Disway

Doni Monardo

Oleh: Dahlan Iskan

INDOPOSCO.ID – KETIKA bertemu lagi tahun lalu saya pangling. Ia terlihat lebih muda, segar, dan lebih gagah. Setelah bersalaman barulah saya ingat senyumnya: Letjen TNI Doni Monardo.

Saya lama memandangi wajahnya. Apa yang menyebabkan berubah. Waktu itu beliau hadir dalam acara pembukaan pabrik plastik ramah lingkungan berbahan baku singkong. Di Tangerang. Beliau memberi ceramah tentang jahatnya plastik bagi lingkungan. Ada juga Ahok di situ.

Berita Terkait

Rupanya beliau melihat saya sedang heran mengamati wajah dan tubuhnya. “Rambut saya yang berubah, Pak,” kata Doni.

Benar. Itulah yang membuat Doni tampak lebih muda dan segar. Rambutnya lebat. Tidak lagi botak.  Warnanya hitam. Tidak ada putihnya. Sisirannnya rapi, dengan ukuran rambut yang tidak terlalu pendek.

“Kalau Pak Dahlan mau, nanti saya kirimi obatnya,” katanya. Rupanya Pak Doni melihat rambut saya mulai menipis. Juga mulai terlihat botak di bagian dekat ubun-ubun. Sudah pula lebih banyak ubannya.

Seminggu kemudian saya menerima kiriman paket. Dari membaca nama pengirimnya saya sudah bisa menebak isinya: obat penumbuh rambut. Saya buka. Banyak sekali. Di botol-botol kecil ukuran sekitar 100 cc.

Saya pun memotret kiriman itu. Fotonya saya kirim ke beliau, dengan ucapan terima kasih. Saya berjanji untuk memakainya tanpa menyebut mulai kapan.

Janji itu belum saya penuhi. Sampai beliau meninggal dunia hari Minggu sore lalu dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata kemarin siang.

Anda sudah tahu: komandan upacara pemakaman itu adalah Kepala Staf TNI-AD yang baru: Jenderal Maruli Simanjuntak. Maruli adalah junior Doni di Kopassus. Waktu Doni menjabat Danjen Kopassus, Jenderal Maruli masih letnan. Waktu itu Doni punya program unggulan: anggota Kopassus-muda harus jadi juara di bidang masing-masing. Ada judo. Karate. Mendaki gunung. Dan banyak lagi.

Maruli adalah juara judo. Lalu Pangdam Tanjungpura sekarang Mayjen TNI Iwan Setiawan juara mendaki gunung. Tim Mayjen Iwan membuat sejarah bagi Indonesia: berhasil mencapai puncak Everest. Bendera merah putih berkibar di sana. Kopassuslah pengibarnya.

Sebelum pertemuan di pabrik plastik ramah lingkungan itu saya bertemu Pak Doni di pusat pengendalian Covid-19. Beliau adalah panglima tertinggi pengendalian Covid. Beliau adalah kepala BNPB –Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Setelah menjalani berbagai tes saya diizinkan masuk ke ruang kerjanya. Itu adalah juga tempat tinggal beliau. Selama menjadi komandan pengendalian Covid beliau tidak pernah pulang. Tidur di sebelah ruang kerja itu: tempat tidur lipat yang biasa dipakai di barak tentara. Waktu beliau habis untuk urusan Covid. Siang-malam.

Itulah Doni Monardo. Anak Minang yang lahir di Cimahi, dekat Bandung. Ayahnya tentara. Pindah-pindah. Pun Doni. Ia menyelesaikan SMA-nya di Padang. Lalu masuk akademi militer di Magelang. Angkatan 1985. Pangkat terakhir Doni lebih tinggi dari peraih Adhi Makayasa tahun itu: I Made Agra Sudiantara. Doni bintang tiga. Made bintang dua. Made juga tidak pernah jadi pangdam. Sedang Doni dua kali jadi pangdam: di Pattimura, Maluku dan di Siliwangi, Jawa Barat.

Made meninggal dunia di umur 50 tahun, sekitar 10 tahun lalu. Doni meninggal di usia 60 tahun 3 Desember tahun ini.

Di semua jabatannya itu Doni seperti habis-habisan. Namanya pun menjadi lebih besar dari jabatannya –untuk meminjam istilah Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf yang sebentar lagi pindah ke Jakarta menjabat Kaskostrad.

Waktu jadi pangdam Siliwangi, Doni menjalankan proyek besar sekali di bidang lingkungan hidup: membersihkan alur sungai Citarum. Menyeluruh. Di sepanjang wilayah Jawa Barat. Tidak hanya sungainya yang dibersihkan. Pinggirnya juga dihijaukan. Agar erosi yang masuk Citarum terkendali.

Doni adalah pecinta pohon. Levelnya: gila tanaman. Doni-lah yang menanam begitu banyak trembesi di lingkungan bandara Lombok. Setiap ke bandara Lombok saya seperti bertemu Pak Doni. Pun di bandara Hasanuddin Makassar. Penuh pohon trembesi. Doni-lah yang menanamnya.

Di mana saja Doni menanam pohon. Teman-temannya dikirimi bibit pohon buah unggulan.

Belakangan Doni merambah program menggalakkan pembiakan pohon langka. Egy Massadiah punya daftar pohon langka yang dikembangkan Dony.

Egy adalah wartawan, penulis buku dan teman dekat banyak perwira tinggi. Waktu saya ke pusat pengendalian Covid, Egy juga terlihat bersama Pak Doni. Egy juga tidak pernah pulang. Bahkan ketika helikopter Pak Doni terombang-ambing angin ribut di pulau Miangas, Egy ada di dalam helikopter itu. Pak Doni selamat dari kecelakaan heli yang akan bisa menewaskannya.

Pak Doni selamat. Pun dalam badai Covid, Pak Doni juga selamat. Tapi Pak Doni sebenarnya kurang sehat. Sejak lama. Sejak hampir 10 tahun lalu. Kalau saja beliau sehat rasanya akan bisa jadi KSAD. Atau panglima TNI.

Pak Doni punya masalah kesehatan yang umum dialami banyak laki-laki berumur: prostat. Saya termasuk yang menyarankan agar beliau dioperasi di Singapura tanpa takut dinilai kurang nasionalis. Itu karena teman saya, orang Singapura, baru saja berhasil mengatasi kanker prostat dengan cara operasi.

Penderita kanker prostat baiknya jangan menunda operasi. Pun bila dilakukan di dalam negeri. Kian telat kian sulit diatasi. Kondisi beliau pun kian kurang baik. Pembuluh darah di otaknya pecah. Tidak sadarkan diri. Setelah 2,5 bulan di rumah sakit beliau meninggalkan kita selamanya.

Jasanya begitu besar bagi bangsa. Penduduk Indonesia hampir sama dengan Amerika. Ekonomi Indonesia jauh sekali di bawah Amerika. Tapi korban Covid Indonesia begitu sedikit dibanding Amerika.

Pak Doni termasuk yang mendukung pemerintah untuk tidak melakukan lockdown secara nasional di saat Covid. Kebijakan itu akhirnya terbukti berhasil.

Doni Monardo ikut menyelamatkan kita semua. Pun di saat beliau sendiri sebenarnya sudah tahu: kanker sedang mengancam keselamatannya. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan*

Edisi 4 Desember 2023: Pollux Flower

Atho’illah

Resah Di bawah rembulan gemilang, Hatiku resah merintih pilu. Cinta yang bersemi di relung jiwa, Seakan menggoda menguji ragu. Bunga cinta mekar di kebun hati, Namun resah menari-nari di sekitar, Apakah ini benar ataukah mimpi semu, Cinta yang resah mengukir luka dalam sunyi. Cinta, seperti bunga yang mekar, Namun kadang layu dalam penantian. Resah ini seperti ombak yang terus menerus, Menghempas di pantai hati yang ragu. Hati terombang-ambing seperti perahu di lautan, Resah mencipta puisi di lembaran malam yang sunyi. Cinta seakan terbang namun sayapnya terputus, Sekuntum bunga layu meratap dalam resah yang mendalam.

Amat K.

Waw, kalau sudah rezeki takkan ke mana. Rezeki jomlo. Setidaknya, pertamax dia dapatkan, meski jodoh belum. Tak perlu kau resah, At. Kata Michel de Montaigne kurang lebih seperti ini, “Pernikahan itu seperti sangkar burung. Burung yang ada di luar penasaran masuk ke dalam sangkar. Yang di dalam putus asa mau keluar.” Tidak perlu resah selama kau masih punya cinta. Kau mencinta, maka kau ada.

Amat K.

Jadi. Lebih sakit mana, cinta tak terbalas atau putus cinta?

Atho’illah

Tenang, Pak Jo, saya kuat. Saya sudah terbiasa dengan panas dan dingin: panas karena terbakar api cemburu dan dingin karena rindu yang membeku.

Jo Neca

Om Sasmita ini pasti perusuh Baik disway.Yang kemarin om Dahlan ketemu di proyek besar di Batam.Yang om Dahlan belum ketemu atau sengaja tidak mau ketemu.Adalah para pelaku dalam cerita bersambung Batam.Terutama yang akan menikah.Apa sudah punya anak berapa.

Wilwa

Terjemahan bebas. 1) Bakti (kepada orangtua) 2) Saling menghormati (kepada sesama/saudara) 3) Setia (kepada negara) 4) Dapat dipercaya (dapat dipegang kata-katanya) 5) Tahu Etika /Tatakrama 6) Menjunjung Kebenaran / Moralitas (Yang Sudah Ada Dalam Diri Manusia) 7) Kejujuran (Dalam Bertransaksi) 8) Tahu Malu (Selalu Introspeksi Diri)

Sasmita

Po Soen Kok, pria kelahiran Sambas (kini Singkawang setelah pemekaran), satu di antara perantau asal Kalimantan Barat yang meraih sukses di level nasional, bahkan internasional. Dari apa yang saya baca di satu majalah bisnis, Po Soen Kok menerapkan “family values” dengan delapan nilai yang ditanamkan kepada keluarganya. Pertama, Xiao, berbakti. Kepada orangtua dan kepada orang yang lebih tua. Kedua, Ti, menghormati antarsaudara. Dan keluarga. Ketiga, Zhong, setia. Dari semua segi. Pada keluarga, suami atau istri, anak. Keempat, Xin, kepercayaan. Kelima, Li, sopan santun. Keenam, Yi, semua upacara rohani dan upacara kemanusiaan. Ketujuh, Lian, jadi orang harus bersih. Kedelapan, Chi, tahu malu. Saya melihat dari delapan nilai di atas, titik beratnya adalah keluarga. Empat nilai pertama menjadi bangunan tinggi yang menjaga harmoni dalam keluarga.

Jokosp Sp

Yang ke tujuh, jadi orang harus bersih dan yang ke delapan, tahu malu. Ini luar biasa valuenya. Jika semua penegak hukum, semua aparat negara menerapkannya pasti sedikit dan kecil ada korupsi. Dan jika terbukti bersalah oleh keputusan hukum, maka akan lebih baik gantung diri daripada menanggung malu buat dirinya dan keluarganya. Yang jelas Indonesia pasti lebih maju dan makmur dari Singapura, bahkan lebih bersih dari sisi korupsinya. Apa bisa?, lha contoh nyata sudah diputuskan sidang MKMK saja masih menuntut balik? Di mana rasa malunya?

Wilwa

@sasmita. 8 kebajikan / ba de 八德 yang Anda uraikan itu adalah ajaran Sun Yat Sen, founding father Tiongkok modern. 1) Xiao 孝 2) Ti 悌 3) Zhong 忠 4) Xin 信 5) Li 禮 6) Yi 義 7) Lian 廉 8) Chi 恥

Wilwa

Sun Yat Sen mengembangkannya dari ajaran filsuf Guan Zi 管子 yang hidup pada periode Chun Qiu 春秋. Periode yang sama yang melahirkan dua filsuf ternama Kong Zi 孔子 (baca: Khong Tze, bapa Confucianisme alias agama Konghucu) dan Lao Zi 老子 (baca: Lao Tze, bapa Taoisme). Guan Zi (baca: Kuan Tze) hanya mengajarkan empat nilai sosial yaitu yang nomor 5 sampai nomor 8.

Mirza Mirwan

Bung Yusuf Ridho yang sering mengoreksi penulisan para komentator CHD sepertinya orang yang sama dengan Yusuf M. Ridho yang “copy editor” Harian Disway. Tetapi, seingat saya, dari dulu Bung Yusuf Ridho belum pernah mengoreksi penulisan Pak DI dalam CHD yang, sebenarnya, salah. Dari dulu Pak DI selalu menulis singkatan Profesor Doktor dengan “Prof Dr”, padahal penulisan yang benar adalah “Prof. Dr.”. Dalam konteks CHD hari ini penulisan singkatan Baharuddin Jusuf Habibie menjadi “B.J. Habibie” sudah benar. Sayangnya “Prof Dr”-nya salah. Harusnya masing-masing singkatan diikuti tanda titik (.). Lucunya, bahkan CHD “Pollux Flower” yang dimuat di Harian Disway e-paper juga tanpa koreksi. Tetap saja tertulis “Prof Dr B.J. Habibie”. Tentang “meisterstadt” yang bahasa Jerman, benarkah Anda — para pembaca CHD — memang sudah tahu artinya, seperti tulis Pak DI? Boleh jadi. Tetapi, barangkali, “sudah tahu” dari perkiraan saja. “Meisterstadt” itu sebenarnya terdiri dari dua kata: “meister” (master: Ing) dan “stadt” (city: Ing). Nah, menurut Bung Yusuf Ridho “meisterstadt” itu artinya menguasai kota, kota utama, penanda kota, atau ikon kota?

Yusuf Ridho

Menurut segi bahasa, meisterstadt berarti “kota utama”. Namun, karena ini adalah jenama alias merek alias nama diri, yang tahu persis maksudnya adalah yang memberi nama itu sendiri. Terima kasih.

ACEP YULIUS HAMDANI

Ada cara baru, refresh 1 X, logout baru login, masuk dah ke kolom komen. Kadang menyebalkan melakukan sesuatu yang kita tidak suka tetapi harus dikerjakan, kalau tidak dikerjakan menjadi “sesuatu” bagi diri kita. Saya secara pribadi sangat senang mendengarnya, bahwa keluarga Pak BJ. Habibie alm, bisa berkiprah dengan baik dan benar dikancah dunia bisnis di Indo, semoga bisa mengembangkannya lagi pada bidang lain, atau bila perlu bikin pabrik pesawat di Indo, karena saya yakin gen “pesawat” ada pada diri mereka, bahkan mungkin bisa memiliki gen Presiden; tapi menurut saya pribadi jangan jadi Presiden di Indo, karena terlalu banyak orang baik dihujat dan dihina, netizen Indo itu, seperti malaikat pencabut nyawa, siapapun yang tidak sesuai dengan “norma” mereka, pasti dihajar, sampai nungging… Maaf kalau itu benar (mustahil salah)….. Sedih rasanya para negarawan bila sudah selesai tidak dihargai sesuai dengan pengorbannya, makanya wajar para keturunnya harus berjibaku untuk tetap menjaga harkat dan martabat orang tuanya dengan menjadi orang yang layak dihormati dan disegani. Saya yakin tiap keturunan para Presiden Indoensia tidaklah hidup dalam kemiskinan, minimal jangan sampai menjadi penerima bansos lah, kan gak elok bila ada penerima Bansos nama….bin/binti mantan presiden Indo, dan jangan ada lagi keluarga para Presiden Indo yang dipanggil KPK dan jadi tersangka korupsi…

Juve Zhang

Kalau lihat POLL perusahaan properti yg dibahas disway. lihat harga sahamnya nyungsep ke got . Bukan Meisterdatz nya karena itu PT tersendiri. Tapi murni bisnis properti milik pak Po. Ini jelas jelas nyungsep banget. Apakah hari ini mau “diterbangkan” oleh pak Bos ? Wkwkwk. Pak Bos ini punya keahlian supranatural .anda ingat dulu pak Bos main main ke markas Bayan . Gak lama BYAN terbang ke langit .wkwkwkk. anda yg percaya dengan kekuatan supranatural pak Bos silakan coba coba beli saham POLL .cuma resiko ditanggung sendiri. Ingat dunia saham bisa kaya mendadak seperti saham POLL yg pernah terbang ke harga 11000 dan sekaran cuma 145 wkwkwkkw. Anda bisa kaya anda pun bisa miskin dalam hitungan bulanan. Ayo bermain bersama pak Bos ahlinya ahli supranatural saham. Wkkwkw Siapa tahu ini “angpao” akhir tahun dari pak Bos .mana tahu? Wkwkwkwk

Em Ha

Meisterstadt Pollux. Perpaduan bisnis mengagumkan. Ilham Habibie – Po Soen Kok. Bugis Jawa – Hakka. Parepare – Singkawang. Kagum dengan keluarga Ilham Habibie. Garis keturunan yang mengedepankan ilmu pengetahuan. Sang kakek, Alwi Abdul Jalil Habibie ahli pertanian, bertugas di Parepare yang menikah dengan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Tuti keluarga bangsawan Jawa yang punya ibu dokter spesialis mata. Alwi lahir 1908 adalah anak keturunan Lamakasa kesatria Bugis yang merantau ke Gorontalo setelah adanya perjanjian Bongaya 1667. Abdul Jalil, kakeknya BJ Habibie adalah pemangku adat, anggota majelis agama, orang kaya pemilik sawah kebun kelapa juga ranch sapi dan kuda. Habibie adalah anaknya Lamakasa kesatria Bugis itu. Kekaguman pada Po biarlah Abah yang cerita. Sesekali mau lihat Abah komentar di catatannya.

Handoko Luwanto

Jurnal Perusuh Disway Edisi: Kelong Bay (Min,03-12-2023)

#.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain:meReplyOrangLain]

#1.Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺 (8;387)★★⭐️ [3:0]

#2.Agus Tejo (1;11)

#3.alasroban (4;119)

#4.Amat K. (1;15) [0:1]

#5.AnalisAsalAsalan (4;196) [0:3]

#6.Atho^illah (3;17)★ [0:3]

#7.Azza Lutfi (1;11) [0:1]

#8.bitrik sulaiman (2;14)

#9.didik sudjarwo (1;8)

#10.doni wj (1;10)

#11.Echa Yeni (10;196) [0:7]

#12.Em Ha (2;160)★ [1:1] \

#13.Er Gham (7;158) [1:1]

#14.Fiona Handoko (5;126)★ [0:4]

#15.Fitria A (1;22)★ [5:0]

#16.Gregorius Indiarto (1;18)

#17.Handoko Luwanto (5;638)★ [2:0]

#18.JIM vsp (1;9) [1:0]

#19.Jo Neca (8;132)★ [1:6]

#20.Jokosp Sp (9;331)★ [3:5]

#21.Juve Zhang (3;327) [3:1]

#22.Kang Sabarikhlas (5;207)★ [10:0]

#23.Liam Then (7;148) [1:3]

#24.Liáng – βιολί ζήτα (3;189)★★⭐️ [3:0]

#25.M.Zainal Arifin (5;88)★ [3:0]

#26.Mahmud Al Mustasyar (1;8) [0:1]

#27.Maman Lagi (1;5)

#28.Mukidi Teguh (2;57)

#29.MULIYANTO KRISTA (5;8)⏰ [4:1]

#30.mzarifin umarzain (15;214)✒️★★⭐️⚾️ [0:13]

#31.Nimas (3;63) [0:2]

#32.Otong Sutisna (1;63)

#33.Pryadi Satriana (7;193)⚽️ [11:2]

#34.rid kc (1;34)

#35.Riyono ,SKP (1;1)

#36.Sasmita (2;194)★★⭐️ [2:0]

#37.Slamet Sejati (1;189) [2:0]

#38.thamrindahlan (2;251) [4:0]

#39.Udin Salemo (5;670) [0:4]

#40.Ulik Kopi (2;208)★ [1:1]

#41.Uwes Fatoni (1;41)✏️ [1:0]

#42.Yellow Bean (3;111) [0:2]

Total: 151 Komentar dengan 18★ dari 14 Orang ✏️:

Rockie per 30Sep2023 (1 Orang)

Udin Salemo

#everyday_berpantun

Sandi SOS pertanda gawat/

Pesan dibawa burung merpati/

Tak hanya hebat di pesawat/

Habibie juga wariskan property/

Bila anda pergi ke sawah/

Pergi berdua dengan nyonya/

Bila anda mempunyai tanah/

Pihak lain bangun gedungnya/

Stadion bernama Jalak Harupat/

Ada pertandingan lawan Persiba/

Bila usaha anda ingin maju cepat/

Segera kolaborasi ali dan baba/

———————————————————–

alah ditangkok buruang punai/

baok ka kampuang subarang/

kasian nasib kawan denai/

hanyo manjago jodoh urang/

denai pai ka Pantai Carocok/

untuak mambali buah palo/

kalau alah dapek jo nan cocok/

jaan lah ditunggu lamo-lamo/

Liáng – βιολί ζήτα

selingan “Pentahelix” – Pak Doni Monardo. Sewaktu Pak Doni Monardo ditugaskan sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (semasa pandemi Covid-19), Beliau menerapkan kebijakan “Pentahelix”. Istilah “Pentahelix” mengingatkan saya atas program CBPR di Swedia. Secara singkat program CBPR di Swedia : Dikarenakan adanya kesenjangan sosial di bidang kesehatan, maka pada tahun 2017 diluncurkan “Program Penelitian Partisipatif Berbasis Komunitas – CBPR (Community Based Participatory Research) untuk promosi kesehatan yang dimulai di Malmö, Swedia. Program ini didasarkan pada struktur penta-helix dan melibatkan kelompok pengarah strategis dengan perwakilan dari akademisi, organisasi relawan, sektor bisnis, sektor publik, dan warga masyarakat tempat program berlangsung. [1/3]


Liáng – βιολί ζήτα

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana kolaborasi penta-helix bekerja dari sudut pandang semua mitra, termasuk masyarakat. Wawancara individu, yang didasarkan pada panduan refleksi diri dan evaluasi kemitraan CBPR, dilakukan dengan perwakilan (N = 13) sebanyak tiga kali, selama periode 2017–2019. Analisis isi kualitatif digunakan untuk menganalisis wawancara. Enam tema muncul dari analisis, antara lain : 1. Tantangan bagi mitra kolaborasi penta-helix, 2. Tantangan bagi para profesional di tingkat lokal, 3. Proses yang digerakkan oleh masyarakat penting bagi kolaborasi penta-helix, 4. Promotor kesehatan sangat penting untuk membangun kepercayaan antar berbagai sektor masyarakat, 5. Pergeseran kekuasaan, 6. Perubahan sistem membutuhkan waktu. [2/3]

Liáng – βιολί ζήτα

Analisis menunjukkan bahwa kolaborasi penta-helix bekerja dengan baik di tingkat lokal dalam model kerja sama penta-helix yang terkait dengan tata kelola. Secara keseluruhan, proses yang didorong oleh masyarakatlah yang membuat program ini berhasil. Namun, temuan ini juga menunjukkan ketidak-fleksibelan dalam organisasi dengan struktur hierarki yang menciptakan hambatan bagi keterlibatan warga dalam kolaborasi penta-helix. Persoalan utama yang terungkap dalam studi ini adalah masalah lembaga-lembaga yang terorganisir secara vertikal di mana proses penemuan dan inovasi mengalir dari atas, sehingga menghilangkan masukan penting dari masyarakat dan komunitas yang seharusnya mereka layani. Keberhasilan program ini didasarkan pada kerjasama antar-profesional di tingkat lokal, di mana profesi lokal bekerja sama dengan organisasi relawan, pekerja sosial, peneliti CBPR dari universitas, masyarakat, dan aktivis kesehatan setempat. [3/3].

Fiona Handoko

selamat pagi abah, bp thamrin, bp agus, bp hl dan teman2 rusuhwan. po soen kok dulu beli gedung bioskop gris di jln pemuda semarang. th 2008, gedung bioskop gris dirobohkan. diganti jadi mall paragon dan crowne plaza hotel (intercontinental group). mulai th 2018. manajemen hotel dikelola oleh golden flower grup sendiri. sehingga nama hotelnya pun berganti menjadi po hotel.

Fa Za

Berbaik sangka janganlah pura-pura/

Seperti kita membeli emas antam/

Kalau kita melihat Singapura/

Jangan bandingkan dengan Batam//

Di Singapura orang tidak bebas berbicara/

Di Indonesia orang mau apapun bisa/

Jangan membandingan dengan Singapura/

Karena di Indonesia korupsi pun terbiasa//

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺

JANGAN lupa.. Perusahaan operator seluler terbesar di negara ini, Telkomsel, juga lahir melalui operasi “caesar” di Pulau Batam, dulu, di tahun 1995. Dan juga melalui sentuhan pak Habibie.. Tanpa sentuhan pak Habibie, hampir terjadi, operator seluler itu menjadi milik “sebuah keluarga” yang berafiliasi dengan “entah siapa”.. ### Satu lagi.. Itu jasa pak Habibie..

Liam Then

Akte saya statusnya juga anak di luar nikah. Saya tak begitu peduli, karena yang paling penting semua kerabat kami tahu, bapak dan ibu saya ada melalui proses upacara pernikahan. Itu yang penting. Masalah status luar nikah, memang ada konsekuensi hukumnya kalau misalnya sang bapak kemudian menikah lagi secara resmi. Nanti anaknya yang punya status resmi, ada kemungkinan bakal dapat masalah , ketika ada pembagian warisan. Untunglah bapak saya juga pegang KTA ISTI. Jadi aman……

Johannes Kitono

Ada yang mengusik ketika membaca bahwa pengusaha sukses Po Soen Koh asal Singkawang.Pernah 9 tahun sekolah tinggal di Asrama Bruder Singkawang. Dan masih punya kontak dengan para hopeng di Singkawang. Ternyata Po Soen Koh orang Sambas, bukan Singkawang. Memang dulu Kabupaten Sambas ibukotanya Singkawang. Dan akta kelahirannya dibikin di Singkawang.Dulu didaerah Kalbar banyak terjadi hal yang bisa dikategorikan Rasis. Etnis Tionghoa yang lahir di Indonesia dicap WNA. Walaupun dari lahir sampai dewasa tidak pernah keluar negeri. Orang tua mereka Stateless. Dan anak-anak jadi korban. Akta kelahirannya ditulis ” Anak Luar Nikah ” ketika harus mendaftar ke sekolah. Anak- Anak harus mengikuti marga ibunya kalau ayahnya WNA/ Stateless. Novel ” PALN = Perkumpukan Anak Luar Nikah ” yang ditulis Grace Tioso, terbitan Nauro Books ( Juni 2023 ) menjelaskan hal tsb dengan detail sekali. Banyak konglo yang lahir di daerah sekitar Singkawang. Tapi tidak terlihat rekam jejak bisnisnya disana. Seperti membangun Sekolah atau Training center untuk membantu rakyat tempat kelahirannya. Lain dengan etnis Tionghoa di Malang yang mendirikan Ma Chung disana. Alasannya sederhana. Kalau sudah sukses jadi orang jangan lupa Mata Air tempat kelahirannya. Semoga Pollux dan Barito grup juga melakukan investasi di Kalbar, khususnya di Singkawang atau Sambas. Ikut juga membangun dan menciptakan lapangan kerja tempat kelahiran. Semoga !

Juve Zhang

@Wilwa. India memihak Israel .asal berbeda sama Pakistan. Wkwkwk. Ada kejadian menarik baru baru ini. Saya pun kaget. Cerita nya sekitar 8 pensiunan tentara India bekerja di sebuah Perusahaan di Qatar . Entah Setan apa atau Tas Echolac ber tumpuk tumpuk yg menyebabkan pensiunan tentara ini Gelap Mata dan memata matai sebuah Rahasia di Kemiliteran Qatar . Anda pasti Paham Qatar adalah Garis keras dalam melawan Israel dan Sialnya 8 orang pensiunan ini ketangkap basah dan di sidang dengan putusan akhir Hukuman Mati. Rupanya Tas echolac sangat menggiurkan dan konon Tas Echolac disediakan Israel. Wkwkwk. Hati hati di manapun Power of Tas Echolac mematikan.

Liam Then

@Madison cari yang sesuai minat dan kemampuan pribadi. Misalnya : kalau kamu orang yang tak teliti, hindari akuntansi. Jurusan ekonomi dan manajemen, itu jurusan nasib…kelar kuliah ngga pasti jadi ahli ekonomi, ngga pasti jadi manajer. Masih harus tergantung pada diri sendiri. Tetapkan tujuan yang kamu mau sedini mungkin. Kasih diri sendiri pertanyaan jujur : ” aku mau dan harus jadi apa”. Dari pertanyaan itu, titik fokus pikiran Abang akan menjadi berangsur jelas, antara prioritas dan ekspektasi. Menempuh pendidikan harus sesuai passion, sehingga bisa enjoy. Harus jelas juga tujuannya kedepan mau jadi apa…ini hal yang benar-benar penting untuk individu kelas 12. Jawabannya harus benar-benar di pikir dalam-dalam. Jangan kayak dulu kita kecil asal sebut saja. Satu lagi jangan ikut teman ketika menentukan jurusan,apalagi gebetan ( bukan pengalaman pribadi wkkwkwkkwk) Pave your own way, tetap semangat Abang Madison.

Yellow Bean

Anakku dari IPS ambil kuliah di Telkom ambil prodi Software engineering. Katanya sing nggak banyak peminatnya alias beda dengan prodi lain yang mahasiswa nya ratusan. Masih bisa nak, kalau kamu suka petualangan ilmu pengetahuan

Liáng – βιολί ζήτα

Adhek yang seorang ini “ngerjain pisan” Abah D.I. Lha… yang mau kuliah kan sampeyan – apa se Indonesi Raya mesti ikut riweuh !! Sampeyan minatnya ke bidang apa – accounting misalnya, ya tinggal telusuri Universitas apa yang ada jurusan tersebut – Universitas apa yang paling sesuai dengan sampeyan, dari segi jarak tempuh – juga dari segi biaya perkuliahan. Gitu aja koq repot sih… mau tak usulin… jurusan ekonomi ambruk – di Universitas di Zimbabwe sono… wkwkwkwkwk…

Wilwa

Dan Gus Dur membuat saya terkesima ketika beliau menegaskan Indonesia adalah negara sekuler selain negara hukum. Bukan negara agama. Minimal itulah yang dipahami founding fathers utama negara kita: Sukarno Hatta. Sejak itu saya mengikuti pemikiran beliau dan humor-humor cerdas beliau. Bila Sukarno dan Hatta dapat dibandingkan dengan George Washington dan Thomas Jefferson maka Gus Dur tak berlebihan bila dibandingkan dengan Abraham Lincoln.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button