Istri Sekampung

INDOPOSCO.ID – Waktu, tempat, dan kesempatan jarang datang bersamaan. Saya mengalami yang jarang itu. Tepat saat saya di Indianapolis, waktunya bersamaan dengan heboh Indianapolis 500 atau Indy 500: Minggu 25 Mei 2025. Saya pun diberi kesempatan untuk menontonnya.
Tepatnya bukan saya tapi kami. Yakni delegasi dari berbagai negara Asia yang lagi ada acara di Indiana.
Anda sudah tahu apa itu Indy 500: event olahraga satu-satunya yang ditonton oleh 400.000 sampai 500.000 orang. Balap mobil. Di dalam sirkuit oval. Begitu raksasa sirkuit Indy 500 itu.
Waktu menulis artikel ini saya sedang dalam persiapan menuju sirkuit. Kami, pukul 05.45 sudah harus kumpul di lobi hotel. Pukul 06.00 berangkat. Berarti tiga jam lagi.
Sebetulnya saya belum tahu: apakah saya ini akan ke stadion atau ke arena balap. Atau stadion balapan mobil. Setahu saya arena balap tidak di satu stadion. Tapi saya dengar Indy 500 dilaksanakan di dalam stadion.
Cucunya Pak Iskan pernah ke sini. Pernah bercerita. Betapa mengagumkannya. Saya belum memercayai cerita itu. Mana ada stadion bisa menampung 500.000 orang. Tiga jam lagi saya akan tahu sendiri.
Tidak hanya nonton balapan gratis. Delegasi juga diajak nonton paradenya. Sehari sebelum balapan. Sabtu.
Jalan utama kota Indianapolis ditutup. Di situlah parade. Kami diberi tempat duduk di tribun strategis menghadap gedung mahkamah agung negara bagian Indiana.
Tentu saya banyak membaca dulu apa itu Indy 500. Termasuk harus nonton podcast-nya cucu Pak Iskan yang membahas Indy 500. Maka ketika melihat parade itu saya sedikit tahu yang mana yang namanya Scott McLaughlin, David Malukas, atau Alex Palou.
Kalau pembalap Takuma Sato saya tahu. Pernah popular sebagai pembalap di Formula 1. Ia tidak pernah juara. Lalu “lari” ke Indy 500. Juara. Popular sekali.
Kanan-kiri saya delegasi dari Jepang. Ketika mobil Sato lewat bisingnya bukan main: mengelukan Sato. Di atas mobil Sato bersama istrinya. Wanita Jepang. Mungil. Atau pacarnya. Saya tidak tahu. Semua pembalap didampingi pasangan masing-masing yang cantik.
Saya memang pernah sering diajak nonton balap Formula 1. Di beberapa negara. Tahu siapa pembalap-pembalapnya. Juga tahu sistem perlombaannya.
Tapi Indy 500? Nol besar.
Indy 500 bagian dari ego Amerika. Dunia menyukai sepak bola, mereka punya sepak bolanya sendiri. “Sepak bola yang lapangannya begitu luas kok wasitnya hanya satu,” ejek mereka. “Basket saja wasitnya dua”.
Basketnya Amerika pun beda sendiri. Balap mobilnya juga beda. Kita suka Formula 1 mereka suka Indy 500.
Saya pun ingin tahu Anda setuju atau tidak dengan pernyataan saya ini: nonton pertandingan atau perlombaan olahraga itu baru terasa seru kalau kita memihak.
Coba pikirkan: apa serunya bagi Bonek nonton pertandingan antara Padang dan Maluku. Atau: di mana serunya seorang penggemar Liverpool nonton Brighton lawan Southampton. Nonton itu harus berpihak. Baru seru.
Di Indy 500 ini saya tidak tahu harus memihak siapa. Saya cari-cari akal: memihak siapa ya?
Akhirnya saya ingin memihak siapa pun yang mesin mobil balapnya disiapkan oleh temannya cucu Pak Iskan: Adi Susilo.
Ternyata, di Indy 500 ini, Adi Susilo berperan besar. Anak Indonesia. Arek Suroboyo. Ia ahli mesin mobil. Lulusan Aachen Jerman –kampusnya Pak Habibie itu. Ia pernah menangani mesin mobil balap Formula 1. Pernah di Indy 500. Lalu balik ke Indy 500 lagi demi istri.
Istri Adi di Amerika. Kalau ia di Formula 1 akan lebih banyak di Eropa atau Asia. Maka sejak mengawini pacarnya itu ia pindah ke Indy 500.
Hari-hari ini Adi pasti di Indianapolis. “Temui Adi,” ujar cucu Pak Iskan.
Saya tidak berani menemuinya. Saya tidak paham mesin mobil. Mau ngomongin apa dengan ia nanti. Dan lagi ia pasti sangat sibuk menjelang hari balapan.
Tapi saya ingin memihak. Saya harus bertemu Adi: mobil pembalap yang mana yang mesinnya disiapkannya. Lalu saya akan memihaknya. Siapa pun ia. Apa pun prestasinya. Dari negara mana pun.
Maka saya tonton dulu podcast antara Adi dan si cucu. Agar saya tahu siapa Adi dan apa itu Indy 500. Ampuuuun, podcast itu 1,5 jam. Panjang. Tapi karena menarik ya terus saja menontonnya.
Akhirnya saya beranikan diri menghubungi Adi Susilo. Jumat. Ternyata Adi ramah sekali. Masih seperti khasnya Arek Suroboyo. Saat itu pun saya ditunggu: di arena Indy 500. Sekalian bisa lihat bagaimana ia menyiapkan mobil pembalap.
Sayang, saya sudah janji ke Purdue University dan ke Notre Dame University.
Saya pun bertanya: apakah punya waktu selain Jumat itu.
“Besok, Sabtu sore saya sudah bebas,” katanya.
“Sabtu sore? Anda bisa? Bukankah Minggu hari balapan? Bukankah Sabtu adalah puncak kesibukan Anda?”
“Ini beda dengan Formula 1,” jawab Adi. “Di Indy 500 sehari sebelum balapan justru libur. Pembalapnya wajib ikut parade semua,” tambahnya.
Saya pikir, sehari sebelum perlombaan untuk balapan seleksi penentuan urutan posisi start di balapan hari Minggu. Ternyata tidak seperti di Formula 1.
Maka kami sepakat: Sabtu sore keluar kota. Makan malam. Di restoran Indonesia Mayasari milik Maya. Di Greensburg. Satu jam dari Indianapolis.
“Saya jemput pukul 5 sore,” katanya.
Kami pun satu mobil ke Greensburg. Adi yang pegang kemudi. “Jangan ngebut ya,” pinta saya. Di Jerman ia pernah menjalankan mobil 300 km/jam.
Di sana tidak ada aturan batas kecepatan. Yakni di jalan-jalan tolnya yang gratis.
Di sepanjang perjalanan saya tidak bertanya yang berat-berat ke Adi. Semua hal sudah ditanyakan oleh cucu Pak Iskan di podcast. Saya lebih banyak bertanya soal keluarga.
Ayah Adi ternyata seorang dosen. Ibunya alumni IKIP Malang. Sang ayah arsitek lulusan ITS Surabaya. Lalu menjadi dosen di fakultas arsitektur Universitas Kristen Petra.
Saat Adi baru berusia dua tahun ayahnya dapat beasiswa ke Sydney Australia. Itu beasiswa dari UK Petra untuk S-2. Adi diajak serta. Pun adik laki-lakinya yang baru berusia satu tahun.
Maka Adi masuk SD-nya di Sydney. Saat pulang ke Surabaya ia balik masuk TK. Ia harus belajar bahasa Indonesia.
Di SD dan SMP nilai Adi istimewa. Ia juga jadi ketua OSIS. Itulah modalnya untuk masuk SMA. Ia ingin masuk SMA yang sama: Frateran. Di belakang SMA Ta’miriyah milik NU.
Adi gagal ke SMA Frateran. Uang masuknya mahal. Orang tuanya sudah berjuang untuk dapat keringanan: keluarga dosen tidak punya uang sebanyak itu.
Perjuangan sang ibu gagal. Alasannya: tidak mungkin seseorang yang tinggal di Dharmahusada tidak punya uang. Dharmahusada adalah daerah elite di Surabaya sebelum ada yang lebih elite: Kertajaya Indah, Citraland, Pakuwon, dan Graha Family.
Akhirnya Adi diterima di SMA St Louis 1 Surabaya. Gratis. Nilai istimewa Adi jadi setoran uang masuknya.
Saya pun bertanya: bagaimana tinggal di Dharmahusada tidak mampu bayar uang muka yang diminta. Ternyata rumah orang tuanya itu di Dharmahusada bagian luarnya. Awalnya hanya tanah kapling: pemberian orang tua mereka.
Saat di SMA itu Adi membaca buku milik salah satu sepupu yang tertinggal di rumahnya. Buku teknik mesin. Sejak itulah Adi terinspirasi untuk kelak kuliah di teknik mesin.
Cita-citanya tinggi: masuk MIT di Amerika. Papa-mamanya pun mendorongnya menjadi yang terbaik. Tapi masuk MIT mahal. Adi cari yang gratis: Jerman. Modalnya: nilai SMA Adi yang istimewa. Juga satu tiket pesawat untuk berangkat tanpa tiket pulang.
Cerita setelah itu Anda bisa pindah ke podcast.
Kami pun tiba di Greensburg. Maya sibuk di dapur. Suami Maya, bule Indiana, sampai ikut jadi pelayan. Banyak tamu di Sabtu petang itu.
Kami makan sate ayam, nasi, gado-gado, dan rendang. Ternyata Maya menyajikan juga steak daging dari peternakannya sendiri. Steak ukuran Amerika. Lezat. Habis.
Sebelum pulang Adi membeli keripik tempe. ”Maya Tempeh”. Tempenya buatan Maya sendiri. Kedelainya dari ladangnya sendiri.
Adi membawa keripik itu ke Indianapolis. Tidak hanya Adi. Pengunjung resto yang lain juga banyak yang pulang bawa keripik.
Saya berjanji menemui Adi di arena balap. Tiket saya jenis yang bisa masuk ke paddock.
Balik ke Indianapolis saya mencoba bicara pakai bahasa Mandarin dengan Adi. Gagal. Ternyata Adi tidak bisa berbahasa Mandarin.
Adiknya yang bisa. Sang adik juga lulusan Jerman. Arsitek. Kini bekerja di BMW. Sang adik beberapa tahun terakhir tinggal di Shenyang, ibu kota Liaoning. BMW lagi bangun pabrik di Shenyang. Proyek selesai balik ke Jerman.
Kenapa tidak bisa Mandarin? “Saya sudah generasi keenam,” katanya.
“Nama Tionghoa saya pun baru dicarikan saat mau menikah. Itu pun karena diharuskan,” ujar Adi.
“Istri orang Amerika?”
“Arek Suroboyo juga,” katanya. “Mama saya sampai bilang, disekolahkan jauh-jauh dapat istri sekampung juga”. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 25 Mei 2025: Ahli Tafsir
minimax 8000
^ silahkan pelajari Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, sebelum kamu menuduh dengan kata “saya yakin sama”, tapi belum pernah belajar dasar2nya, pondasinya. Sama seperti biologi, medis, kedokteran, pondasinya adalah teori evolusi. Kalau tidak paham pondasinya, kamu cuma menghapal untuk bisa dapat nilai tinggi, tapi ga paham. Baca tulisan saya tentang “teori evolusi” di bagian lain halaman ini.
Wilwa
Mun’im Ahmad Sirry jelas kontroversial seperti Nurcholis Madjid bagi kalangan konservatif macam Amien Rais, Din Syamsuddin sampai Abdul Somad, Rizieq Shihab, dll. Mungkin karena mereka berdua menyadari bahwa di era modern ketika informasi begitu massive, karakter ketertutupan dan eksklusivitas akan kalah dengan keterbukaan dan inklusivitas (merangkul dan bergaul dengan semua). Ini bisa dilihat dari karya/buku yang ditulis Mun’im Ahmad Sirry; 1) Scriptural Polemics: The Qur’an and Other Religions (2014) 2) Finding Beauty in the Other: Theological Reflections Across Religious Traditions (2017) 3) New Trends in Qur’anic Studies: Text, Context, and Interpretations (2019) 4) Controversies over Islamic Origins: An Inteoduction to Traditionalism and Revisionism (2021) 5) Youth, Education, and Islamic Radicalism: Religious Intolerance in Contemporary Indonesia (2024). Dari judul semua karyanya, Anda sudah tahu bahwa Mun’im itu mungkin sama-sama “liberal” dan “kontroversial” seperti Dahlan Iskan, Gus Dur, Cak Nur. Ada pepatah bilang: merpati kumpul sesama merpati, gagak kumpul sesama gagak, merpati secara alamiah tak kumpul dengan gagak. Hmmm
djokoLodang
-o– … “Muter lagu apa?” tanya Maya sambil memasang sabuk pengaman. “Scorpions” jawab saya.(Dahlan Iskan) … *) Tentu lagu “When You Came into My Life”. Saya dengarkan via youtube. Versi “official video” nya https://www.youtube.com/watch?v=epJG4q3mcqg memang full “rasa” Scorpions, seperti lagu-lagu Scorpios lainnya. Tapi, versi lainnya, https://www.youtube.com/watch?v=EQsMctI0OxI ada “rasa” Titiek Puspa. terutama pada bagian awal, yang dimulai nada rendah, berangsur-angsur menanjak ke nada tinggi. Di bagian lainnya, lengkingan vocalnya terasa mirip Euis Darliah. Lalu ada, aransemen gitar a la Indonesia. (sumbangan James?). *) O iya, ada lagu kenangan Scorpions bagiku. “Always Somewhere”. Kalau dengar lagu itu, serasa masih mahasiswa, tahun 1970 an. –koJo.-
Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
@Wilwa Saya coba “cari” salah satu judul buku Mun’im Ahmad Sirry yang Bapak infokan. Saya pilih yang ini: “Controversies over Islamic Origins: An Introduction to Traditionalism and Revisionism”. Buku ini membahas perdebatan akademik tentang asal-usul Islam melalui dua pendekatan: 1). Tradisionalisme, yang mengandalkan sumber klasik Islam seperti hadis dan sirah, serta 2). Revisionisme, yang kritis terhadapnya dan menggunakan bukti arkeologis, manuskrip awal, serta sumber non-Muslim. Topik penting yang diulas termasuk keandalan sumber sejarah, asal-usul Al-Qur’an, biografi Nabi Muhammad, dan narasi penaklukan Islam. Mun’im memetakan berbagai teori modern, termasuk gagasan bahwa Islam awal merupakan gerakan monoteistik inklusif sebelum menjadi agama yang terpisah. Buku ini bersifat netral dan mendorong pembaca untuk terbuka pada kompleksitas sejarah awal Islam secara ilmiah. Versi awalnya terbit dalam bahasa Indonesia (Mizan, 2013). Sedangkan edisi 2021 memperluas cakupan dengan studi terbaru. Cocok bagi mahasiswa, peneliti, dan siapa pun yang pikirannya masih “mendidih”—yaitu, memikirkan hal-hal yang orang lain enggan memikirkannya. He he.
Nusantara Hijau
Emoticon base ball ternyata keluarnya empat tanda tanya. Sepertinya (lagi) dulu sudah bisa muncul. Belum Wyswyg,what you see is what you get. Jadi ketahuan kisaran umurnya kalau ngetik ini. Jaman pra windows. Masih MS-DOS. Manusia penuh Dosa.Duuh Gusti…
Komentator Spesialis
Para ulama (yang benar benar ulama, bukan mereka yang ngaku ngaku ulama atau yang diulamakan), dalam menafsirkan ayat ayat Al Qur’an sangat berhati hati. Ibnu Katsir misalnya, dalam tafsir Ibu Katsir yang sangat terkenal itu, menafsirkan Alqur’an hanya dengan ayat Al Qur’an yang lain atau dengan hadist. Karena ada hadist :”Barangsiapa menafsirkan Al Qur’an dengan akalnya atau dengan sesuatu yang tidak diketahuinya, maka hendaklah menyediakan tempatnya di neraka”. Ini ancaman yang serius sekali ! Kaum liberal dan JIL, mereka menafsirkan Al Qur’an dengan metode yang disebut hermeneutika. Dimana melakukan penafsiran makna makna yang tersirat melalui pendekatan pakai otak. Bahkan makna yang tersuratpun masih juga ditafsirkan pakai otak. Bukan mencari dalil dalil seperti hadist atau atsar para sahabat dan tabi’in yang merupakan generasi salah yang dikatakan oleh Rosulullah adalah generasi terbaik.
Tiga Pelita Berlian
Legowo menerima perbedaan, mungkin itu yg mendasari Abah Dis hingga mampu bergaul dgn banyak pihak yg berbeda-beda. Abah yg NU & penganut Tarekat, mampu gayeng bergaul dgn kalangan Muhammadiyah, jamah tablig, mungkin dgn salafi jg, serta mampu bergaul akrab dgn lintas agama & kepercayaan. Bahkan kali ini beliau berinteraksi hangat dgn “Reng Medureh” yg Islam liberal. Hebat
Umar Sidik
Dengar nama Mun’im Sirry, ingat saya dengan Dokter Mun’im Idris, ahli forensik Indonesia yang terkemuka. Yang menerbitkan buku tentang forensik berjudul X Files, beliau sempat menangani banyak kasus-kasus besar. Kini beliau telah tiada.
istianatul muflihah
Waktu awal baca nama Audrey terlintas nama Audrey Yu Jia Hui, ternyata benar ini yang dimaksud. Genius muda, menulis buku Terobsesi Bungkus Lupa Isi, penerbit Bentang Pustaka.
Wilwa
@Agus. Pada akhirnya semua itu meyakinkan saya pribadi bahwa agama (atau tepatnya “tafsir” atas agama) adalah karya manusia. Berikut ritual dan kitab “suci” nya. Semua itu produk manusia. Tak ada misteri dalam hal agama dan kitab sucinya. Made in Homo Sapiens. Seringkali berupa gagasan beberapa homo sapiens yang disatukan dalam satu buku/kitab sehingga kontradiktif satu sama lain. Tak ada misteri untuk itu. Yang misterius adalah Universe ini seperti yang saya komen agak malam 22 Mei 2025 yang lalu mengenai temuan teleskop James Webb yang menjungkirbalikkan teori Big Bang. ☕️
Wilwa
@Agus. Hmmm. Kalau mau mendengarkan penjelasan Mun’im Sirry khususnya mengenai objek yang dia tekuni sampai dia meraih gelar S3 bisa melihat, salah satunya, youtube LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat) yang durasinya biasanya lebih dari satu jam. Contoh: youtube berjudul Dialog Alquran dan Alkitab. Atau ini: Prof Mun’im Sirry #4: Membebaskan Agama dari Konservatisme
Ima Lawaru
Hidup lagi rumit-rumitnya mikir harga beras belum dibayar dan minyak goreng sudah habis. Eh baca komentar pilihan @Kang Sabarikhlas di CHDI 18 Mei 2025 bikin saya ngakak. Lalu anak perempuan saya spontan ngomong: Mama sudah kayak orang gila tertawa sendiri. Inilah nikmatnya hidup. Bisa menikmati lelucon para perusuh. Walau tak pernah baku muka. Hihihi
Gianto Kwee
Tetangga nya belum Ateis, masih OTW Ateis ! Sang tetangga harus pergi ke “New Zealand” Untuk belajar jadi Ateis yang benar ! Salam Damai
Lagarenze 1301
Santai Sejenak 1. Setiap pagi, seorang wanita yang sangat religius berdiri di teras depan rumahnya dan berkata, “Tuhan, hamba bersyukur kepada-Mu atas kehidupan yang Engkau berikan hari ini.” Tetangga si wanita, yang ateis, kesal melihat kejadian itu. Jadi, ia menyusun rencana untuk mempermalukannya. Malam hari, saat wanita itu tertidur lelap, si ateis membeli sekeranjang besar makanan. Ia menaruhnya di teras depan rumah wanita itu. Keesokan pagi, saat wanita itu menuju beranda, dia melihat makanan. Ia pun segera berkata, “Tuhan, hamba bersyukur atas makanan yang Engkau berikan hari ini.” Si ateis melompat dari balik semak-semak dan berkata, “Kena kau! Tuhan tidak memberimu makanan ini, aku yang membelinya untukmu!” Wanita itu berpaling dari tetangganya dan kembali berdoa “Tuhan, hamba bersyukur karena Engkau membuat tetanggaku membayar makanan ini.”
Prieyanto
‘Saya kalah cepat pergi ke kasir’ Jangan-jangan pake trik ayas itu, pura-pura sibuk lihat HP begitu terdengar bunyi printer billing, samperin dan bilang ‘biar ayas aja’… #jelastelat
Lagarenze 1301
Santai Sejenak 2. Banjir besar melanda kota. Berita yang dirilis BMKG meminta semua penduduk harus mengungsi. Seorang pria yang sangat religius bertahan dan berkata, “Saya tidak akan meninggalkan rumah saya, Tuhan akan melindungi saya.” Banjir terus menerjang, keadaan semakin buruk. Polisi mendatangi rumah pria itu dan memintanya pergi. Pria itu berkata, “Saya tetap di sini, Tuhan akan melindungi saya.” Polisi menyerah dan meninggalkannya. Air semakin tinggi merendam rumah, jadi pria itu naik ke atap. Tim penyelamat datang dengan perahu dan menyuruhnya naik. Pria itu berkata, “Saya tidak mau, Tuhan akan melindungi saya.” Tim penyelamat menyerah dan melanjutkan perjalanan membantu orang lain. Kemudian pria itu tenggelam dan meninggal dunia. Ketika sampai di gerbang akhirat, ia bertemu malaikat dan bertanya, “Mengapa Tuhan tidak melindungi saya?” Malaikat menggelengkan kepala dan berkata, “Tuhan telah mengirimi Anda berita, polisi, dan perahu. Apa lagi yang Anda inginkan?!”
Juve Zhang
Saran saya pake jalur rel yg ada artinya berdekatan kalau tanah KAI masih lebar dan memungkinkan….pbebasan tanah akan mahal ….atau ikut tanah Tol yg seperti Whoosh…..
Juve Zhang
PM Li Qiang bawa Fulus banyak konon KA Whoosh mau lanjut ke Surabaya…..saran saya buat kecepatan 250 km dan rail diatas batuan balast …jangan elevated akan mahal sekali….sisi kiri dan kanan rel di pagar besi yg tahan karat…. setinggi 3 meter menjamin tak ada manusia manjat ODGJ….kalau Saudi diatas gurun gersang tidak pake pagar besi pun aman tak ada manusia lewat…..
Leong Putu
Ahli tafsir agama, mungkin hebat dalam menafsir isi kitab suci tapi belum tentu ahli dalam menafsir kata-kata istri. Satu saja, kata : terserah. Saat Anda bertanya padanyi : “Honey…, kamu mau makan di mana?” dan jawab istri : “Terserah, Pa…”. Jika menggunakan ilmu tafsir, bagaimana reaksi Anda dengan jawab istri tersebut? Apakah jawaban Anda diterima oleh istri? Jika dia kembali menjawab : Terserah, berarti Anda belum ahli. Wkwkwk…..
Gregorius Indiarto
Di ngamrik, Maya nanya, “Mau lagu apa? ” “Scorpions”, ben ketiro le nginggris. Belum seperempat lagu di putar, sudah tertidur, blas ora melu umik umik, ora apal. Beda dengan di negeri sendiri, “Bade lagu nopo Bos?”, tanya kang Sahidin. “Scorpio” Lagune; “Preng mentul pucuk kolo jengking ngentop batuk, Preng mentul pucuk kolo jengking ngentup cucok, ….” nyambi mantuk mantuk. Terus,… soyo suwi sing di entup soyo medun, njor ora kober turu. Met siang, salam sehat, damai dan bahagia.
Sadewa 19
Temen saya pernah mengatakan, kalau kamu S1 dari kampus2 Islam, lalu pengen dapat beasiswa S2 keislaman di Amerika atau Eropa, coba deh bikin riset tentang : Bahaya Poligami, Bahaya Nikah muda dst. Dijamin akan lebih mudah mendapat beasiswa disana. Saya jawab ke temen saya tadi, “saya lebih baik nggak dapat beasiswa kalau harus bilang poligami itu bahaya, lha wong saya pengen juga poligami. Temen saya ketawa, dan istri yg denger candaan ini langsung lempar sendal.
Er Gham 2
Orang rumah sudah paham. Jika saya semobil dengan mereka, berarti tidak ada musik sepanjang perjalanan. Tidak suka. Hanya bikin senang sesaat dan berangan-angan. Tidak mengapa hany
Ibnu Shonnan
Kalau membicarakan ahli tafsir saat ini, lebih-lebih orang Indonesia, kok ngak ingat langsung sama Prof. Quraish dan Gus Baha’, sepertinya ada yang kurang. Gimana tidak, yang pertama lulusan Timur Tengah dan yang kedua lulusan Jawa Tengah. Yang pertama dari perguruan tinggi Internasional dan yang kedua dari lembaga pendidikan lokal. Bahkan, ada yang enye-enye, yang kedua dari lembaga pendidikan tradisional. Tapi, waini, saat keduanya duduk di satu majelis, terlihat sebelas-duabelas keilmuaan dan cakrawala pengetahuanya.
yea aina
Tafsir Sachetan : : Kalau ekonomi negeri ini benar-benar maju pesat dan kuat, rakyatnya akan hidup sejahtera. Mestinya. Pendapatan rakyat yang cukup memenuhi kebutuhan pokok, bahkan kebutuhan lainnya. Pun hal menjaga kesehatan dengan hanya mengkonsumsi mamin baik dan aman. Faktanya, pendapatan sebagian besar rakyat hanya pas-pasan saja. Bahkan versi Bank Dunia: 60% + tergolong tidak kaya. Mau makan mie yang ada di restoran, apalah daya kalau uang hanya cukup beli mie sachetan (instan). Butuh ngopi, sekedar rekreasi kaum kusam, masih ada yang jual kopi sachetan. Konsumsi sesuai yang terjangkau isi dompet, tanpa sempat menelisik apa yang terkandung di dalamnya. Paling jauh, mungkin menjawab sekilas: lolos BPOM. Aman. Berapapun pendapatan, akan mencukupi kebutuhan hidup
Liam Then
Saya lupa, request Pak Bos sempatkan waktu kunjungi Las Vegas. Bukan masuk kasinonya, tapi minta tolong liput langsung The Sphere yang ada di sana. Andaikan di Surabaya ada satu, wah pasti bakalan maknyuss…pemda Surabaya ada duit gak? Konon biaya bangun The Sphere 37,4 triliun rupiah.