Iqro Jimmy

INDOPOSCO.ID – Saya orang ketiga yang tiba di musala Iqro’ subuh itu. Kalau saja udara tidak sedingin dua derajat, lebih baik tunggu waktu subuh di luar. Indah.
Kota Perth, di bagian mana pun indahnya tidak kepalang. Pun di sekitar Iqro’ ini.
Awalnya aktivis Islam di Australia Barat ingin membangun masjid dengan cara lama: di tanah wakaf. Kebetulan ada warga asal Afghanistan yang mewakafkan tanah. Mereka pun mengurus persiapan. Banyak uang sudah dibelanjakan. Wakaf diurungkan.
Kesedihan itu didengar Iqro’ dari Kota Sydney. Rupanya Iqro’ berdiri di banyak kota di Australia. Mereka turun tangan. Pun Aa Gym. Ulama Bandung itu memang sering ke Perth. Beliau punya lembaga Darut Tauhid di Perth.
Tidak hanya satu.
Setiap ke Perth, Aa Gym membina Darut Tauhid-nya. Juga menyalurkan hobinya: mengendarai moge –motor gede. Kabarnya sampai beli moge di Perth. Belakangan hobinya beralih: gowes –bersepeda.
Dari kesulitan di tanah wakaf itulah muncul ide yang luar biasa jeli. Ide itu muncul dengan cara memanfaatkan sistem asuransi tenaga kerja di Australia –semacam BPJS Ketenagakerjaan.
Saya bertemu pemilik ide itu: Jimmy Suroto. Ia orang Grobogan, Jateng, yang menamatkan SMA-nya di Tual, Maluku Tenggara. Jimmy alumnus ITB Bandung jurusan geodesi.
Ternyata Jimmy juga berteman dengan Joko Intarto, sesama orang Grobogan yang membidani lahirnya Disway.id.
Di Australia semua pekerja wajib menyisihkan gajinya: antara sembilan persen sampai 13 persen. Dana tenaga kerja itu dikelola oleh superfund: diputar di lembaga-lembaga investasi –untuk bisa dapat keuntungan.
Demokrasi di Australia meluas sampai pun ke soal pengelolaan keuangan.
Tidak boleh ada monopoli. Superfund pun tidak boleh hanya satu. Maka lahirlah banyak superfund yang memanfaatkan dana asuransi buruh itu.
Salah satunya: Hijaz. Superfund Hijaz memutar dana secara syariah. Ke situlah iuran “BPJS Ketenagakerjaan” Jimmy dkk mengalir. Hijaz yang memutarnya. Sampai Jimmy punya ide sendiri.
Begitu demokratisnya sistem keuangan di Australia, dana “BPJS Ketenagakerjaan” itu tidak harus dikelola oleh superfund. Perorangan pun boleh. Bahkan Anda sendiri. Anda, sebagai tenaga kerja yang memotong gaji Anda, boleh mengelola potongan gaji Anda itu. Misalnya untuk beli rumah.
Dengan demikian di saat pensiun Anda sudah punya rumah.
Peluang terakhir itulah yang dimanfaatkan Jimmy –dengan cerdas. Jimmy membentuk grup empat orang. Sesama aktivis Iqro’ di Perth. Empat orang itu menjadi pengelola dana mereka sendiri.
Lembaga milik empat orang seperti itu disebut SMSF —
Self Manage Super Fund. Pekerja siapa pun boleh membentuk SMSF. Boleh satu orang, dua orang, tiga orang, maksimum empat orang. Untuk mengelola potongan gaji mereka sendiri.
Setelah “SMSF empat orang” itu terbentuk mereka lapor ke ATO –Australian Tax Office. Otoritas pajak Australia.
Saat mengajukan izin mereka melampirkan “business plan”: akan dikelola seperti apa dana empat orang itu.
Selanjutnya ATO akan mengawasi: apakah dana yang dikelola sendiri itu berjalan sesuai dengan rencana yang diajukan. Kalau tidak, mereka terkena perkara hukum.
Begitu izin SMSF keluar, empat orang itu menarik dana mereka dari superfund Hijaz. Jumlahnya lumayan. Itu kumpulan “tabungan” sejak 12 tahun lalu. Yakni sejak gaji mereka dipotong 9-13 persen.
Dalam proposal izin SMSF mereka merencanakan uang itu akan dibelikan properti. Kebetulan ada gudang sedang dijual. Properti itu, menurut business plan, akan disewakan. Hasil sewanya lebih banyak daripada dana itu diputar oleh super fund sendiri.
ATO tidak ikut campur bagaimana cara menyewakannya. Atau kepada siapa disewakan. Yang penting tiap tiga bulan SMSF lapor –semua kuwajiban terpenuhi. Termasuk berapa hasil dari pemutaran dana “BPJS Ketenagakerjaan” secara mandiri itu.
Jimmy bersepakat dengan tiga temannya: properti yang dibeli tersebut akan “disewakan” ke Iqro’ Perth. Untuk Muslim Community Center. Termasuk untuk tempat sembahyang. Jadi masjid.
Biaya “sewa”-nya didapat dari berbagai sumber. Misalnya dari infak jemaah, dari sedekah, dan dari kegiatan bazar ibu-ibu di komunitas itu. Setiap minggu ibu-ibu bikin bazar di situ: jualan makanan Indonesia.
Dalam empat tahun, uang “BPJS” yang dipinjam untuk beli properti itu sudah lunas. Iqro’ sudah menjadi pemilik properti itu.
Saat sudah lunas itulah, kebetulan gudang di sebelahnya dijual. Setelah cocok harga, dipakailah skema yang sama. Lunas lagi. Lalu beli lagi gudang ketiga di sebelahnya. Siklus yang ketiga ini sedang berjalan. Belum lunas.
Mendengar kiat jitu itu saya pun bertekad: tidak akan mau memberikan ceramah setelah salat subuh. Mereka orang-orang hebat. Tidak pantas saya menceramahi mereka. Maka saya ajak saja diskusi. Langsung dimulai oleh jemaah. Bukan oleh penceramah.
Usai forum subuh itu saya justru ingin belajar lebih banyak dari mereka. Di dekat Iqro’ ada kafe yang sudah buka. Kafenya di tengah taman. Di pinggir danau yang teduh. Dua pejabat Persebaya ikut bersama saya: Nanang Prianto dan Ram Surahman.
Lalu imam muda salat subuh ikut gabung: orang Aceh lulusan Universitas Syiah Kuala. Statusnya di Perth: mendampingi istri yang mendapat beasiswa doktor kesehatan masyarakat.
Di grup SMSF itu empat-empatnya jadi direktur. Tidak boleh salah satu lebih memimpin. Begitulah aturannya.
Setelah terbukti sukses Jimmy menularkan strateginya itu ke jemaah yang lain. Maka terbentuk tiga grup SMSF lagi. Semuanya jemaah Iqro’. Tiap grup berisi empat orang. Tidak boleh lebih. Aturannya begitu.
Tujuan tiga grup lainnya pun sama: beli properti. Lalu dipakai komunitas Iqro.
Sampai pun kini Iqro’ punya aula, tempat berlatih yudo dan taekwondo, tempat kursus matematika bagi anak-anak dan belajar Quran.
Untung Ario Susanto, putra Dr Tri Susanto, mengajak saya ke Iqro’. Saya merasa mendapat teman seide.
Saya teringat saat mendirikan IIS di Magetan. Saya tidak mungkin mencari sumbangan –bisa ditertawakan orang. Maka “Fikih Financial” mirip cara Jimmy saya lakukan.
Zakat saya sekian tahun ke depan saya bayar di muka. Kalau tidak, sekolah tidak akan bisa cepat terwujud.
Satu hal yang membuat Jimmy dan Ario dan lainnya masih masygul: Iqro’ belum bisa untuk salat Jumat. Itu semata soal lapangan parkir. Tidak cukup.
Aturan parkir sangat keras di Australia. Pernah terjadi orang yang salat Jumat salah memarkir mobil. Banyak. Masjid yang harus membayar dendanya yang begitu berat.
Komunitas muslim di Perth memilih salat Jumat di gedung-gedung community center. Tempat parkirnya biasanya luas. Sewanya sangat murah –tidak berarti.
“Ada berapa tempat salat Jumat di Perth?”
“Sekitar 100 tempat,” ujar Ario. Termasuk beberapa di antaranya dari kelompok syiah.
Orang Indonesia sendiri minoritas di antara imigran di Perth. Yang terbanyak orang India. Lalu Tionghoa. Vietnam. Filipina. Malaysia. Baru Indonesia.
Belakangan memang banyak jenis “fikih” baru. Misalnya “zakat produktif”, “wakaf cicilan”, “wakaf berjamaah”.
Mungkin ada perusuh yang juga sudah tahu seperti apa “Fikih Kota Global yang baru terbit itu?”. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 12 Juli 2025: Fikih Finance
djokoLodang
Saya masuk ITB tahun 1972. Waktu itu belum ada aturan drop-out setelah sekian tahun belum lulus, dikeluarkan. Di Asrama mahasiswa Jalan Ganesa 15A, ketemu mahasiswa Angkatan 1958. Masih kuliah. Sambil bekerja. Saya kira beliau yang paling senior. Ternyata, masih ada satu orang lagi yang lebih tua usianya. Angkatan 1948. Masuk ITB tahun 1948. Tahun 1972 belum lulus. –0-
Ahmad Mudzakir
Membaca nama Bapak Dr.Tri Susanto ,Universitas Brawjijaya membawa kenangan saat kuliah . Alhmdulillah nama beliau tertulis di ijazah yang saya miliki . Dekan Pertama Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. #sehat selalu Abah
djokoLodang
-o– … Dr Tri benar-benar benar dalam penelitiannya. … *) Jadi ingat saat SMP dulu. Tahun 1965. Pukul 6 pagi ada siaran Radio BBC berbahasa Indonesia. Usai siaran berita, ada pelajaran Bahasa Inggris, Saya mendengarkannya setiap pagi. Ada kalimat yang masih saya ingat sampai sekarang. “Do not trouble trouble till trouble troubles you.” “Jangan terganggu masalah sampai masalah (itu) mengganggumu.” –koJo.-
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
KAMPUS-KAMPUS YANG MERANTAU, TERMASUK UNIVERSITAS BRAWIJAYA.. 1). Prabu Brawijaya konon bersemayam di Mojokerto. Tapi Universitas Brawijaya malah kuliah di Malang. Mungkin beliau ingin suasana pegunungan. 2). Maha Patih Gadjah Mada mestinya tetanggaan sama Prabu Brawijaya di Mojokerto. Tapi Universitas Gadjah Mada malah pindah jauh ke Yogyakarta. Barangkali sang patih butuh suasana yang lebih akademis untuk menyusun Sumpah Palapa versi skripsi. 3). Lalu Yogya—juga punya jagoan sendiri: Pangeran Diponegoro. Heroik, nekat, sampai bikin kas BOC hampir terkuras. Tapi Universitas Diponegoro justru buka kampus di Semarang. ### Mungkin Yogya terlalu penuh dengan kampus pejuang. Ada UGM dan UIN.. Lalu kenapa semua tokoh sejarah ini kampusnya “merantau”? Mungkin karena mereka semua paham: Untuk jadi besar, kadang harus keluar dari rumah. Merantau. Atau, ya.. Karena yang membangun kampusnya bukan mereka juga. Indonesia memang kreatif: nama tokohnya diambil dari sini, tanahnya diambil dari sana, dan akhirnya mahasiswa bingung—ini siapa yang punya siapa? Tapi tetap bangga. Karena sejarah dan pendidikan kita, selalu punya cara sendiri untuk jadi unik.
Lagarenze 1301
Santai Sejenak. Seorang bankir investasi yang sukses memarkir Porsche Cayenne barunya di depan kantor, siap memamerkannya kepada rekan-rekannya. Baru saja ia membuka pintu, sebuah truk melaju terlalu dekat ke trotoar dan menabrak sisi pengemudi. Bankir itu segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi polisi. Dalam 5 menit, polisi sudah datang. Sebelum polisi bertanya, bankir itu mulai berteriak tentang mobilnya barunya yang hancur dan takkan pernah sama lagi. Setelah bankir selesai mengoceh, polisi menggelengkan kepala. “Aku tak percaya betapa materialistisnya kalian, orang-orang keuangan,” katanya. “Kalian begitu fokus pada harta benda dan kalian tidak peduli dengan hal lain!” “Bagaimana Anda bisa berkata begitu?” tanya bankir dengan marah. Polisi menjawab, “Apakah Anda tidak sadar, lengan kiri Anda hilang dari siku ke bawah disambar truk itu!” Bankir itu menunduk ketakutan melihat ke sisa lengannya. “Sialan!” teriaknya…. “Mana Patek Philippe-ku!?”
Suharno Maridi
Orang Islam Indonesia memang penderita “babiphobia” parah. Sdh sampai taraf tidak masuk akal. Itu menjadi pendorong dibuatnya lembaga sertifikasi halal yg konon menjadi ladang bisnis yg menggiurkan. Saat ini bukan hanya makanan bahkan mesin2 pun harus berlabel halal. Bahkan ada wacana semua produk harus berlabel halal. Doktrin anti babi ini memang sangat berhasil. Menafikan segala manfaat baik dari babi, misalnya dalam bidang medis. Atas nama ajaran agama, pokonya segala yg ada unsur babi nya haram. Ada alternatif atau tidak..haram. Kemapanan doktrin babi haram ini justru yg melemahkan upaya mencari alternatif pengganti babi.
heru santoso
Opo tumon, judul hari ini untuk tulisan besok. Betul-betul betul tidak relevan antara judul dan isi tulisan. Benar-benar benar menyimpang titah suci karya pers. Media online jaman sekarang memang banyak yang menulis judul tapi tidak tersaji tuntas dalam isi berita. Demi klik. Ada juga yang memberi judul lebih panjang dari karya ilmiah formal, namun kadang susah makna. Seperti berita disway.id. Demi keywords SEO – search engine optimization. Judul CHDI hari ini seperti obrolan genit pasangan muda saat lunch break. Demi malamnya yang hebat. Semoga isi catatan besok benar-benar benar berisi. Tidak seperti malamnya pasangan muda yang kelelahan kerja lembur.
Sadewa 19
Sekitar tahun 2000 an, belum ada internet secepat saat ini. Sebagai mahasiswa yg datang dari kampung, pengetahuan saya tentang kuliner di Jakarta, benar benar cupu. Saat itu di kampung saya tidak ada yg jual Pizza, Steak, apalagi Lapo. Saya ingat betul saat selesai sholat Ashar di masjid di Terminal bus Depok. Selepas sholat saya begitu laparnya. Persis disamping Masjid ada sebuah rumah makan Lapo kaki lima, saya pun masuk ke rumah makan itu. Saya pesen, ke ibu ibu, seorang dari suku Batak pemilik warung. Dengan logat Jawa yg medhok, saya pesen ke Ibu tadi. “Bu saya minta 1 porsi dan Es teh manis ya !” Seketika orang2 yang sedang menikmati makan di Lapo menatap saya. Saya masih nggak sadar, apanya yg salah. Ibu pemilik Lapo tadi, menghampiri saya. Ia bilang “Mas muslim kan ? Tadi saya lihat baru keluar dari masjid ya ?. Saya jawab iya saya muslim. Si Ibu tadi bilang, “Mas, kalau orang muslim nggak boleh makan di Lapo, ini nggak halal mas”. Saya pun kaget, dan seketika berterima kasih ke Ibu tadi. Perasaan saya antara terselamatkan dan penasaran. Terselamatkan karena nggak jadi makan yg tidak boleh, penasaran karena kata teman, masakan di Lapo itu enak banget.
Er Gham 2
Kasus susu itu tahun 1988. Untuk meredam, memteri agama minum susu di pabrik nya dan minta media meliput. Lalu MUI inisiatif bentuk LPPOM Januari 1989. Dan sejak itu, ada kejelasan mana produk makanan minuman, atau kosmetik, yang halal bagi umat Muslim. Namun sebelum itu, belum ada kepastian suatu produk halal atau non halal. Masih gelap. Umat meraba raba sendiri. Percayakan saja pada produsen. Entahlah, semoga semua produsen jujur sebelum adanya mekanisme sertifikasi halal.
Lagarenze 1301
Ario “Monang” Susanto, fyi, terlibat dalam megaproyek kota pintar linear Arab Saudi, NEOM The Line. Tapi, ia tidak bekantor di Tabuk ataupun Jeddah. Ia bekerja secara remote. Bisa di Perth. Bisa di Malang. NEOM The Line, yang merupakan bagian dari proyek futuristik NEOM, merupakan kota linear yang dirancang sepanjang 170 kilometer. Berupa bangunan tunggal setinggi 500 meter dan lebar 200 meter. Bisa menjadi rumah bagi 9 juta orang. Semua kebutuhan dasar dapat diakses dengan berjalan kaki 15 menit. Jadi, tak perlu kendaraan pribadi kalau mau ke mana-mana. Sangat ramah lingkungan. Oh, iya, Iqro Centre di Perth hanya satu dari sekian banyak aktivitas keumatan Ario Susanto.
djokoLodang
-o– KIAT BAHAGIA Kakek sedang duduk bersama Cucu berusia 4 tahun. “Cucu, ingat. Saat dewasa nanti, agar bahagia, kamu butuh tiga hal: sesuatu yang harus dilakukan, sesuatu yang dicintai, dan sesuatu yang diharapkan.” “Ya, Kek. Tiga hal. Misalnya, Kek?” “Sekarang ini, Kakek sedang membaca Catatan Dahlan Iskan. Sambil menemani cucu. Jadi, ada yang Kakek kerjakan. Itu contoh pertama…” Nenek datang membawa nampan. “Ini, Kangmas, roti lapis keju panggangmu. Barus saja matang.” “Terima kasih,… aku suka sekali roti keju panggang. … Aku harap ada segelas kopi susu hangat.”. “Ya, tunggu sebentar. …”, Nenek kembali ke dapur. “Lihat, Cucu?” kata Kakek. “Itu tadi contoh sempurna yang memenuhi tiga-tiganya.” –koJo.-
Runner
Data menunjukkan mencapai 9 juta expatriat diaspora WNI di luar negeri. Termasuk para pelajar dan mahasiswa. Saat ini. Itu data dari dari media online. Tentu beragam alasan mereka memilih baik sementara maupun seterusnya berkiprah di luar negeri. Dan itu seharusnya sah sah saja. Berkontribusi membangun negeri sendiri bisa darimana saja. Yang penting kiprahnya bermanfaat untuk sesama manusia dan alam. Jadi teringat zaman pak Habibie menjabat sesuatu. Puluhan ribu mahasiswa, boleh jadi mereka yang terbaik dikirim belajar ke luar negeri. Mayoritas belajar teknologi tinggi. Belajar kedirgantaraan pesawat terbang. Belajar ilmu ilmu sains tingkat tinggi. Sayangnya beberapa tahun setelahnya suasana negeri dan kebijakan berubah. Ilmu sebaiknya diterapkan, jangan dianggurkan saja. Tidak bisa dinegeri sendiri. Dinegeri orang bolehlah. Toh manfaatnya boleh jadi bisa ditransfer kenegeri sendiri. Mas Ario dan para diaspora lain, tetaplah berkiprah dan pasti tetap ingat negeri asal.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
@Djaka Lodang.. DARI AMBON KE BANDUNG, DAPATNYA ORANG JAWA TIMUR.. Saya menikah tepat saat mutasi dari Ambon ke Bandung. Tapi jodohnya, orang Jawa Timur. Karena deal-nya sudah terjadi sejak saya masih di Ambon. Pacarannya? Modal dua media klasik: 1). Surat via PN Pos dan Giro, 2). Telepon SLJJ (yang bunyinya “tuuuu tuuut” dulu itu). Di Bandung pertama, saya tinggal 6 tahun. Lalu mutasi ke Semarang, hanya 6 bulan. Kemudian ke Yogya untuk tugas belajar di UGM, 14 bulan. Setelah itu, penempatan kembali setelah pendidikan, di Surabaya selama 15 tahun. Baru kembali ke Bandung (yang kedua), selama 5 tahun hingga pensiun. Total di Bandung: 11 (sebelas) tahun. Dengan jam terbang segitu, kalau mendengar orang Sunda ngobrol, saya 95% paham arah dan maksudnya. Tapi bicara balik? Waduh… Masih ragu-ragu. Takut salah. Takut dibilang: “Nyunda maksa!”
MZ ARIFIN UMAR ZAIN
MAKAN BABI. Seorang isteri pejabat di Denpasar, nyuguh kami ber 6 dari Bandung, 1972, bermotor, famili salah 1 rombongan, gulai babi. Setelah makan saya kaget, ternyata tadi makan dg lauk daging babi. Sang nyonya rumah berkata: ada yg santri ya. Di tengah jalan lapar, makan di warung nasi: 2 teman makan dg lauk daging babi. 2 teman makan dg lauk daging non babi. Saya + 1 teman makan telur goreng, entah minyak bekas nggoreng babi. Terpaksa minimalis.
Wilwa
Guyon khas Ryu Hasan: MENGANDUNG babi apa enggak? Kalo nggak mengandung berarti babinya jantan (X, 20 Dec 2023). Hanya babi betina yang bisa mengandung babi, mana ada babi jantan mengandung? Kesimpulannya babi jantan tidak mengandung babi (Twitter/X, 2018)
Gregorius Indiarto
Yang berperkara babi, manusia yang sensitif. Si babi mah santai saja. Perkara babi, manusia bisa memBABIbuta. Perkara manusia, babi tidak meMANUSIAbuta. Babi tetap santai saja. Met siang, salam sehat, damai dan bahagia.
Wilwa
Sebelum naik haji awal 1990an, Suharto dan keluarga besarnya adalah Jawa/Kejawen. Pernah beredar sebuah buku atau album yang memuat foto keluarga besar Suharto disertai pepatah Kejawen. Entah sekarang kemana buku itu. Begitulah masyarakat Jawa sebelum 1990an. Tradisi Jawa / Kejawen masih sangat kental dan dominan. Identitas Jawa itu mengalahkan identitas agama. Suharto menikahi istrinya yang Kristen/Katolik itu dengan adat Jawa. Mungkin kita bisa bandingkan dengan Persia/Tiongkok yang juga punya kecenderungan mengutamakan identitas kesukuan dibanding identitas keagamaan. Karena itu rakyat Iran tetap merasa sebagai Persia/Iran/Arya dahulu barulah merasa sebagai Muslim Syiah. Israel/Barat berharap terjadi pemberontakan kaum royalis (pendukung Shah Reza Pahlevi) dan kaum kiri (sosialis) menggulingkan Khameini setelah Iran dibombardir tapi yang terjadi malah sebaliknya, kaum kiri dan royalis tidak memberontak malah mendukung Khameini karena mereka merasa identitas mereka adalah Iran barulah Syiah/Zoroaster dll. Demikian pula di Tiongkok, mereka merasa sebagai orang Tiongkok ketika merayakan Tahun Baru Imlek sebagai identitas utama dan menempatkan identitas keagamaan di tempat kedua. Tak peduli Konghucu, Tao, Buddha bahkan Kristen atau Islam, mereka akan merayakan Tahun Baru bersama dan makan bersama merayakan Tahun Baru Imlek. Di banyak negara Asia Tengah, Tahun Baru Persia masih dirayakan karena dulu sebelum di-Islam-kan dan kemudian di-rusia-kan, Persia meliputi Asia Tengah.
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
@Lagarenze 1301.. NEOM, KOTA FUTURISTIK ARAB SAUDI YANG DIPANGKAS.. NEOM, proyek kota masa depan Arab Saudi, awalnya dirancang seluas 26.500 km² dengan biaya US$500 miliar—naik menjadi US$8,8 triliun. Proyek mencakup: 1). The Line (kota linear 170 km), 2). Oxagon (zona industri terapung), 3). Trojena (resor musim dingin), dan 4). Sindalah (pulau wisata mewah). Tahap awal difokuskan pada pembangunan The Line, yang kini dipangkas dari 170 km menjadi tahap awal hanya 2,4 km untuk sekitar 300.000 orang pada 2030. Proyek lain seperti Sindalah telah dibuka pada 2024, sementara Trojena ditarget rampung 2026. Total pekerja dan penghuni saat ini sekitar 60.000, dengan target 400.000 dalam satu tahun ke depan. NEOM menghadapi berbagai revisi besar: desain diperkecil, biaya membengkak, dan jadwal dipanjangkan hingga puluhan tahun. Fokus kini bergeser ke fase awal seperti Hidden Marina dan infrastruktur untuk Asian Winter Games 2029 serta Piala Dunia 2034. Meski ambisi tetap tinggi, NEOM kini berjalan lebih realistis—dengan skala modular dan fase bertahap.
Juve Zhang
Tiongkok banyak restoran muslim cukup ditulis Ching Zhen…. artinya Halal….pemilik restoran muslim….suku Hui atau Uygur….yg repot ke Jepang gak ada yg Ching Zhen karena semua makan Babi…..ini saya lihat di YouTube….bukan pernah ke Jepang…. mungkin ada satu dua kebab ….tapi mayoritas Restoran Jepang daging Babi semua….. walaupun anda makan Ramen tapi wajan nampak nya gak dipisahkan sama masak Babi….jadi and ke Jepang carilah Kebab…atau masakan Ching Zhen yg ada…..
Tivibox
Sebuah media memuat daftar makanan apa saja yang mengandung babi itu. Tanpa ada wawancara dengan Dr.Tri. Media tersebut hanya mengutip daftar di fotokopi yang beredar di masyarakat. Wah, kebangetan tuh media itu. Masak, sumber informasi yang tak jelas dimuat menjadi berita. Apalagi, tak ada konfirmasi ke Dr. Tri, yang meneliti masalah itu. Gara-gara pemberitaan media itu, Dr. Tri ditangkap. Saya yakin Pimred media itu bukanlah Pak Dahlan Iskan. Yakin, seyakin-yakinnya.
Wilwa
@Liang. Orang Jawa guyon bahwa lagu 男儿当自强 yang terkenal lewat film kungfu Once Upon A Time On China (Wong Feihung yang diperankan oleh Jet Li) sebagai lagu “Cina ngamuk”. :):):)
Liáng – βιολί ζήτα
Lamunan membawa saya ke CHDI….. bukan teringat masalah “Pak Dahlan Iskan menjadi tersangka” – bukan, bukan itu….. tetapi pendapat orang-orang yang sudah sepuh tentang Pak DI. Saya pun teringat, ada sebagian orang-orang sepuh keturunan Chinese di tanah-air yang “hanya tahu” 2 hal tentang Pak DI : ● “Hati Pak DI itu hati orang Chinese”….. ahhhhh, rupanya mereka misunderstanding, transplantasi organ lever dengan pendonor dari Tiongkok dimaknai berbeda karena tidak paham riwayatnya, hanya sebatas mengetahui “hati (lever) Pak DI adalah hati (lever) orang Chinese”. ● Pak DI itu pinter bahasa Chinese….. jarang loh, kata mereka….. padahal zaman now begitu banyak mahasiswa Indonesia yang study di Tiongkok….. tentu saja mereka fasih berbahasa Chinese. Selebihnya, mereka tidak tahu persis mengenai kiprahnya Pak DI di dunia jurnalistik dan aktifitas lainnya terutama yang terkait dengan sosial kemasyarakatan. Menikmati secangkir kopi dan sepotong sandwich, sambil mendengar lagu 男兒當自強 (Nán’ér dāng zìqiáng) – di Indonesia lebih dikenal sebagai lagu Wong Feihung (黃飛鴻 Huáng fēihóng), yang dinyanyikan dengan penuh semangat juang oleh 林子祥 (Línzǐxiáng) – lebih dikenal dengan nama George Lam Tsz Cheung. Anda Pasti Tahu makna lagu Wong Feihung tersebut. Dan….. saya pun bergumam….. sayang sekali Pak DI bukan Pendekar Kungfu….. yang mampu melibas semua perkeliruan….. [2/2].
Liáng – βιολί ζήτα
Beda Langit. CHDI : “Masih gelap. Subuhnya baru pukul 06.15. Udara dingin. Tujuh derajat celsius –terasa lima derajat lebih dingin oleh angin yang sumilir.” Musim panas di sini, di bulan Juli ini, seperti biasanya, suhu udara hangat di siang hari dan sejuk di malam hari. Matahari begitu “berbaik hati” hadir sebelum jam 5 pagi dan pamit sekitar jam 10 malam. Hari-hari seperti ini terkadang membingungkan apa sebenarnya definisi “siang dan malam” ?? Angka-angka yang ditunjukkan oleh jarum jam yang sudah melekat di-ingat-an seakan-akan dibantahkan oleh Sang Mentari yang masih bersinar di sekitaran jam 9 – jam 10 malam, sementara itu di tanah-air biasanya jam 10an malam sudah berada di balik selimut menuju alam mimpi. Seperti biasanya malam hari seperti ini, sangat nyaman berada di alam terbuka untuk menikmati kebaikan hati Sang Mentari. Dan….. kursi di city square itu, sudah lama menjadi tempat duduk favorite saya, secangkir kopi dan sepotong sandwich setia mememaniku yang terkadang sendirian dan hanya duduk-duduk di city square itu sambil melamun atau merenung atau entahlah apa istilah yang lainnya. [1/2]
Hardiyanto Prasetiyo
Penggunaan kalimat Fikih ini mengganggu pikiran saya sekaligus menjadikan saya bertanya2, ada satu lompatan proses yg dilalui. Fiqih itu nomer dua, nomer satunya ushul fiqih. Tanpa ushul fiqih, fiqih gk bakalan bisa dirumusin. Fiqih itu membahas hukum praktisnya sdgkn ushul fiqih membahas metode /kaidah penetapan hukumnya. Ibarat kata, gak mgkn ada “tersangka” klo gk ada alat bukti, gk ada alat bukti klo gk ada penyidikan. Penyidikan = Ushul Fiqihnya, Alat bukti = dalilnya, sdgkn penetapan tersangka = fiqihnya. Klo tiba2 ditersangkakan tanpa alat bukti dari penyidikan ya seperti berita pak DI tempo hari.
Hardiyanto Prasetiyo
Penggunaan kalimat Fikih ini mengganggu pikiran saya sekaligus menjadikan saya bertanya2, ada satu lompatan proses yg dilalui. Fiqih itu nomer dua, nomer satunya ushul fiqih. Tanpa ushul fiqih, fiqih gk bakalan bisa dirumusin. Fiqih itu membahas hukum praktisnya sdgkn ushul fiqih membahas metode /kaidah penetapan hukumnya. Ibarat kata, gak mgkn ada “tersangka” klo gk ada alat bukti, gk ada alat bukti klo gk ada penyidikan. Penyidikan = Ushul Fiqihnya, Alat bukti = dalilnya, sdgkn penetapan tersangka = fiqihnya. Klo tiba2 ditersangkakan tanpa alat bukti dari penyidikan ya seperti berita pak DI tempo hari.
Thamrin Dahlan YPTD
Inilah salah satu nikmat si tukang kabar kabari alias wartawan. Apa yang diberitakan ibarat menebar benih. Satu saat pasti akan menuai. Kelasnya Abah sang juru kabar ada di kasta Brahmana. Boleh juga di sebut Dewa. Memang perlu waktu lama untuk memperoleh jabatan Dewa Jurnalis. Apabila tidak terdapat jiwa nekad, rela berkorban dan ikhlas banyak wartawan berubah haluan. Abah kini menikmati obrolan dari hasil meng kabar kabari dengan anak si sumber berita. Bahkan godaan nyeruput kopi hangat ditengah perjalanan dikorbankan. Alangkah bahagianya Abah saat ini. Menuai dan menuai benih pemberitaannya Sampai ketemu edisi sambung besok Ahad 13 juli 2025 Salam Literasi
Juve Zhang
Ini kisah bagus dari pasien kanker stadium 4….limfoma….sudah berat …dia cerita Duit ortu gak ada …jadi rencana di dalam negeri….tapi tak ada kamar kosong…. artinya terpaksa ke Malaysia….dengan deposit 5 jutaRp … langsung bisa kemo….SG gak ada model murah gini…. singkat kata kemo tuntas dan sembuh …dia terimakasih atas fund raising dari semua pihak…. ternyata tidak semua orang mampu kesana….setalah cek ulang 5 tahun dia bersih….dia bilang terimakasih Tuhan diberi kesempatan hidup lagi…. stadium 4 bukan gampang… sudah kemana mana nyebar nya….sebuah perjuangan luar biasa….
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
@Hardiyanto Prasetiyo.. FIKIH FINANCE: KEUANGAN MODERN BERBASIS SYARIAH.. “Fikih Finance” yang disebut Pak Dahlan Iskan kemungkinan merujuk pada pendekatan keuangan modern yang berlandaskan hukum Islam (fikih), terutama fikih muamalah. Ini bukan sekadar sistem bank syariah, tetapi inovasi pendanaan seperti crowdfunding halal, sukuk digital, wakaf produktif, hingga social enterprise berbasis akad syariah (mudharabah, musyarakah, dll). Dalam Islam, sebelum sampai pada fikih, ada usul fikih—yakni metodologi untuk menggali hukum dari Al-Qur’an dan Hadis. Fikih Finance adalah cabang baru dari perkembangan ini, yaitu turunan dari fikih muamalah yang mengatur praktik keuangan masa kini, tetapi tetap memegang prinsip halal, adil, dan bebas riba. Jika benar masjid atau tempat ibadah yang disebut Pak Dahlan dibiayai tanpa minta sumbangan, besar kemungkinan mereka menggunakan instrumen Fikih Finance: misalnya lewat bisnis halal, wakaf produktif, atau pembiayaan komunitas syariah. Ini adalah model pembangunan yang modern, mandiri, dan tetap sesuai syariat. Kalau benar ada buku baru berjudul Fikih Finance, patut dicari. Bisa jadi isinya adalah ijtihad segar dari para pakar ekonomi Islam Indonesia.
djokoLodang
-o– JAWA SOLO … Inilah nasihatnya: agar Dr Tri mau berfoto sekeluarga dengan mengenakan pakaian Jawa lengkap. Sampai ke blankonnya. Pakaian Jawa ala Solo. … … Foto di majalah itulah yang kemudian ditunjukkan ke Presiden Soeharto: bahwa Dr Tri bukan dari aliran Islam yang ekstrem. Dr Tri adalah orang Jawa yang menjunjung tinggi budaya Jawa. … *) Apa ciri khas pakaian adat Jawa Solo? Yang pasti diperhatikan oleh pak Harto saat melihat foto itu? Corak/motif blangkon harus sama dengan corak kain batik yang dikenakan. Silakan lihat kembali fotonya. –koJo.-