Khofifah

Oleh: Dahlan Iskan
INDOPOSCO.ID – DIA terus sibuk membangun Jatim. Padahal godaan politik nasional begitu besar. Gubernur Khofifah Indar Parawansa kini ibarat gadis cantik—dia memang cantik—yang diincar semua siapa saja. Terutama di hari-hari pencalonan presiden Indonesia mendekati deadline-nya.
Khofifah terus bersikap cool. Capres Prabowo Subianto, setahu saya, mengirim utusan. Silih berganti. Agar Khofifah mau jadi pasangannya: sebagai calon wakil presiden.
Anies Baswedan juga mengincar Khofifah. Nasdem, sebagai pengusung Anies sudah berusaha keras meminang Khofifah. Hanya Ganjar Pranowo yang belum serius mendekati Khofifah. Mungkin karena punya calon wakil presiden sendiri: Erick Thohir. Atau hanya karena belum waktunya meminang Khofifah.
Sejauh ini Khofifah masih diam. Jangankan menyanggupi. Memberikan kisi-kisinya pun tidak. Orang begitu sulit menebak ke mana arah Khofifah di percaturan politik nasional.
Dia terus memikirkan Jatim. Dia tidak ingin mendapat kesan meninggalkan tanggung jawab utama sebagai gubernur. Dia tidak terlihat membentuk jaringan relawan. Juga belum safari ke mana-mana. Dia terus safari di Jatim. Sabtu lalu saya bertemu di Takeran, Magetan. Sehari sebelumnya di Madiun.
Khofifah ingin mencatatkan prestasi maksimal di Jatim. Dia mewarisi jabatan gubernur-gubernur sebelumnya yang juga berprestasi. Kebesaran Jatim sebagai provinsi besar, kali ini ada di tangan gubernur wanita.
Meski baru sekali menyaksikan sendiri paparan Khofifah atas prestasi Jatim, saya sudah bisa mengambil kesimpulan: Khofifah sudah berhasil mentransformasikan diri dari seorang pemimpin organisasi masa wanita menjadi seorang teknokrat. Dia bisa bicara lugas mengenai angka-angka statistik yang rumit. Dia bisa menjelaskan apa yang terjadi di balik angka-angka itu: angka kemiskinan, angka tingkat pendidikan, angka pertumbuhan ekonomi, perimbangan wilayah desa-kota-pantai pun sampai ke soal tingkat kesehatan penduduk.
Khofifah tidak lagi bicara yang umum-umum seperti seorang pemimpin umat. Dia sudah selalu bicara program, bagaimana menerapkan program, target apa yang harus dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Lalu juga bicara evaluasi, sistem, dan mitigasi risiko. Semua capaian itu tidak saya uraikan di sini karena sudah ada laporan khusus yang membedahnya di halaman-halaman di Harian Disway ini.
Ciri-ciri keteknokratan seorang pemimpin terlihat pada Khofifah. Maka, sebenarnya dia sudah layak untuk masuk ke kancah kepemimpinan nasional. Maka, kini Khofifah punya dua kekuatan besar: sebagai pemimpin umat dan sebagai administrator pembangunan.
Sebagai pemimpin umat, Khofifah adalah ketua umum Muslimat NU. Bukan satu atau dua periode. Tapi sudah melegenda. Sebagai administrator, Khofifah pernah menjadi menteri, tapi membawahkan seluruh bidang kehidupan rakyat sudah teruji ketika menjabat gubernur Jatim ini.
Sebagai kepala daerah, Khofifah juga bisa ’’ngemong’’ bawahan. Termasuk ngemong wakil gubernur Jatim yang sangat muda, ganteng, populer, dan pintar: Emil Dardak. Pasangan ini tergolong yang bisa menyimpan unsur-unsur perbedaan. Gubernur bisa membagi tugas sehingga sang wakil merasa mendapat bagian tanggung jawab. Sang wakil juga bisa membawakan diri secara baik sehingga tidak tampak ingin di depan.
Sebagai rakyat Jatim, saya merasa bersyukur bahwa provinsi ini selalu mendapat gubernur yang berprestasi. Termasuk gubernur Khofifah yang sekarang ini. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 12 Februari 2023: Ilmu Gempa
Amat K.
Enak banget mimpi buang air kecil. Uh. Terasa lega. Eh pas bangun sedikit basah di celana.
mz arifinuz
Memalukan? Kenapa harus malu bila mempercayai gempa itu bisa sebagai azab, hukuman dari Tuhan atas dosa umat manusia? Tak perlu malu, karena Tuhan bisa menghukum, menguji manusia dg apa saja. Tuhan maha Kuasa, berbuat apa saja yg dikehendaki Nya. Kita bisa tak tahu dosa2 yg dilakukan lain orang. Muslimuun tiap hari dianjurkan untuk minta ampun pd Tuhan. Shodaqoh bisa menolak bencana. Apa susah nya bagi Tuhan, menjadikan benturan2 lempeng benua dg keras atau lembut? Bila dikenai bencana, maka bersabar. Bila sukses, berhasil, maka bersyukur. Manusia tetap harus berusaha hindari bencana.
mz arifinuz
4 rukun iman Komunis Tiongkok: Buruh, tani, pengusaha, ilmu pengetahuan. Tuhan bukan rukun iman Komunis Tiongkok. Tuhan ghoib. Akal & nyawa itu ciptaan Siapa? Tgl lahir & tgl mati kita, Siapa yg nentukan? Apa kita tak perlu berterimakasih kpd Pencipta akal & nyawa kita? Apa akal & nyawa tercipta dg sendiri nya? Pencipta kita tentu maha Mengetahui. Pencipta mengutus utusan Nya, memberitahu apa yg kita belum mengetahui, ttg nama Pencipta kita, Siapa Pencipta kita, Siapa Pencipta akal & nyawa kita. Bukan sok mengetahui.
Kalender Lengkap
Sepertinya tulisan hari ini bernada sangat sekuler. Gempa memang pasti akan terjadi, karena sudah sunnatullah ada kerak bumi begerak berlawanan secara sangat perlahan tahun ke tahun, dan tiba di suatu masa tekanan akibat tumbukan lempeng tanah tersebut tiba di titik kritikalnya, lalu terlepas tiba-tiba dan muncullah gempa. Masalahnya, jika penduduk di suatu negeri itu beriman, lepasnya tekanan bisa jadi dimunculkan Allah secara perlahan berupa gempa kecil-kecil tapi sering, sampai tegangan tumbukan berkurang atau habis. Atau masyarakat wilayah gempa diberi Allah pengetahuan dan kesadaran plus rezeki untuk membangun rumah tahan gempa. Tapi kalau Allah ingin memberi peringatan, atau bahkan mengazab suatu kaum, maka lepasnya energi tumbukan bisa jadi ditiba-tibakan, dalam waktu tak terduga, dan dengan pelepasan energi yang maksimal. Plus warganya sebelumnya dibuat ngeyel sama insinyur dan pejabatnya suka korupsi besi bangunan. Jadi marilah kita banyak beristigfar, tapi tetap belajar ilmu gempa dan menerapkannya.
imau compo
Quote terbaik hari ini. Saya mendengar omongan seperti ini dari seorang Prof. Matematika, bukan dari ahli gempa. Mungkin intuisi beliau dengan ilmu yang tinggi yang memberikan pemikiran itu. Intuisi dapat lahir dari ilmu yang tinggi. Kita ambil hikmah kelirunya P’DI hari ini dengan banyaknya perusuh yang tobat. Leong Putu terenyuh timbul empati….urat lucunya hilang. Ha…ha…ha. Peace Leong Putu. Saya pesan ayam betutu saja dari kantinnya.
Jhel_ng
Ulama-ulama harus bersepakat, mungkin dalam kerangka fiqih peradaban: dalam setiap bencana, fatwa yang perlu disepakati adalah keselamatan bersama adalah nomor satu. Mau alim, ulama, kelas masyarakat apapun, hingga pendosa dari level RT sampai internasional, ketika ada bencana wajib menjaga keselamatan dirinya dan orang orang di sekitarnya. Juga komunitasnya. Juga umatnya. Negara melalui instrumennya memastikan itu. Wajib. Jika ada ulama yang di masa penanganan mengeluarkan pernyataan tidak berdasarkan sains dan azas keselamatan, dia bisa dianggap mengingkari fatwa. Prihatin, di tengah penanangan gempa yang serius, ulama Turki menyampaikan ini ada perbuatan “musuh” mereka. Di sisi lain, ulama Mesir menyampaikan itu adzab bagi sesama muslim karena gagal membela kasus di Swedia. Artinya yang ulama mesir menganggap ulama Turki yang tadi juga sebagai pihak yang berdosa yang boleh diadzab. Pernyataan-pernyataan itu kontraproduksi. Malah salah-salahan terus dan tidak ada solusi. Coba misalkan kedua ulama itu ada di Indonesia. Perseteruan bisa menjadi solusi. Dipertemukannya mereka dalam satu ring. Kemudian bisa adu tenaga dalam. Direkam, dikontenkan, dan disiarkan di sosmed. Dapat ads, bisa disumbangkan. Dan tidak ada yang terluka diantara keduanya. Kalaupun ada lukanya di dalam, namanya juga tenaga dalam… Selamat hari minggu pembaca sekalian.
Budi Utomo
Kalau mengacu pada pemikiran jitu Islah Bahrawi yang aktif dalam deradikalisasi: Qutb isu sama seperti Lenin. Lebih jelasnya bisa dilihat di Twitter Islah Bahrawi. Walau saya selalu ingat kata bijak Abah Dahlan bahwa pembaca Disway ini sudah independen dan opini dari siapapun tak bisa mengubah pemikiran seorang pembaca Disway. Baik yang ekstrem kiri (Lenin) maupun ekstrem kanan (Qutb). Yang satu memanfaatkan sosialisme. Yang lain memanfaatkan islam. Berdasarkan opini Abah Dahlan, saya setuju bahwa manusia itu hanya mau mempercayai apa yang dia mau percayai. Jadi kalau ekstrem kiri hanya percaya narasi ekstrem kiri dan ekstrem kanan hanya percaya narasi ekstrem kanan. Wah, Papa pintar! Ada apa Shinchan, jangan ganggu Papa, Papa lagi serius sama Bung KS nih! Tapi Papa juga bodoh! Lho kok bodoh? Ya iyalah kalau pintar ngapain nanggapin KS khan kita ga bisa ubah cara dia berpikir! Lagi-lagi Shinchan kabur sambil ngakak dan membuat saya tertegun merenungkan kata-kata bijak Abah Dahlan.
Denny Herbert
Kemarin sebagian para perusuh 1.0 agrinex melakukan pertemuan kopdar lagi setelah 40 hari bertemu di agrinex. Senang rasanya bisa bersilahturamih lagi dengan teman-teman baru ini.. ada yg dari Palembang dan Semarang pun datang… ada yang membawa keluarga jadi kami semakin kenal dengan keluarganya juga… Pertemuan ini jauh lebih cair dibandingkan dengan Pertemuan Perdana di swissbell hotel tempat kami berkumpul pertama kali.. sekarang sudah seperti saudara sendiri.. Kata Babeh Dahlan Thamrin/DT 40 Hari adalah symbol perubahan.. berubah yg dulu asing menjadi persahabatan.. Banyak hal yg dibicarakan bukan hanya temu kangen biasa.. semoga bisa terus berlanjut dengan kegiatan2 yg lebih bermanfaat lagi.. Kita berharap nanti ada aksi2 nyata lanjutan lagi.. Kita tunggu bahasan tambahan dari Babeh DT dan perusuh lainnya..
Kliwon