Sektor Pertanian Berikan Potensi Lapangan Kerja Terbesar, OPSI: Minat Anak Muda Masih Minim

INDOPOSCO.ID – Pemerintah terus berupaya membuka lapangan kerja baru. Dalam sidang kabinet, Presiden Prabowo Subianto mendorong percepatan pelaksanaan program prioritas pemerintah, agar berdampak pada pembukaan lapangan kerja baru.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar mengatakan, percepatan pembukaan lapangan kerja baru untuk memastikan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun signifikan .
“Per Februari 2025, jumlah TPT sebanyak 7,28 juta orang,” beber Timboel melalui gawai, Senin (15/9/2025).
Selain itu, menurutnya, pembukaan lapangan kerja secara masif karena masih ada 11,67 juta pekerja yang tergolong sebagai setengah penganggur yaitu pekerja yang bekerja dengan jumlah jam kerja di bawah 35 jam per minggu.
“Mereka saat ini masih terus mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan tambahan,” katanya.
Ia mengatakan, sektor pertanian menjadi sektor terbesar dengan potensi lapangan kerja baru. Di antaranya Pertanian (Tanaman Pangan, hortikultura, Perkebunan dan Peternakan), Kehutanan, dan Perikanan.
Menurutnya, jumlah lapangan kerja di sektor pertanian pada Februari 2025 tercatat sebanyak 41,63 juta orang, atau sekitar 28,54 persen dari total tenaga kerja nasional yang mencapai 145,77 juta orang.
“Sektor pertanian secara umum masih diperhadapkan pada beberapa masalah penyerapan tenaga kerja. Di antaranya karena penurunan minat orang muda (usia produktif) yang mau bekerja di sektor Pertanian,” terangnya.
“Banyak anak muda enggan bekerja di sektor pertanian karena dianggap kurang menjanjikan dari segi kesejahteraan dan prestise,” lanjutnya.
Selain itu, masih ujar Timboel, produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian masih rendah, masih relative tertinggal dibandingkan sektor manufaktur atau jasa, serta sektor lainnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan teknologi, modal, dan pelatihan keterampilan.
“Faktor lainnya karena rendahnya tingkat upah dan jaminan sosial. Hal ini menyebabkan sektor ini kurang menarik secara ekonomi,” ucapnya. (nas)