Perhiptani Angkat Bicara soal Isu Mafia Benih

INDOPOSCO.ID – Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Harian Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (Perhiptani), Fathan Arasyid membantah dengan tegas adanya mafia benih pertanian yang beredar di masyarakat. Hal ini karena pengadaan benih pertanian telah dilakukan sesuai prosedur dan pengawasan dengan baik.
Fathan dengan tegas membantah pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erik Thohir tentang adanya mafia benih pertanian yang beredar di masyarakat.
“Isu mafia benih itu harus diklarifikasi, di mana ditemukannya, di kabupaten dan kecamatan mana, kapan terjadinya. Hal tersebut tidak bisa digeneralisasi,” ujar Fathan.
“Jadi, tidak ada itu mafia benih,” tambahnya.
Baca Juga : Halo Petani, Pemerintah Kenakan PPN Hasil Pertanian. Ini Besarannya
Benih pertanian menjadi salah satu faktor input yang menjadi penentu peningkatan produktivitas dalam budidaya pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sangat memberikan perhatian dalam pengadaan benih pertanian melalui teknologi inovasi pertanian.
Dalam suatu kunjungan ke produsen benih di Jawa Timur, Menteri Pertanian mengungkapkan Indonesia memiliki potensi bibit yang luar biasa baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor luar negeri.
Dalam upaya pengadaan dan penyaluran benih pertanian, Kementan juga melakukan dengan prosedur fornal yang sangat ketat.
“Pengadaan benih pertanian sudah ada SOP nya dan dilakukan sesuai prosedur,” ucap Fathan.
Misalnya benih jagung. Dalam sebuah kajian yang dilakukan oleh Nur Hidayat dkk (2014) sistem pengadaan dan penyaluran benih secara formal diawali dengan pelepasan varietas unggul yang baru, BS (breeder seed) yang dihasilkan Puslitbang/Balai Komoditas, diteruskan oleh Direktorat Benih untuk disebarkan ke Balai Benih Induk (BBI) yang selanjutnya diperbanyak untuk menghasilkan FS (foundation seed).
Benih FS kemudian diperbanyak oleh BUMN, penangkar swasta, dan Balai Benih Utama (BBU) masing masing memproduksi SS (stock seed) atau ES (extension seed). Benih SS selanjutnya diperbanyak menjadi benih ES, kecuali di BBU.
Tidak hanya itu, selama proses pengadaan benih juga diawasi oleh petugas yang berkompeten dan dikawal oleh penyuluh pertanian. Bahkan Kementerian Pertanian memiliki berbagai benih pertanian unggul yang bersertifikat. Benih bersertifikat ini dilakukan sebagai upaya pemerintah menjamin ketersediaan benih berkualitas.
Mekanisme lain dalam pengadaan benih melalui proses lelang. Pengadaan benih melalui proses lelang ini dapat ditelusui dengan jelas siapa produsennya, lokasi produksi, waktu produksi, jenis dan kualitas benih, dan sebagainya.
“Intinya, pengadaan benih yang dilakukan Kementerian Pertanian telah dilakukan dengan baik. Tidak ada mafia benih! Petani tidak ada yang mengeluh terkait pengadaan benih pertanian,” jelas Fathan.
Fathan menegaskan Kementerian Pertanian telah melakukan pendagaan benih dengan baik kepada petani sehingga tidak ada keluhan dari petani terkait pengadaan benih ini.
Mengamini pernyataan Ketua Harian DPP Perhiptani, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDM) Dedi Nursyamsi mengatakan, dalam menyalurkan saprodi tak terkecuali benih dari pemerintah ke petani, Kementan didukung oleh Konstrawil, Kostrada, sampai tingkat kecamatan dan Kostratani yang ada di BPP serta bintara pembina desa (Babinsa) mengawal dan mendampingi secara berjenjang.
“Pengawalan dan pendampingan tersebut dengan identifikaai dan verifikasi CPCL mengoordinasikan dan memberikan arahan teknis dan administratif mengawal serta mengamankan realisasi sesuai dengan hasil pemeriksaan administrasi dan kegiatan, utamanya berita acara pemeriksaan,” jelas Dedi.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap ada mafia benih di sektor pertanian.
Hal tersebut ia sampaikan saat memberikan kuliah umum di Universitas Padjadjaran (Unpad) yang ditayangkan secara virtual, Sabtu (23/4).
Erick menyebut mafia-mafia tersebut menyebabkan benih yang diterima petani salah sehingga membuat kualitas hasil panen menurun.
Bibit pun ada mafianya. Banyak petani mendapat benih yang hybrid, yang salah, sehingga ketika tumbuh tidak menghasilkan yang baik,” ujarnya.(rmn)