Pengangguran di Sulawesi Tengah Kebanyakan Lulusan SMK

INDOPOSCO.ID – Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Sulawesi Tengah mengungkapkan banyak penduduk usia kerja yang berlatar belakang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang hingga saat ini belum mendapat pekerjaan atau menganggur.
Kenyataan itu diperoleh Disnakertrans Sulteng berdasarkan data masyarakat yang mengelola kartu AK1 atau kartu kuning/kartu pencari kerja dan data Badan Pusat Statistik (BPS) hal Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulteng.
“Padahal SMK itu sekolah khusus yang mengajari peserta didiknya agar memiliki keahlian dan keterampilan kerja sehingga siap diserap pemberi kerja dan bekerja setelah menamatkan pendidikan,” kata Kepala Disnakertrans Sulteng Arnold Firdaus seperti dikutip Antara, Selasa (21/9/2021).
Ia menyatakan tidak tahu penyebab mengapa masih banyaknya lulusan SMK di Sulteng yang belum bisa terserap di dunia kerja. Padahal secara kualitas mereka memiliki keahlian sesuai dengan jurusannya saat masih sekolah, seperti jurusan tata boga, teknik komputer dan jaringan hingga tata rias.
“Saya rasa kami (Disnakertrans) mesti duduk bersama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi persoalan itu,”ujarnya.
Arnold menerangkan saat ini ada 59.381 orang yang sedang menganggur. Mereka tersebar di 12 kabupaten dan satu kota di Sulteng. Dari 59.381 orang itu, 12. 847 orang tercatat sebagai pencari kerja di Disnakertrans Sulteng setelah mengusai kartu AK1.
Ia melaporkan kesempatan bekerja di Sulteng lumayan besar mengingat Sulteng memilki satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kota Palu dan kawasan industri di Kabupaten Morowali.
KEK di Kota Palu diproyeksikan dapat menarik pemodalan sebesar Rp 92, 4 triliun dan diproyeksikan dapat menyerap tenaga kerja sebesar 97. 500 orang hingga tahun 2025. Berdasarkan potensi dan keunggulan geostrategis yang dipunyai, KEK Palu mempunyai beberapa bisnis utama, seperti nikel, bijih besi, kakao, rumput laut serta rotan.
“Namun KEK Palu juga memberikan peluang bagi pengembangan aneka industri lainnya sebagai bisnis pendukung, yaitu industri pengolahan karet, kelapa, manufaktur dan logistik,” ucapnya.
Kemudian kawasan industri di Morowali yang dikembangkan seluas 2.000 hektare dengan jumlah kebutuhan pegawai sekitar 80.000 hingga tahun 2025. Kabupaten Morowali memiliki potensi sumber daya nikel yang cukup besar sehingga punya prospek untuk mengembangkan industri berbasis nikel.
“Untuk menunjang pengolahan lebih lanjut dari nikel tersebut. diperlukan sarana dan prasarana industri sehingga produk-produk turunan dari industri pengolahan nikel tersebut dapat memiliki daya saing,” lanjutnya. (mg4/wib)