Siloam Simposium Semarang 2025, Pakar Medis: Waspadai Aritmia saat Olahraga dan Ini Cara Mencegahnya

INDOPOSCO.ID – Kegiatan simposium ini menjadi wujud komitmen Siloam untuk memperluas penyebaran pengetahuan medis, dan memperkuat jejaring kolaborasi antarprofesi kesehatan di berbagai wilayah Indonesia.
Pernyataan tersebut diungkapkan Associate Director Commercial Siloam Hospitals Group, Angelia Agustine dalam keterangan, Selasa (23/9/2025). Ia menuturkan, simposium ini mengangkat isu strategis seputar kardiologi dan muskuloskeletal.
Dua bidang medis ini, menurutnya, kerap bersinggungan dalam aktivitas fisik, baik pada atlet profesional maupun masyarakat umum. “Dalam simposium ini 100 dokter spesialis dan dokter umum mendapatkan pemaparan komprehensif mengenai hubungan antara gangguan irama jantung (aritmia), cedera olahraga, serta strategi latihan yang aman bagi masyarakat dengan riwayat penyakit jantung,” terangnya.
Ia menjelaskan, muskuloskeletal sendiri mencakup sistem otot, tulang, dan sendi yang berperan penting dalam pergerakan tubuh, namun rentan mengalami cedera akibat olahraga atau aktivitas fisik berlebihan.
“Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berolahraga, kebutuhan akan manajemen multidisiplin menjadi semakin penting. Agar pasien tetap aktif tanpa mengorbankan kesehatan jantung maupun sistem geraknya,” katanya.
Di tempat yang sama, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Siloam Hospitals TB Simatupang, Jakarta, dr. Budi Ario Tejo, SpJP (K) mengatakan, setiap orang berpotensi terserang Aritmia. Bahkan pada orang tanpa riwayat penyakit jantung.
“Aktivitas fisik berlebihan tanpa pemeriksaan dapat memicunya. Skrining sederhana seperti EKG sangat membantu mendeteksi sejak dini dan mencegah risiko fatal,” ujar Budi.
Hal yang sama diungkapkan Prof. Dr. dr. Andri M. T. Lubis, Sp.OT, SubSp.CO (K), Subspesialis Cedera Olahraga dari Siloam Hospitals Mampang Jakarta. Ia mengatakan, cedera olahraga merupakan konsekuensi multifaktorial yang tidak hanya ditentukan oleh teknik. Tetapi juga oleh karakteristik jenis olahraga.
Olahraga kontak, misalnya, menurut Andri, memiliki risiko lebih tinggi akibat interaksi fisik langsung. “Penanganannya menuntut keterlibatan tim medis multidisiplin, di mana spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (Sp.KFR) berfokus pada pemulihan fungsi pasca-cedera, sementara spesialis kedokteran olahraga (Sp.KO) menitikberatkan pada optimalisasi performa,” ungkap Andri.
Sebelumnya, Siloam Hospitals melalui Siloam Hospitals Semarang bersama Siloam Training Center sukses menyelenggarakan Siloam Simposium Semarang 2025.
Simposium bertajuk “From Pulse to Performance: Managing Cardiac and Musculoskeletal Risks in Sports” ini mengangkat isu strategis seputar kardiologi dan muskuloskeletal. (nas)