Disway

Henry 0086

Oleh: Dahlan Iskan

INDOPOSCO.ID – Ada waktu dua hari bagi Henry Surya untuk melarikan diri. Kalau ia punya jalan tikus.

Jumat besok, Mabes Polri akan mengadakan konferensi pers. Di situ akan dibeberkan rincian penetapannya sebagai tersangka. Bisa jadi besok itu akan diikuti pernyataan bahwa Henry harus ditahan.

Berita Terkait

Mendengar kata ditahan, dirut dan pemilik Indosurya itu bisa punya beberapa pilihan. Menyerah. Melawan. Lari. “Sebaik-baik bertahan adalah lari,” ujar seorang ahli kungfu.

Kesempatan berpikir itu luas. Selasa kemarin Henry sudah tahu. Ia sudah diumumkan sebagai tersangka, meski tanpa rincian detail. Berarti, hari itu, ia sudah bisa mulai berpikir akan melakukan apa.

Bahkan sebagai orang yang berpikir lincah, Henry sudah bisa memikirkan itu sejak dibebaskan oleh pengadilan bulan lalu. Ia pasti tahu rakyat sangat tidak puas akan putusan bebas itu. Berarti rakyat akan menekan pemerintah untuk menangkap kembali dirinya.

Menko Polhukam Mahfud MD,seperti berdiri paling depan dalam mempersoalkan putusan bebas itu. Tapi Mahfud adalah guru besar hukum. Ia akan melakukan perlawanan atas putusan bebas itu lewat jalur hukum. Ia sudah minta agar jaksa melakukan kasasi.

Mahfud juga sampai melakukan eksaminasi vonis bebas itu. Ia mengundang ahli-ahli hukum terkemuka. Putusan bebas itu dibedah dalam forum eksaminasi tersebut.
Kesimpulan eksaminasi para ahli itu bulat: putusan bebas terhadap Henry Surya adalah tidak tepat. Hasil eksaminasi tersebut tentu akan dilampirkan dalam berkas kasasi (memori kasasi) ke Mahkamah Agung.

Bulan lalu hakim memutuskan bebas karena tidak melihat perbuatan yang dilakukan Henry Surya sebagai perbuatan pidana. Itu, kata hakim, perbuatan perdata. Yang sidang pengadilannya di ranah perdata.

Indo Surya berhasil mengumpulkan uang dari masyarakat sampai Rp 106 triliun. Dan ia bebas.

Setelah putusan bebas itu heboh, polisi bertindak lebih cepat dari kasasi. Polisi langsung menetapkan Henry Surya sebagai tersangka lagi. Kali ini tuduhan pada Henry Surya beda. Kalau tuduhan yang membuat ia bebas itu adalah penipuan, kini Polisi menuduh Henry Surya melakukan pencucian uang dan pemalsuan dokumen. Tuduhan penipuan sudah gagal di sidang pengadilan.

Penetapan tersangka kali ini bukan lagi berdasar pengaduan para korban. Dasarnya adalah pengaduan tipe A. Yakni yang datang dari kepolisian sendiri. Dari hasil penyelidikan polisi sendiri. Hasil penyelidikan itu lantas dibuat laporan polisi. Nomornya: 0086.

Mahfud mungkin perlu ikut memperhatikan laporan 0086 ini. Terutama dari segi tempusnya.

Bambang Hartono, humas LQ Lawfirm, mengkhawatirkan kekuatan LP 0086 itu. “Kelak hakim bisa membebaskan Henry Surya berdasar tempus. Bisa dianggap sudah kedaluwarsa,” ujar Bambang, yang sebelum gabung di Alvin Lim bekerja di Lawfirm Mercusuar Kebenaran dan LBH Posbakum.

Kekhawatiran Bambang itu berdasar surat panggilan yang di layangkan kepada para saksi. Di antara saksi itu ada yang klien LQ. Bambang lantas melihat surat panggilan tersebut. Di situ disebut bahwa tempusnya 2012. Artinya perbuatan yang dituduhkan pada Henry adalah perbuatan tahun 2012.

Tentu Bambang hanya khawatir. Kalau saja politikus bisa ngebut dengan perkara ini maka kejadian tahun 2012 belum bisa dianggap kedaluwarsa. Itu baru expired kalau penuntutannya telat sampai tahun depan.

Maka polisi memang harus cepat-cepat memproses perkara baru ini. Mungkin juga itulah sebabnya polisi memasukkan pasal pencucian uang. Mungkin daluwarsanya lebih panjang.

Bambang sebenarnya mendesak agar polisi menggunakan laporan polisi yang ia buat. Yani LP 0204. “Tempusnya 2019. Daluwarsanya masih lama,” ujar Bambang.
Menurut Bambang, polisi awalnya sudah memproses LP 0204 yang dibuat kantornya itu. Henry Surya sudah ditetapkan sebagai tersangka. Tapi tidak ada kelanjutannya. “Saya dengar kasusnya dianggap sama dengan yang sedang disidangkan saat itu,” ujar Bambang.

Padahal, kata Bambang, kasusnya beda sekali. “Yang kami laporkan di 0204 bukan Indosurya, tapi Inti Finance yang juga milik Henry. Korbannya 185 orang klien kami,” katanya. “Total kerugian mereka Rp 800 miliar,” tambahnya.

Mungkin polisi menganggap LP 0086 bisa lebih sakti. Apalagi memasukkan pasal pencucian uang.

Semua itu akan jelas Jumat besok. Saat polisi melakukan jumpa pers. Saat itu juga kemungkinan besar Henry Surya dinyatakan akan ditahan.

Begitu perintah penahanan diterbitkan barulah polisi mencarinya. Mungkin masih ada. Mungkin sudah entah di mana. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 15 Maret 2023: Superhemat

thamrindahlan
Pertanyaan saya belum terjawab. Kenapa Abah senang atau suka atau hobby jalan .sendiri an. Ketika menjadi sesuatu dulu Abah (kabarnya) tidak maksimal menggunalan (menikmati) 5 fasilitas pendamping ketika dalam perjalanan dinas. Perusuh sudah tahu siapa 5 pendamping seorang birokrat. Petugas melekat erat itu ; Sopir; ajudan, sekkretaris, pengawal dan staf ahli khusus. Saya pikir Pak DI dalam kapasitas seorang wartawan tamoaknya lebih nyaman jalan sendiri an. Teman Abah yang diandalkan cuma Ponsel dan Dompet. Beliau tidak membutuhkan teman seperjalanan seperti laiknya perusuh lansia. Perjalanan muhibah di gurun pasir sana Abah sangat menikmati kesendirian bicara dengan orang asing. Bebas lepas sehingga rasa haru, meneteskan air mata sampai kisah si roti lebar sepayung temben mrmbuat perusih ikut menikmati reportase disway nan menghibur. Sementara terjawab kenapa Abah hobby jalan sendiri an. Hanya saja ketika senam pagi terpaksa bawa rombongan besar seperti ketika 20 perusuh di ajak jala jalan ke Pandeglang. Salamsalaman.

Agus Suryono
KARENA SAYA JUGA MANTAN WARTAWAN.. Maka pertanyaan pak Thamrin Dahlan saya jawab aja. He he.. Wartawan itu, semakin BERLIKU, perjalanan dan atau PETUALANGANNYA, maka akan melahirkan LEBIH BANYAK tulisan. Dan lebih banyak VARIASI ceritanya. Lebih banyak HONORNYA juga, kalau untuk wartawan PEKERJA.. #Kalau WARTAWAN PEMODAL kayak Abah, honor TIDAK PENTING. Bagi beliau, yang penting banyak KOMENNYA. Komen yang BERKUALITAS, ASYIK, SERU, LUCU.. Yang sampai membutukan dua atau tiga TISU dari bu Dahlan..

AnalisAsalAsalan
@JS Ah, Abah ini yang ga enak-enak saja yang ditulis. Yang enak apalagi enak buanget dinikmati sendiri. Kalau ditulis, khawatir dibilang pamer atau riya’. Hahahahaha.

Jokosp Sp
Hemat itu menyakitkan. Misal Surabaya – Jakarta, lanjut Jakarta – Mekah – Jedah naik lion klass ekonomi. Saya nggak mbayangin sakitnya. Yang dekat Banjarmasin – Semarang atau Banjarmasin – Jakarta saja sungguh – sungguh menyiksa, punya kaki panjang dengan penataan kursi yang dipepetkan untuk 1 jam perjalanan huhhhhhhh rasanya mau turun saja kalau bisa. Belum sakit di paha, punggung lebih terasa lagi, mau menyandarkan kursi pasti dilarang pramugari karena mengganggu yang dibelakangnya. Enak jika dapat kursi dekat pintu darurat. Jadi apa enaknya berhemat?. Kalau sudah tua seharusnya masa-masa menikmati saja. Kalau boleh minjam kata Om Aryo : lah lak opo wis tuwek tinggal nunggu mati, la dipenakno ae uripe, dinikmati sing wis ono, diokehi amale wae. Mati yo mung nggowo rogo kok urip tuwo digawe soro.

mz arifinuz
Isteri I= permaisuri, ratu. Isteri II= madu. Isteri simpanan= gula2. Isteri III= pemanis buatan? Isteri IV= manisan buah?

bagus aryo sutikno
Berangkat sendiri pulangnya berdua, boncengan sampai punggung dekok amergo ketiban gunung, YO SUPERHEMAT penuh nikmat tho mas Jimmy. Pertanyaan superkepo saya, ora mbok baleni nehh mas..?!

Lusy Anggraini
Pribahasa yang cocok untuk pak D bukan lagi HEMAT pangkal KAYA, melainkan HEMAT pangkal TEMBEM sehat selalu pak D, semoga semakin tembem pipine, atine, imane, lan duwite. hehe

mz arifinuz
Apa beda Sapi dg Sapi-i? Sapi, ekor nya di belakang. Sapi-i, ekor nya di depan. Kata nya.

1 2Laman berikutnya
Sponsored Content

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button