INDOPOSCO.ID – Hujan yang kerap turun di penghujung tahun menggoyang stabilitas harga pangan, terutama cabai. Di tengah persiapan masyarakat menyambut Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta libur panjang, pemerintah bergerak cepat agar dapur rumah tangga tetap aman dari lonjakan harga.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyadari bahwa akhir tahun selalu membawa tantangan tersendiri bagi sektor hortikultura. Curah hujan yang meningkat membuat produksi sayuran dan cabai menjadi tidak menentu, sehingga berpotensi memicu gejolak harga di pasar.
“Hal yang perlu diantisipasi karena akhir tahun biasanya musim hujan, produk hortikultura seperti sayuran dan cabai memang rentan terhadap perubahan cuaca. Khusus cabai, ini agak berbeda. Begitu perubahan cuaca, misalnya hujan, biasanya para petani tidak metik atau petikannya tidak sebanyak kalau kondisi normal,” ungkap Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono di Jakarta, Senin (15/12/2025).
Kondisi tersebut turut dirasakan di wilayah konsumsi besar seperti Jakarta. Ketika panen berkurang di sentra produksi, pasokan ke pasar otomatis menipis dan harga pun ikut terkoreksi.
“Di Jakarta juga seperti itu kondisinya. Pada saat musim hujan di daerah-daerah sentra mungkin pemetikannya kurang, sehingga harga terkoreksi. Nah begitu nanti kondisi normal akan kembali ke normal. Solusinya bagaimana produksi-produksi cabai di daerah-daerah sentra ini bisa dimobilisasi untuk ke daerah-daerah yang kekurangan,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, Bapanas memfasilitasi kerja sama business to business antara pedagang besar di Jakarta dengan petani cabai di Aceh Tengah. Dari wilayah tersebut, rata-rata pasokan sekitar 13 ton cabai per hari dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan pasar induk utama, mulai dari Pasar Induk Senen, Kramat Jati, Tanah Tinggi, Cibitung, hingga Pasar Induk Caringin di Bandung.
Tak hanya Aceh Tengah, Bapanas juga memantau sejumlah daerah sentra lain yang masih memiliki harga relatif terjangkau, seperti Kabupaten Jeneponto, Enrekang, dan Wajo di Sulawesi Selatan. Langkah penjajakan mobilisasi stok dari wilayah tersebut akan ditindaklanjuti bersama Kementerian Pertanian.
“Memang ada tantangan distribusi karena faktor cuaca dan sebagainya, yang kemudian bisa menyebabkan terganggu pasokan dan ujungnya terkoreksi harga tadi. Nah tapi kita terus lihat perkembangannya day per day secara nasional,” sebut Maino.
Upaya stabilisasi ini,lanjut Maino, juga diperkuat melalui kerja sama antar daerah yang telah berjalan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah daerah didorong berperan aktif, termasuk dalam membantu pembiayaan distribusi dan transportasi.
“Program kerja sama antar daerah, ini sudah berjalan dalam sekian tahun terakhir. Bagaimana daerah-daerah yang bukan sentra, itu melaksanakan kerja sama dengan daerah sentra. Hal yang lainnya ada peranan pemerintah daerah, bagaimana membantu biaya distribusi, biaya transportasi, sehingga membantu masyarakat bisa menikmati harga pangan dengan harga baik tentunya,” tambahnya.
Di tengah derasnya hujan dan padatnya agenda akhir tahun, upaya menjaga ketersediaan cabai menjadi bukti bahwa stabilitas pangan bukan sekadar urusan pasar, melainkan kerja bersama agar masyarakat tetap bisa merayakan momen penting tanpa rasa khawatir. (her)









