Ogah Ladeni Debat Netizen, Formappi: Sahroni “Jago Kandang”

INDOPOSCO.ID – Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Ahmad Sahroni terus mendapatkan sorotan dari warganet hingga tantangan debat dari netizen, usai pernyataannya yang menyebut soal “orang tolol sedunia” saat merespons wacana pembubaran DPR RI, viral di media sosial.
Tantangan debat oleh warganet bernama Salsa Erwina Hutagalung di media sosial Instagram ini pun dinilai oleh pengamat politik Lucius Karus sebagai ajang diskusi dan pendidikan politik yang baik yang bisa ditampilkan ke masyarakat.
“Saya apresiasi debat terbuka yang disampaikan netizen @salsaer kepada Sahroni. Dia (Salsa) bisa menunjukkan bisa mempertanggungjawabkan perkataannya secara langsung kepada publik,” Kata Lucius saat dihubungi INDOPOSCO.ID, Kamis (28/8/2025).
Namun, peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) ini menyayangkan tantangan ini tak ditanggapi oleh Sahroni. Bagi Lucius, politisi NasDem asal Tanjung Priok, Jakarta ini hanya “jago kandang”.
“Ya cuman memang sayang, nampaknya Sahroni tak mau meladeni tantangan tersebut. Maka jadinya ya Sahroni seperti jago kandang. Bisanya monolog, nggak mau dialog,” cetusnya.
Sebagai politisi, ucap Lucius, dialog itu sesungguhnya adalah inti dari pekerjaan maupun karirnya.
“Politisi tanpa kemampuan berdialog ya mestinya tidak pantas sih. Bagaimana bisa meyakinkan forum pembuatan kebijakan kalau ngga punya kemampuan dialog,” imbuhnya.
“Sebagai wakil rakyat juga dialog itu penting. Kalau politisi tak mau berdialog, ya jangan-jangan dia memang salah pilih jalan,” pungkasnya.
Sebelumnya, dalam keterangannya, Ahmad Sahroni yang juga Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu mengatakan siapa saja boleh mengkritik DPR RI. Namun tidak boleh mencaci maki berlebihan, karena bisa merusak mental. “Mental manusia yang begitu adalah mental manusia tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma mental bilang bubarin DPR, itu adalah orang tolol sedunia,” kata Ahmad Sahroni saat kunjungan kerja di Polda Sumut, Jumat (22/8/2025).
Menuai kecaman Ucapan Ahmad Sahroni yang menyebut soal “orang tolol sedunia” itu pun ramai dikritik netizen. Terbaru, Ahmad Sahroni juga ditantang debat oleh warganet yang tidak terima perihal pernyataannya soal “orang tolol sedunia”.
Tantangan itu datang dari warganet bernama Salsa Erwina Hutagalung di media sosial Instagram.
Perempuan yang mengaku juara debat di Nanyang Technology University dan mahasiswa berprestasi Universitas Gadjah Mada itu mengaku murka dengan statement Ahmad Sahroni.
“Yang ngatain rakyat tolol, sini aku tantang debat kamu @ahmadsahroni88 dari partai @official_nasdem . Kita buktikan siapa yang sebenernya tolol dan tidak bekerja untuk kepentingan rakyat! Kita pilih juri debat profesional kalo bisa yg internasional, disaksikan seluruh masyarakat Indonesia. Berani? Bertanggung jawab sama kata-kata kamu ngatain bos yang bayar gaji kamu “tolol”,” ucapnya.
“Namanya gak tau diri, duitnya diembat, dikatain, manusia maruk bin gak tau diri,” kata dia. Namun belakangan, Ahmad Sahroni mengaku tak akan meladeni orang yang mengajaknya debat itu. Dia mengatakan ingin bertapa. “Ane gak akan ladenin org yg ajak debat ane, ane mau bertapa dl biar pinter krn ane masih bloon. ane ini masih bego,” tulis dia.
Ahmad Sahroni pun menegaskan dirinya tidak pernah bermaksud merendahkan masyarakat yang belakangan menyerukan pembubaran DPR RI. Ia bahkan mengeklaim, pernyataan “orang tolol sedunia” yang menuai kritik sesungguhnya bukan ditujukan kepada publik, melainkan pada cara berpikir pihak yang menilai DPR bisa begitu saja dibubarkan.
“Kan gue tidak menyampaikan bahwa masyarakat yang mengatakan bubarkan DPR itu tolol, kan enggak ada,” ujar Sahroni saat dihubungi wartawan, Selasa (26/8/2025).
“Tapi untuk spesifik yang gue sampaikan bahwa bahasa tolol itu bukan pada obyek, yang misalnya ‘itu masyarakat yang mengatakan bubar DPR adalah tolol’. Enggak ada itu bahasa gue,” imbuh dia.
Ucapannya keliru dipahami Menurut dia, ucapannya dipahami keliru sehingga kemudian digoreng seolah-olah ditujukan kepada masyarakat. Sahroni menegaskan, yang disorotinya adalah logika berpikir yang menilai DPR bisa dibubarkan hanya karena isu gaji dan tunjangan anggota.
“Iya, masalah ngomong bubarin pada pokok yang memang sebelumnya adalah ada problem tentang masalah gaji dan tunjangan. Nah, kan itu perlu dijelasin bagaimana itu tunjangan, bagaimana itu tunjangan rumah. Kan perlu penjelasan yang detail dan teknis,” tutur Sahroni.
“Maka itu enggak make sense kalau pembubaran DPR, cuma gara-gara yang tidak dapat informasi lengkap tentang tunjangan-tunjangan itu,” ujar dia. (dil)