• Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Koran
indoposco.id
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks
No Result
Lihat Semua
indoposco.id
No Result
Lihat Semua
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
  • Koran
Home Disway

Dahlan Dahlan

Juni Armanto Editor Juni Armanto
Jumat, 21 November 2025 - 08:00
in Disway
disway

disway

Share on FacebookShare on Twitter

INDOPOSCO.ID – Dahlan sekarang sudah kelas enam SD. Anaknya pintar. Ingin masuk SMP di Jawa. Pun saudara kembarnya yang lahir perempuan: Benyah Gresyah Queen Hesegem.

Saya bertemu Dahlan kemarin sore. Di Wamena –ibu kota provinsi Papua Pegunungan. Saya ingat waktu ia baru lahir dulu: saya gendong. Saya pangku. Berarti itu sudah lebih 12 tahun lewat.

BacaJuga:

Satu Triliun

Air Jernih

Tiba-tiba Paha

Selama itu pula saya tidak pernah ke Wamena. Baru kemarin siang bisa ke sana lagi. Ternyata Wamena masih sama: masih tetap jauh dari Jakarta.

Total lima setengah jam penerbangan –melebihi ke Hong Kong atau Guangzhou.

Udara Wamena juga masih sama: sejuk sekali. Sekitar 17 derajat Celsius. Talasnya juga masih sama: enak sekali. Rasanya, talas Wamena-lah terenak di dunia.

Saya sering minta kiriman talas dari Wamena. Yang saya mintai tolong adalah bapaknya Dahlan: Pak Wolter Hesegem. Ia anak kepala suku di daerah Yahukimo yang paling dekat dengan Wamena.

Anaknya sudah lima orang. Dahlan adalah anaknya yang nomor tiga. Nama lengkapnya Dahlan Alfaro Hasegem.

Sebenarnya, kalau saja anak kembarnya itu laki-laki semua, Wolter akan memberi nama depan Dahlan dan Iskan. Tapi ternyata yang satu lahir perempuan.

Begitu tiba di Wamena saya ”napak tilas” ke kampung Pak Wolter. Bedanya, kali ini tidak lagi jalan kaki. Mobil sudah bisa ke kampung Ibiroma, kecamatan Kurima.

Sebenarnya kecamatan Kurima sudah masuk kabupaten Yahukimo. Tapi dari ibukota Yahukimo ke Kurima harus terbang dulu ke Wamena.

Yahukimo memang kabupaten yang amat luas. Karena itu mulai muncul aspirasi untuk pemekaran: wilayah yang dekat ke Wamena itu berdiri sendiri.

Tentu tidak semua mobil bisa diajak ”napak tilas”. Harus yang double gardan. Maka Toyota Hilux dan Mitsubishi New Triton yang bisa berlalu lalang di jalur ini.

Dulu saya ingat: harus berjalan kaki selama setengah hari untuk mencapai Ibiroma. Sedang puasa Ramadan pula. Kini hanya dua jam sudah tembus. Itu pun karena mobil harus tiga kali ”menyeberang” sungai. Tidak ada jembatan. Sungainya berbatu. Roda mobil seperti harus merayap di atas bebatuan berair deras.

Tentu kami khawatir terperangkap hujan. Sungai-sungai itu tidak akan bisa dilewati. Harus tunggu hujan reda. Itu pun belum cukup. Harus tunggu airnya surut.

Sepanjang jalan saya ngobrol dengan Pak Wolter. Pemkab Yahukimo terlalu jauh untuk memperhatikan jalan di wilayahnya yang amat jauh. Pemekaran kabupaten menjadi pilihan masyarakat setempat.

Saya mendarat di Wamena sudah pukul 13.00. Kalau harus makan siang bisa bahaya: keduluan hujan.

Napak tilas bisa gagal. Maka, dari bandara Jayapura, sambil menunggu pesawat yang delay, saya telepon Pak Wolter: agar membeli talas kukus. Untuk makan siang –sambil menikmati perjalanan ke Kurima.

Yang juga beda adalah banyaknya penerbangan Jayapura-Wamena. Banyak sekali. Trigana Air saja bisa enam kali sehari. Pakai pesawat Boeing 737 pula. Seingat saya Trigana itu spesialis operator pesawat-pesawat kecil.

Ternyata kini sudah punya pesawat-pesawat Boeing 737.

Tentu saya pilih naik Trigana –kalau tahu sebelumnya. Di benak saya nama Wing Air lebih populer.

Padahal pesawatnya pakai baling-baling: ATR. Perlu satu jam penerbangan. Padahal dengan Trigana hanya setengah jam.

Apalagi setelah tahu penerbangan Wings Air ini mundur dua jam.

Delapan kali penerbangan Jayapura-Wamena menunjukkan betapa majunya ekonomi kota Wamena.

Mungkin karena terutama sejak ada provinsi Papua Pegunungan yang Wamena menjadi ibu kotanya.

Pedalaman Papua lebih aman dari yang saya bayangkan. (Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan pada Tulisan Berjudul: Satu Triliun

riansyah harun
Istilah Vacum Cleanner seperti yang dituliskan Pak Dahlan bagi Perguruan Tinggi dalam menyedot jumlah mahasiswanya, sungguh tepat. Sepertinya BPS (Badan Pusat Statistik) semakin banyak bebannya untuk mendata, berapa pertambahan jumlah Sarjana yang menganggur setiap tahunnya karena tidak terserap oleh lapangan kerja..? Jika semua Perguruan Tinggi hanya mengejar jumlah mahasiswanya, tapi tidak ber tanggung jawab atas lulusannya, maka Indonesia akan terkenal dengan jumlah pengangguran Sarjana yang melimpah ruah. Saya sangat setuju dengan program pak Dahlan dalam merekrut siswa siswa berprestasi dan di sekolahkan S1 nya di China. Mereka akan berdaya saing tingkat dunia, dan bisa membuat jejaring dunia pula. Namun bagaimana dengan Perguruan Tinggi yang ada di daerah daerah, yang terus mengejar jumlah mahasiswanya (ibarat vacum cleanner), yang tidak peduli walaupun ruang kuliahnya masih bertebaran diberbagai tempat yang saling berjauhan, mana statusnya ruang pinjaman lagi..? Sepertinya Perguruan Tinggi t”idak peduli”, yang penting cuan masuk. Soal pengangguran, itu urusan pemerintah.

Wilwa
@SA.:):):). Anyway, di welfare countries macam Scandinavians, kesehatan untuk warga negaranya muraaaah sekali dengan kualitas yang sangat prima. Sedangkan pendidikan gratis tis tis untuk warga negaranya. Negara Scandinavians mensubsidi habis-habisan untuk dua sektor ini. Itu mungkin yang membuat mereka punya tingkat happiness yang sangat tinggi. Selalu masuk top 10 negara yang rakyatnya “happy”.

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
SYAHIDA: NAMA YANG MEMBENTUK IMAJINASI.. 1). Ketika membaca nama UIN “Syarif Hidayatullah”, kesan pertama yang terasa atau muncul di hati memang kuat. Yaitu sebuah universitas Islam yang kokoh dalam tradisi keilmuan dan keagamaan. Terlebih lagi, ada nama Syarif Hidayatullah—sosok Wali Songo, pendiri Cirebon, ulama besar yang jasanya melintasi zaman. Nama itu menghadirkan wibawa, sejarah panjang dakwah, dan figur yang sulit dipisahkan dari identitas keislaman Nusantara. 2). Namun saat mata melihat singkatan yang sama—UIN “Syahida”—bayangan dan imajinasi bergeser halus. Tiba-tiba terasa seperti memanggil seseorang bernama Syahida. Seorang perempuan salehah, lembut, dan cerdas. Nama yang memunculkan imajinasi tentang keteduhan sikap, kecantikan yang tidak dibuat-buat, dan kecerdasan yang memancar dari sikapnya. Dan—kalau jujur—ada sedikit kilatan jenaka di hati.. Ah, andai masih sama-sama lajang, mungkin ada getar tertarik yang tak perlu diumbar. Dua nama, satu institusi. Yang satu menghadirkan wibawa sejarah besar Islam. Yang satu menghadirkan imajinasi manis yang manusiawi. ### Kedua rasa itu sah. He
he . Keduanya tetap saya hormati sepenuhnya. (He he, lagi)..

MULIYANTO KRISTA
Mengucapkan selamat kepada Disway atas didapatkannya juara 1 Liputan Media Cetak oleh mas Ghinan Salman dalam ajang Anugerah Jurnalistik Kementerian Komdigi. Semoga Disway menjadi media yang semakin besar dan terpercaya.

istianatul muflihah
Kalau dalam novel Animal Farm, karya George Orwell, Saat sekelompok babi menjadi pemimpin, Taktiknya adalah menjaga agar rakyatnya tidak akan pintar. Dengan melarang pendidikan. Kuda contohnya, hewan yang belajar alfabet sampai huruf ke empat. Saat mencapai huruf kelima, dan di minta mengulang, si Kuda akan kembali lupa. Kuda ini karena otaknya tidak berisi pengetahuan, maka hidupnya full di perbudak oleh babi. Di suruh mengangkut batu dan segala materiall untuk membangun benteng. Sepanjang hidup. Sampai saat tua dan sakit sakitan. Si Kuda dan kawan hewan lain di Peternakan Manor berharap babi memanggil dokter hewan. Tentu harapan mereka si Kuda bisa di selamatkan. Namun dasar licik. Babi malah memanggil tukang jagal hewan. Saat mobil datang, dan gambar di mobil itu tidak menunjukkan kalau itu mobil dokter hewan. Hewan lain manut saja saat babi bilang, “mobil dokter hewan ini, belum diganti tulisannya.” Banyak keculasan lain yang dilakukan babi. Semua itu dilanggengkan sebab babi semakin cerdas sekaligus licik. Dan memastikan hewan yang jadi warga nya tetap mudah dikelabuhi.

Agus Suryonegoro III – 阿古斯·苏约诺
MENGENAI “OMSET” 1 TRILIUN DI UIN SYAHIDA.. 1). Kata “omset” Rp 1 Trilyun, maksudnya adalah total pendapatan atau revenue yang dikelola oleh universitas dalam satu periode, biasanya setahun. Ini bisa mencakup semua sumber: biaya kuliah, kerja sama riset, unit usaha, donasi, dan pendapatan lainnya — bukan laba bersih, tapi pendapatan kotor kampus. 2). Apakah 1 Triliun tergolong besar? Ya — omset satu triliun rupiah untuk sebuah universitas di Indonesia bisa dikatakan cukup signifikan, tergantung skala kampus. Alasannya: meski 1 triliun terlihat besar dalam nilai absolut, beban operasional perguruan tinggi berupa gaji dosen, fasilitas, penelitian, administrasi, sangat tinggi. 3). Jika dibandingkan dengan universitas besar negeri, pendapatan seperti ini mungkin masih dalam kisaran yang wajar, bukan “sangat besar”. 3). Perbandingan dengan UI, UGM, dan UNAIR: A). UI mencatat pendapatan total sekitar Rp 3,32 triliun pada 2023. B). UGM memiliki pendapatan sekitar Rp 2,99 triliun. C). UNAIR pendapatannya sekitar Rp 1,80 triliun. Artinya, dibanding kampus-kampus besar tersebut, omset 1 triliun UIN Syahida masih lebih kecil, meskipun tetap bukan angka remeh temeh.

Runner
Pak Jo, Pak Em. Kalau ketemu bapak2 running sekitar UIN Ciputat, Situ Gintung…. mungkin saya itu Pak

Jo Neca
Ketularan bos Disway.Ada yang gratis.Ngapain bayar..Hihiii..th 87an..Saya juga preman di sekitar Ciputat pak..Sekarang insyaf..hehehe

Em Ha
Wisma Syahida Inn berada di Kampus 2 UIN Syahid. Punya view cantik. Menghadap Danau Situ Gintung. Bendungannya pernah jembol tahun 2009. Tragedi menewaskan 100 penduduk Cirendeu. Universitas Muhammadiyah Jakarta ikut berduka. Lokasi kampusnya di Cirendeu itu. Di pinggir Kali Situ Gintu. Yang airnya mengalir ke Kali Pesanggrahan. Abah membangkitkan nostalgia lama. 1995-2003 saya jadi kontraktor di Ciputat dan sekitarnya. Ngontrak kos-kosan pindah-pindah. Saya kuliah ketika proses pembangunan Kampus 1. Dana IDB mengubah wajah IAIN. Bersamaan masa transisi IAIN ke UIN. Ambil Fakultas Syariah. Dapat gelar Sarjana Ekonomi. Jl Nurul Huda, Jl Pesanggrahan, Jl Ibnu Kholdun II. Kos-kosan. Sharing rumah sama kawan-kawan. Hingga sewa garasi rumah dosen. Semua sudah dicoba. Yang penting murah. Jangan jauh dari Masjid Fathullah. Kenapa Masjid Fathullah?. Ramadhan berkah. Nasi bungkus full 25 hari. Penyelamat waktu berbuka. Semoga Allah merahmati pengurus dan dermawannya.

ALI FAUZI
Muhammadiyah juga dinyinyirin sebagai ormas bisnis karena berusaha menyeimbangkan antara dakwah “bil-akhiroti” dengan dakwah “bi-dunya.” Padahal dakwah “bid-dunya” (mengembangkan amal usaha) itu tujuan akhirnya juga untuk akhirat. Amal usaha itu berupa pengadaan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti di sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan.

Taufik Hidayat
Kembali ke pendidikan tinggi yang hobi ganti nama bukan hanya IAIN jadi UIN , tapi yg kedinasan pun ganti nama misalnya STAB jadi PKN STAN (Politekbik Keuangan Negara STAN). Yang dulu STPDN jadi IPDN karena pergahung dengan IIP? Yang dulu AIS berubah jadi STIS sekarang jadi Politekini Statistika STIS yang dulu Politeknik Mekanik Swiss ITB berubah jadi Polman Bandung.. He he .. bahkan ada sekolah yang berubah nama lima kali misalnya APi akademi Penwrbangan Indonesia kemudian berubah jadi LPPU Lembaga Pendidujan Perhubungan Udara lalu STPI Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia sekarang jadi Politeknik Penerbangan Indonesia Curug. I Hobi gonta ganti nama ini bukan hanya pada nama seluruh institusi seperti yang disebut sebelumnya tapi juga menular ke jurusan atau fakultas atau program studi. Misalnya di UI dulu ada Program Pascasarjana dengan berbagai jurusan atau kajian, kemudian berubah jadi dua sekolah yaitu SKSG (Sekolah Kajian Strategik dan Global)?dan SIL (Sekolah Ilmu Lingkungan) . Sekarang SKSG dan SIL digabung jadi SPPB (Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan) atau naman kerennya Graduate School of Sustainable Development (GSSD). Pusing kan kalau ditanya lulusan apa ? Tüh cerita nasib saya .. he he

Sadewa 19
Alhamdulillah, Selasa 18 Nov 25, menteri agama meresmikan sekolah tinggi agama konghucu pertama di Indonesia. STIAKIN namanya. Sekolah tinggi negeri itu didirikan di Bangka Belitung. Sekolah negeri, berarti 100% dibiayai oleh negara. Pemeluk agama konghucu semoga happy. Meskipun pemeluknya per 2024 tidak sampai 1 jutaan. Jumlahnya sekitar 0.03% dari total penduduk. Ternyata toleransi yg benar itu bukan basa basi. Dan pemerintah sudah memberi contoh itu. Apakah ada sekolah Islam negeri yg dibiayai oleh pemerintah di US dan Eropa ? Di negara yg selama ini mengajarkan toleransi ? HAM ? Diversity ?. Anda boleh googling atau tanya chatgpt atau gemini. Jawabannya tidak ada. Makanya, kalau ada yg bilang Indonesia nggak toleran saya suka risih. Ingin rasanya mengajak orang orang itu ke desa kami. Agar ia merasakan ibadah minggu dan jumatan bisa berdampingan. Toleransi agama rasanya sudah selesai. Yang belum tinggal pemberantasan korupsi. Untuk yg ini kita perlu mencontoh negara lain.

Jokosp Sp
Perlu diimprove isi dalam tasnya. Besok kalau mau bawa singkong rebus jangan lupa juga bawa ragi tape 3 biji. Siapa tau singkongnya gag jadi kemakan. Bisa ditaburi ragi halusnya. Bungkus lagi ke plastiknya, masukkan ke lemari. Besoknya pasti lebih enak lagi dari sekedar singkong rebus.

Runner
Lain kali, dari Ciputat UIN ke Merdeka Barat. Minta diantar ke Sts MRT Lebak Bulus, paling 1 Km. Naik MRT turun di Sts Bundaran HI. Selanjutnya ke Merdeka Barat naik taksi, ojek atau ada kendaraan yg jemput, paling 2 Km. Total waktu perjalanan bisa dihitung prodi Matematik. Jadi, makan pagi tidak batal, persediaan singkong rebus utuh.

Agustinus Marampa
Pendidikan Indonesia seperti jalan di tempat bahan mungkin mengalami degradasi meskipun kelihatan mengalami banyak kemajuan.Negara lain sudah puluhan tahun menerapkan sistem Kolaborasi, kita masih menganut sistem kompetisi peninggalan Kolonial.Negara yg seharusnya Mencetak Guru dan Dosen yg berkualitas, justru membubarkan IKIP untuk komersialisasi. Sy pernah ketemu seorang Guru di tahun 1980 an tidak pernah ada ujian nilai nya diambil ketika kita berdiskusi dan latihan mengerjakan soal setiap pertemuan. Yang unik Beliau sudah dapat menilaimu ketika sesorang melangkah menuju papan tulis mengerjakan soal, bahkan ada yg belum selesai baru menulis dua atau satu baris sudah di suruh kembali ke tempat duduk yg lain yg melanjutkan. Bahkan ada yg ditengah jalan suruh balik. Kalau tidak ada yg bisa beliau akan mengajak kita “mentrigger ” dengan mengerjakannya sambil menunjukkan darimana harus memulai.Tidak pernah menghukum murid , kalau ada yg bermasalah bukan langsung marah tapi dicari penyebabnya. Beliau marah ketika mendengar sesama Guru menghukum muridnya. Tidak pernah memeriksa apakah kamu mengerjakan PRmu.tapi Beliau bertanya apakah kamu bisa mengerjakan nya atau ada yg sulit. Yg sulit kemudian dikerjakannya di papan sambil ngerocos dan ketika selesai dan ketemu langsung berpura pura emosi “CAAAANCUK”.Sambil melempar kapur ke papan tulis “katanya sulit ternyata mudah ah kamu swmua pembohong.

Jo Neca
Batal sarapan.Untung ada singkong.Wuihh pencitraan.Biar di bilang hidup sehat sederhana.Tapi coba ada sarapan gratis.Semua hidangan di embat.Hahhaaaaaa

Hendro Purba
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” Ketika siapa Presiden ini dikerjakan ?

Nusantara Hijau
Dan Obat Nyamuk perlu diganti dengan Racun Nyamuk

Muh Nursalim
Dengan banyaknya fakultas “umum” di UIN juga banyaknya mahasiswa di situ bukan berarti islamisasi ilmu pengetahuan berhasil. Tidak. Islamisasi ilmu pengetahuan itu basisnya adalah Worldview. Sebab ilmu itu tidak bebas nilai. Tergantung worldview penggagasnya. Maka, kajian epistemik di fakultas umum di UIN harus lebih kenceng. Sehingga akan ada bedanya antara dokter lulusan UIN dengan dokter alumni UI. Jika tidak, tak ada pentingnya UIN punya fakultas umum.

Tags: disway
Berita Sebelumnya

Kemenkeu Catat Realisasi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Rp249,3 Triliun

Berita Berikutnya

Gawat! Satu Dari Tiga Orang Dewasa di Negeri ini Derita Hipertensi, Hanya 18 Persen yang Kontrol Optimal

Berita Terkait.

disway-kamis
Disway

Satu Triliun

Kamis, 20 November 2025 - 08:00
disway-kamis
Disway

Air Jernih

Rabu, 19 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Tiba-tiba Paha

Selasa, 18 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Nikmat Karina

Senin, 17 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Kopi (K)Mojang

Minggu, 16 November 2025 - 08:00
disway
Disway

Bebek Djibouti

Sabtu, 15 November 2025 - 08:00
Berita Berikutnya
BAYER

Gawat! Satu Dari Tiga Orang Dewasa di Negeri ini Derita Hipertensi, Hanya 18 Persen yang Kontrol Optimal

BERITA POPULER

  • WhatsApp Image 2025-11-16 at 18.44.180

    Terpuruk di Liga, Persis Solo Diam-Diam Siapkan Sesuatu yang Mengejutkan

    952 shares
    Share 381 Tweet 238
  • Survei: 76,2 Persen Masyarakat Percaya terhadap Polri

    4087 shares
    Share 1635 Tweet 1022
  • BPN Kabupaten Lebak Berhasil Lampaui Target Penyelesaian PTSL 2025

    796 shares
    Share 318 Tweet 199
  • Main Game Lebih Praktis dan Mudah: Begini Cara Manfaatkan Gemini AI di Galaxy Z Fold7

    757 shares
    Share 303 Tweet 189
  • Penipuan Online Melonjak, AMKI Tegaskan Peran Media dalam Mengawal Keamanan Transaksi

    661 shares
    Share 264 Tweet 165
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Standar Perlindungan Wartawan
  • Sertifikat Dewan Pers

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.

No Result
Lihat Semua
  • Home
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Nusantara
  • Internasional
  • Ekonomi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Multimedia
    • Fotografi
    • Video
  • Disway
  • Koran
  • Indeks

© - & DESIGN BY INDOPOSCO.ID.