• Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Ekonomi

Hulu Migas di Persimpangan Transisi Energi, IPA Dorong Reformasi Kebijakan

Dilianto - Editor Dilianto -
Rabu, 17 Desember 2025 - 02:13
in Ekonomi
EITS

Sejumlah narasumber hadir dalam acara EITS Discussion Series VII 2025 dengan tema “Pemantik Bisnis Sektor ESDM 2026, Dari Hilirisasi Hingga Transisi” di Jakarta, Senin (15/12/2025). Foto: Herry Rosadi/INDOPOSCO

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Di tengah gejolak global dan arus besar transisi energi, sektor hulu minyak dan gas bumi kembali ditegaskan sebagai jangkar utama ketahanan energi Indonesia.

Isu tersebut mengemuka dalam EITS Discussion Series VII 2025 dengan tema “Pemantik Bisnis Sektor ESDM 2026, Dari Hilirisasi Hingga Transisi” di Jakarta, Senin (15/12/2025). Forum ini menyoroti urgensi menghentikan tren penurunan produksi migas nasional yang telah berlangsung lebih dari satu dekade dan berpotensi menggerus ketahanan energi dalam beberapa tahun ke depan.

BacaJuga:

Citilink Pastikan Kesiapan Penerbangan Jelang Lonjakan Penumpang Libur Nataru 2025/2026

Usaha Mikro Makin Berdaya, Kebijakan UMKM Mulai Berbuah Nyata

Menuju Masa Depan Rendah Karbon, Energi Terbarukan Didorong Jadi Andalan

Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA), Marjolin Wahjong, menegaskan ketahanan energi bukan sekadar isu ekonomi, melainkan menyangkut keberlanjutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurutnya, pemerintah perlu mengambil langkah antisipatif dan terukur untuk membalikkan tren penurunan produksi migas, sekaligus menjaga kesinambungan pembangunan jangka panjang.

“Sektor hulu migas masih memegang peran strategis di tengah meningkatnya kebutuhan energi dan proses transisi menuju ekonomi rendah karbon. Kita harus menghentikan penurunan produksi dan meningkatkan produksi selama era transisi energi sambil menargetkan net zero pada tahun 2060,” kata Marjolin.

Ia mengungkapkan, proyeksi kebutuhan energi nasional hingga 2050 menunjukkan lonjakan signifikan. Permintaan gas diperkirakan meningkat hingga empat kali lipat, sementara minyak dua kali lipat. Ironisnya, produksi migas domestik justru terus melandai.

“Jika tidak direspons dengan kebijakan yang pro-investasi maka kondisi tersebut berisiko memperlebar kesenjangan pasokan energi,” ungkap Marjolin.

Dari sudut pandang pelaku usaha, IPA menilai kepastian hukum dan penghormatan terhadap kontrak menjadi fondasi utama dalam menjaga kepercayaan investor. Industri hulu migas dikenal sebagai sektor dengan karakter high risk, high capital, and high technology, serta memiliki siklus proyek yang dapat melampaui 30 tahun.

Karena itu, stabilitas regulasi dinilai menjadi kunci daya saing Indonesia di tengah ketatnya kompetisi global. Selain percepatan eksplorasi, kemudahan perizinan dan koordinasi lintas kementerian juga menjadi prasyarat penting untuk mencapai target produksi nasional.

“IPA mendorong agar lebih banyak wilayah kerja ditawarkan kepada investor, disertai proses persetujuan yang lebih cepat dan koordinasi lintas kementerian yang lebih efektif. Karena itu, revisi Undang-Undang Migas menjadi langkah penting untuk memperkuat iklim investasi jangka panjang,” jelasnya.

Marjolin menegaskan, transisi energi memang tidak terelakkan, namun pemerintah harus memastikan bahwa ketahanan energi dan keterjangkauan masyarakat terhadap energi tetap menjadi prioritas utama, tanpa dikorbankan oleh agenda keberlanjutan semata.

“Bila kebijakan pemerintah yang tepat sasaran dipastikan mamacu kontribusi industri migas terhadap capaian target net zero emission 2060. Apalagi ditopang penerapan teknologi carbon capture and storage (CCS) sembari mengurangi ketergantungan pasokan energi domestik terhadap impor,” tambahnya.

Di tengah transisi yang terus berjalan, satu pesan menjadi terang, tanpa penguatan sektor hulu migas hari ini, ketahanan energi Indonesia esok hari berisiko kehilangan pijakan. (her)

Tags: EITSindustri hulu migasKetahanan EnergiTransisi Energi
Berita Sebelumnya

Dongkrak Ekonomi Lokal, Batfest 2025 Libatkan Ratusan UMKM di Tanah Bumbu

Berita Berikutnya

Kemenkeu Turun Langsung Kawal Aduan Program Strategis, dari Pajak hingga Bencana

Berita Terkait.

citylink
Ekonomi

Citilink Pastikan Kesiapan Penerbangan Jelang Lonjakan Penumpang Libur Nataru 2025/2026

Rabu, 17 Desember 2025 - 13:41
umkm
Ekonomi

Usaha Mikro Makin Berdaya, Kebijakan UMKM Mulai Berbuah Nyata

Rabu, 17 Desember 2025 - 13:03
Panel Surya
Ekonomi

Menuju Masa Depan Rendah Karbon, Energi Terbarukan Didorong Jadi Andalan

Rabu, 17 Desember 2025 - 12:22
Pembangkit Listrik
Ekonomi

Gas Alam dan Dilema Transisi Energi Indonesia

Rabu, 17 Desember 2025 - 10:50
Anjungan Migas
Ekonomi

Investasi Migas Digenjot, Indonesia Siapkan Tameng Hadapi Tekanan Global

Rabu, 17 Desember 2025 - 07:31
kemenkue
Ekonomi

Kemenkeu Turun Langsung Kawal Aduan Program Strategis, dari Pajak hingga Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 - 03:14
Berita Berikutnya
kemenkue

Kemenkeu Turun Langsung Kawal Aduan Program Strategis, dari Pajak hingga Bencana

  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.