Persentase Warga Muhammadiyah Dinilai Berbanding Terbalik dengan Peningkatan Amal Usahanya

INDOPOSCO.ID – Jumlah masyarakat yang merasa menjadi bagian dari warga Muhammadiyah menurun dari waktu ke waktu. Padahal amal usaha Muhammadiyah terus bertambah.
Muhammadiyah tercatat mengelola 163 Universitas, 23 ribu taman kanak-kanak (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 348 Pesantren, 117 rumah sakit, serta ribuan sekolah dasar dan menengah.
Hal itu diungkapkan Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, sebagaimana dikutip INDOPOSCO, pada Minggu (24/9/2023).
Video tersebut adalah bagian dari serial Ekspresi Data yang diunggah di Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, serta Youtube Denny JA. Ini adalah serial video yang durasinya hanya 3 menit dan berbasis data riset LSI Denny JA untuk aneka isu yang strategis, termasuk pemilihan presiden (pilpres) 2024.
LSI Denny JA melakukan survei pada Agustus 2023 yang diperkaya oleh survei sebelumnya pada 2014 dan 2005.
Pada 2005, responden yang ditanya apakah merasa bagian dari keluarga besar Muhammadiyah jumlahnya sebanyak 9,4 persen. Lalu, pada 2014, persentase mereka yang merasa bagian dari Muhammadiyah menurun menjadi 7,8 persen. Kini, pada 2023, persentasenya semakin menurun di angka 5,7 persen.
“Selama 18 tahun, warga yang merasa bagian dari Muhammadiyah menurun hampir separuhnya,” ungkap Denny JA.
Menurut Denny, dari sisi aspirasi politik, pada 2004, warga Muhammadiyah yang menyatakan bagian dari Partai Amanat Nasional (PAN) di atas 50 persen. Namun, saat ini, mereka yang menyatakan bagian dari PAN menurun hanya 17,5 persen. Sisanya menyebar ke berbagai partai lainnya.
Dari sisi aspirasi politik, warga Muhammadiyah menyalurkan aspirasinya jauh lebih beragam. Mereka tak lagi menjadikan PAN sebagai partai pilihan utama.
Untuk tingkat pendidikan, basis demografi Muhammadiyah lebih menyerap kalangan terpelajar. Berbeda dengan warga Nahdlatul Ulama (NU) yang lebih banyak lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah,
“Sebanyak 30 persen warga Muhammadiyah adalah tamatan SMA (Sekolah Menengah Atas),” ujarnya.
Denny menambahkan, dari sisi ekonomi, jika di NU kebanyakan warganya berpenghasilan Rp2 juta ke bawah, 40 persen warga Muhammadiyah sudah berpenghasilan antara Rp2-Rp4 juta.
“Segmen mayoritas pemilih di Muhammadiyah secara pendidikan dan ekonomi lebih tinggi dibandingkan mayoritas warga NU,” kata dia.
Sementara itu, dari sisi teritori, 77 persen warga NU menetap di Pulau Jawa, sedangkan warga Muhammadiyah yang menetap di Jawa hanya 60 persen. Warga Muhammadiyah lebih tersebar ke banyak pulau. Sebanyak 35 persen warga Muhammadiyah menetap di Pulau Sumatera.
Denny mengungkapkan, sebanyak 67,5 persen warga Muhammadiyah menyatakan bahwa agama dan politik tak bisa dipisahkan. Persentase ini lebih banyak dibandingkan warga NU yang sebanyak 50 persen.
Namun, 95 persen warga Muhammadiyah setuju Pancasila menjadi asas tunggal negara Indonesia. Selain itu, 82,5 persen warga Muhammadiyah juga menyatakan bahwa syariat Islam jangan menjadi basis pemerintahan.
Dalam survei LSI Denny JA juga ditemukan persentase warga Muhammadiyah di dunia media sosial (medsos) lebih tinggi dibandingkan warga NU dan rata rata warga Indonesia.
Mayoritas warga Muhammadiyah yang memiliki handphone sebanyak 90 persen. Sedangkan, rata-rata masyarakat Indonesia yang memiliki handphone kurang dari 80 persen.
Akses ke internet warga Muhammadiyah juga lebih tinggi yakni sebanyak 85 persen. Rata-rata warga Indonesia akses ke internetnya hanya 65 persen.
Persentase warga Muhammadiyah yang bermain TikTok, Instagram, Facebook, dan WhatsApp juga lebih tinggi dibandingkan NU dan warga Indonesia pada umumnya.
“Namun, pertanyaannya mengapa persentase mereka yang mengaku warga Muhammadiyah menurun dari waktu ke waktu? Ini pekerjaan rumah tak hanya bagi pengurus Muhammadiyah. Ini juga bahan renungan bagi kita yang peduli dengan ormas yang sangat modern, sangat pro pada kemajuan, seperti Muhammadiyah,” pungkas Denny JA. (dil)