Nasional

Masih Ada Anak Mengundurkan Diri dari Sekolah Rakyat, DPR: Evaluasi Asesmen Awal

INDOPOSCO.ID- Program Sekolah Rakyat (SR) yang digagas Kementerian Sosial bersama pemerintah daerah mendapat perhatian serius dari DPR RI. Dalam pemantauan pelaksanaan kebijakan SR di Tangerang Selatan (Tangsel), Anggota Komisi VIII DPR RI Selly Andriany Gantina menyoroti adanya sembilan siswa yang mengundurkan diri dari total kuota 150 siswa yang sebelumnya ditetapkan.

Selly menegaskan, kondisi ini menjadi catatan penting bagi pemerintah, khususnya terkait mekanisme seleksi dan asesmen awal. Ia menilai masih terdapat persoalan dalam proses rekrutmen siswa, karena beberapa anak yang lolos seleksi ternyata menghadapi tantangan psikologis dan sosial yang tidak terdeteksi sejak awal. Menurutnya, siswa SR juga perlu mendapat pendampingan dari tenaga ahli kesehatan mental untuk membantu mereka beradaptasi.

“Ini menjadi evaluasi kami bahwa asesmen awal menentukan anak-anak untuk bisa masuk sekolah rakyat itu sangat menentukan apakah mereka bisa dilakukan secara berjenjang. Artinya dengan piskotes, kemudian dengan asesmen keluarga mereka di daerah, kemudian juga ada pendampingan dari tenaga-tenaga yang memang ahlinya tentu menjadi sangat penting,” tegas Selly kepada wartawan, dikutip Kamis (18/9/2025).

Selain itu, Selly juga menyoroti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang digelar Kemensos terhadap siswa SR. Menurutnya, MPLS yang hanya berjalan sekitar dua pekan belum cukup untuk membekali anak-anak dengan kesiapan mental dan sosial dalam tinggal di asrama dan mengikuti kegiatan belajar.

“Setiap daerah ini kan punya kultur daerah yang mungkin sangat berbeda sehingga anak-anak mengalami shock adaptasi dengan kultur daerahnya tersebut, dan tentu MPLS yang dimasukkan oleh kami harus juga didampingi dengan kesiapan terapis-terapis yang memang harus mendampingi dari awal sampai dengan akhir,” jelasnya.

Terakhir, Selly juga mengungkapkan rasa penyesalan terhadap fenomena masih adanya anak-anak yang harus mengundurkan diri dari Sekolah Rakyat. Menurutnya, kondisi ini seharusnya tidak terjadi jika proses asesmen awal, pendampingan psikologis, serta adaptasi sosial dilakukan secara lebih baik.

“Saya juga sangat menyesalkan banyak sekali anak-anak yang akhirnya menggugurkan untuk tidak lagi melanjutkan,” ungkap Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini. (dil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button