Dampak Judi Online dan Krisis Kepemilikan Rumah: Kelas Menengah dan Generasi Z di Tengah Tantangan Ekonomi

INDOPOSCO.ID – Krisis ekonomi yang tengah melanda Indonesia semakin memperburuk kondisi keuangan kelas menengah dan generasi Z. Riset terbaru Inventure 2024 mengungkapkan bahwa judi online dan harga properti yang semakin tinggi menjadi ancaman besar bagi stabilitas finansial dua kelompok ini.
Menurut survei, 14% dari kelas menengah mengaku pernah terlibat dalam aktivitas judi online. Lebih mencengangkan lagi, 69% dari mereka terpaksa mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk menutupi hutang, terutama dari pinjaman online (pinjol). Pengeluaran yang paling banyak terpangkas adalah uang rokok (28%), uang makan (29%), dan uang liburan (24%).
“Dampak finansial dari judi online bukan hanya menghantam keuangan pribadi, tetapi juga memaksa kelas menengah untuk memangkas kebutuhan dasar dan rekreasi keluarga,” ungkap Yuswohady, Managing Partner Inventure, dalam Press Conference Indonesia Industry Outlook 2025 bertema Kelas Menengah Hancur, Masihkah Bisnis Mantul?.
Selain masalah judi online, generasi Z dihadapkan pada tantangan besar dalam hal kepemilikan rumah. Riset Inventure juga menunjukkan bahwa 2 dari 3 generasi Z merasa pesimis dapat membeli rumah dalam tiga tahun ke depan. Faktor utama yang menghambat mereka adalah kenaikan harga properti yang tak sebanding dengan pendapatan, serta gaya hidup konsumtif seperti FOMO (Fear of Missing Out) dan YOLO (You Only Live Once).
“Kenaikan harga properti yang terus meningkat, biaya hidup yang tinggi, serta gaya hidup yang berfokus pada pengalaman seperti konser dan liburan, menjadi alasan utama mengapa generasi Z kesulitan menabung untuk rumah,” jelas Yuswohady.
Temuan lain menunjukkan bahwa 24% generasi Z lebih memilih menghabiskan uang untuk pengalaman hidup seperti menonton konser atau membeli gadget terbaru daripada menabung. Harga rumah yang terlalu tinggi menjadi alasan dominan (80%), diikuti oleh pendapatan yang terlalu kecil (45%) dan pekerjaan yang tidak tetap (34%).
Jika pun generasi Z mampu membeli rumah, mayoritas memilih opsi cicilan dengan tenor yang panjang. Sebanyak 54% responden memilih cicilan rumah dengan tenor 15-20 tahun, sedangkan 36% lebih memilih tenor 20-30 tahun. Hanya 10% yang mempertimbangkan tenor di bawah 15 tahun.
Kondisi ini menggambarkan bahwa baik kelas menengah yang terhimpit hutang akibat judi online, maupun generasi Z yang kesulitan memiliki rumah, keduanya menghadapi masa depan yang suram. Tantangan ekonomi dan gaya hidup konsumtif menciptakan lingkaran sulit yang semakin memperburuk peluang mereka dalam mencapai stabilitas finansial. (ibs)