasang di area operasi perusahaan, Hadi sangat mendukung.
Seperti dikutip dari laman The Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) bahwa GRP telah mengoperasikan salah satu rooftop solar panel terbesar di Jawa Barat dengan total kapasitas 9,3 MWp.
Inisiatif itu diharapkan dapat mengurangi 47.400 ton CO2 per tahun. ”Bagus sekali menggunakan energi terbarukan seperti itu. Ini kan energi bersih,” kata dia.
Di sisi lain, Hadi sependapat dengan komitmen perusahaan untuk membantu meningkatkan taraf hidup, termasuk kesejahteraan dan kesehatan masyarakat di sekitar pabrik.
Termasuk perbaikan jalan yang dinilai meningkatkan roda ekonomi dan pemberantasan sarang nyamuk penyebab Demam Berdarah.
Bahkan, keberadaan perusahaan yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja di sekitar, juga dinilai berperan dalam meningkatkan kesejahteraan dan menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
”Tentu positif . Artinya, perusahaan tidak seperti ’menara gading’. Karena perusahaan berlokasi di Cikarang, maka masyarakat itu yang diutamakan,” ujar Hadi.
Buku panduan
Terpisah, pengamat Ekonomi Sumber Daya Lingkungan IPB University, Sri Mulatsih, juga menilai positif komitmen GRP terhadap lingkungan dan keberlanjutan, termasuk peluncuran buku panduan untuk ESG (ESG Strategy Handbook) pada 2022.
Dia juga sependapat dengan penggunaan dan pemasangan panel surya atap, dan penggunaan scrap dalam mendukung ekonomi sirkular yang diterapkan perusahaan.
Melalui berbagai upaya tersebut, tambahnya, GRP bisa dikategorikan sebagai green industry.
Bahkan, Sri juga sependapat bahwa GRP bisa menjadi benchmark bagi industri lain. ”Ya, saya setuju dengan berbagai upaya yang dilakukan. Karena berarti dia sudah turut memperbaiki lingkungan,” katanya.
Dalam jangka panjang, upaya perusahaan dinilai bisa menjadikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing. Apalagi, dalam proses produksi, GRP juga menerapkan konsep ekonomi sirkular.
”Kalau dari sisi efisiensi, ekonomi sirkular memang bisa meningkatkan efisiensi, karena bisa mendaur ulang (melalui scrap). Begitu juga dari sisi investor, karena sekarang kecenderungannya adalah pada produk-produk yang ramah lingkungan,” ujarnya. (dam)