Abad Fikih

Oleh: Dahlan Iskan
INDOPOSCO.ID – 00.00 waktu Sidoarjo.
Di pukul 00.00 itulah rangkaian acara satu abad Nahdlatul Ulama dimulai. Di stadion sepak bola. Tanggal 6 Februari 2023.
Acara pertama itu adalah pembacaan Quran. Oleh para kiai terpilih di NU. Disusul dengan acara istighotsah kubro. Sampai pukul 03.00. Lalu disambung dengan acara ketiga: kiyamul-lail. Salat malam. Sampai menjelang datangnya waktu salat subuh. Lapangan rumput stadion itu akan dilapisi karpet. Menjadi lantai masjid yang sangat luas.
Setelah salat subuh, acara yang Anda tunggu pun tiba: bersalawat masal, dengan pimpinan yang anda sudah kenal: Habib Syech dari Solo. Sekaligus Anda bisa melepas kerinduan akut pada Habib. Sebelum Covid-19 nyaris setiap malam Habib Syech keliling Indonesia melakukan konser salawat. Ngangeni.
Sekali ketemu, Syechermania –fans Habib Syech– bisa berpuas-puas di perayaan satu abad NU ini. Ada waktu sampai pukul 07.00. Yakni ketika puncak acara dimulai: dihadiri Presiden Jokowi.
Yang tampil pertama di puncak acara nanti adalah Erick Thohir, Menteri BUMN selaku ketua panitia. Lalu sambutan selamat datang dari Rais Aam PB NU. Lalu pidato Presiden Jokowi.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Staquf, tampil setelah presiden. Yakni untuk menyampaikan hasil Muktamar Fikih Peradaban.
Rupanya itulah ”gong” satu abad NU: bicara soal peradaban umat manusia di jagat raya.
Peringatan satu abad tentu tidak terasa bobotnya kalau hanya bicara persoalan-persoalan praktis. Maka ketum PBNU memanfaatkan peristiwa satu abad ini dengan monumen yang tinggi: bicara peradaban manusia.
Muktamarnya sendiri akan berlangsung Senin lusa. “Ini sebagai kelanjutan dari R-20,” ujar Kiai Staquf di depan media pekan ini. R-20 adalah forum ulama dari berbagai agama yang menyertai KTT G-20 di Bali tahun lalu.
Yang menarik, di muktamar peradaban ini disisipkan satu kata ”fikih”: Fikih Peradaban.
Fikih adalah pedoman untuk menjalankan peribadatan dalam Islam. Ada fikih salat. Fikih zakat. Fikih bersetubuh. Apa pun yang terkait dengan hidup manusia sehari-hari ada fikihnya.
Tapi istilah ”fikih peradaban” baru dimunculkan sekarang ini. Tentu setiap orang akan menebak-nebak: seperti apa bunyi fikih peradaban itu nanti. Kita baca isinya. Lalu kita akan hidup mengikuti fikih itu.
Kiai Staquf belum banyak membocorkan kisi-kisi isi fikih peradaban itu. Mungkin masih harus dibahas dulu dalam muktamar fikih peradaban Senin depan.
Salah satu kisi yang diperlihatkan, misalnya, bagaimana umat Islam memandang penganut agama lain. Katakanlah terhadap Kristen. Selama ini ada sikap anti, benci, bahkan bermusuhan. Apakah memelihara sikap seperti itu akan menghasilkan peradaban manusia yang tinggi.
Setelah NU satu abad memperjuangkan ahli sunnah wal jamaah, maka pekerjaan besar abad berikutnya ini adalah membangun peradaban. Bukan main. Pekerjaan yang amat besar. Mendasar. Juga sensitif.
Tentu di puncak acara satu abad nanti baru akan dicanangkan bidang garap itu. Jangan harap minggu depan sudah akan terbit fikih peradaban yang bisa dibaca.
Merumuskan jenis fikih itu saja akan memakan waktu bertahun-tahun. Bahkan puluhan tahun. Apalagi Kiai Staquf bukanlah tipe ulama yang radikal. Kiai Staquf juga belum dikenal sebagai ulama langitan –sekelas KH Bisri Syansuri atau pun KH Wahab Chasbullah. Ia juga belum dikenal sebagai pemikir yang pernah melahirkan teori-teori pemikiran dalam Islam. Semuanya masih seperti ia simpan di otaknya.
Mungkin kini saatnya Kiai Staquf muncul sebagai pembaharu pemikiran Islam yang baru. Seorang pembaharu cenderung akan terlibat dalam kontroversi besar. Apalagi ini menyangkut peradaban. Jabatannya sebagai ketua umum PBNU memberikan jaminan bahwa akan banyak yang mendengarkan dan mengikutinya.
Kiai Staquf mungkin sudah begitu banyak terlibat di seminar internasional. Di forum seperti itu keluhan terhadap banyaknya doktrin intoleransi dalam ajaran Islam banyak sekali. Sampai pun mereka punya daftar ajaran Islam yang mana yang dimaksudkan itu.
Tentu perdebatan fikih peradaban ini hanya akan melibatkan para ulama, ilmuwan, dan elite di dalam NU. Terlalu berat. Lebih baik ikut datang yang jam 05.00. Yakni untuk bersama Habib Syech mengalunkan salawat bernada. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 3 Februari 2023: Polda Bobol
Handoko Luwanto
Mungkin bom seberat itu disamarkan ke dalam tabung LPG 12kg. Atau bisa jadi disamarkan ke dalam galon air isi ulang. Hmm… atau dimasukkan ke dalam tanki truk muat air bersih. Dengan lebih dulu menyabotase kran air untuk wudu. Begitu melewati pos security-check, pelaku mengambil bomnya lalu masuk ke dalam masjid. Turut berduka bagi segenap korban bom di masjid Mapolda Peshawar.
Pryadi Satriana
Pryway: Islam ‘Kanan’ dan ‘Kiri’ Islam ‘kanan’. Sebutan lain untuk ‘Islam fundamentalis’, yang ‘literal’ dalam pembacaan teks Kitab Suci, karenanya cenderung ‘normatif’ (baca: ‘kaku’) – termasuk dalam ‘memaknai’ sunnah nabi, yang ‘ndhak dilakukan nabi’ ya ‘jangan dilakukan’, contohnya: ziarah kubur. ‘Jangan’-nya ditekankan, jadi ‘haram’. Makna ‘haram’ pun berubah: ‘yang dilarang Allah’ menjadi ‘yang tidak dilakukan nabi’. Kebablasan. ‘Pembacaan literal’ inilah yang jadi masalah, terutama kalimat: “Islam agama yang diridhoi Allah”, diartikan: agama lain ndhak diridhoi Allah, berarti “ndhak masalah jika dimusnahkan”. Pemahaman seperti inilah yang mendasari terorisme! Pemahaman ini ‘ahistoris’ – bertentangan dg sejarah – dan ‘ndhak logis’ (‘illogical’). Islam ndhak ‘ujug-ujug’ ada dan satu2nya ‘agama wahyu’. Ada Yudaisme, yg menyembah “Allah Ibrahim, Ishak, dan Yakub”. Ada Kekristenan (Christianity), yg jg menyembah “Allah Ibrahim, Ishak, dan Yakub”, yg jg disembah oleh umat muslim! Jadi, umat Yahudi, Kristen, dan Islam menyembah ALLAH YANG SAMA: “Allah Ibrahim, Ishak, dan Yakub”! ‘Islam Kiri’ adalah ‘antitesis’ dari ‘Islam Kanan’. Islam yg “ndhak literal-tekstual”, yang “mengakomodasi tradisi” shg disebut “Islam tradisional”. Krn pengaruh “kiri” dalam politik, ‘Islam Kiri’ jg berarti ‘Islam yg menerima pemikiran2 demokrasi & segala konsekuensinya’, menjadikan ‘berbau sekuler’, shg disebut ‘Islam Liberal’, yg belakangan di-‘reposisi’-kan sbg ‘Islam Progresif’. Salam. Rahayu.
Handoko Luwanto
Tragedi di Pakistan sekali lagi mengingatkan kita betapa tak ternilainya “Bhinneka Tunggal Ika” di sini. Bayangkan di sana di dalam suatu faksi ada sub-sub faksi. Di dalam tiap sub faksi bisa jadi ada turunan sub faksi lagi. Wong sama-2 pakai nama Taliban tapi tak saling akur. Apa perlu Pakistan dijadikan negara kepulauan ? Dengan cara bikin terusan-2 yg melintasi daratannya. Lalu tiap “pulau” nya diserahkan ke masing-2 faksi.
Johannes Kitono
Botanical Garden. Beberapa hari ini cuaca di Adedaile sangat tidak ramah.Bulan Pebruari yang masuk Autum masih terasa dingin. Tiupan angin menusuk sampai ke tulang. Seandainya shooting film 007 disini yang super dingin justru membawa berkah.James Bond pasti tidak kekurangan Bond Girls untuk menghangatkan tubuhnya. Jelas nasib beda jauh antara James Bond dan komentator. Dengan long john, kaos berlapis dua dan jaket Anna Avantie nekat juga ke Central Market. Sesudah brunch Ayam kung pao dan telur terong, naik bus no 99 ke Adelaide Botanical Garden ( ABG ) yang terletak ditengah kota. ABG seluas 51 Ha didirikan tahun 1857 dengan Direktur pertama George Francis (1800- 1865 ).Tamannya teratur rapi dengan aneka pohon dikelilingi bunga warna warni. Hari ini sepi pengunjung.Bisa jadi cuaca yang on off antara panas dan dingin tidak mendukung. Penduduk kota 1,3 juta orang lebih senang ngopi atau *menghangatkan* tubuh dirumah. ABG mengadakan Kursus Hortikultura untuk umum. Seminggu hadir 2 x dapat teori dan sisanya langsung praktek.Ada Diggers Club bagi yang hobby cocok tanam.Dan pamplet petunjuk semua tanaman di SA, lengkap dengan musim tanam dan panennya.Dibandingkan dengan Kebun Raya Bogor ( KRB) yang luasnya 87 Ha dengan koleksi 15 rb tanaman memang ABG lebih bersih dan rapih. Masuk ABG gratis dan ada toko kecil yang menjual bibit tanaman dan sapronaknya. Ada tanaman bernama Balinese Lady dengan foto wanitaJepang.Kalau di KRB ada Monumen Cinta Lady Raffles di ABG pasti tidak ada.
Fiona Handoko
happy holiday bpk johannes kitono. tentu nyaman bertetirah di adelaide. yang langganan masuk one of the worlds most liveable cities