Geliat Pariwisata Raja Ampat Tak Surut Oleh Isu Tambang

INDOPOSCO.ID – Indonesia menjadi negara yang sangat beruntung dikaruniai Raja Ampat sebagai destinasi pariwisata premium yang mendunia. Kalau pun destinasi dengan sejuta keindahan alam bawah laut sempat tercoreng sepekan terakhir lantaran ada penambangan nikel di beberapa wilayah, akan tetapi geliat pertumbuhan pariwisatanya tak surut. Hal itu tergambar saat Kampanye Nasional JANGKAR, di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
JANGKAR merupakan asosiasi jaringan kapal rekreasi yang menjual keindahan bawah laut Indonesia ke wisatawan dalam dan luar negeri. Selain Lombok, Bali, ada Raja Ampat dan Labuhan Bajo menjadi destinasi yang sangat seksi sebagai tujuan live on board.
“Sebenarnya acara kita hari ini tidak ada korelasi langsung dengan isu lingkungan (penambangan nikel) di Raja Ampat. Tapi kita perlu berhitung nilai dari sektor pariwisata sampai ratusan milyard yang tersebar untuk masyarakat. Sementara kalau tambang hanya berlaku mungkin 5-10 tahun tapi kerusakannya berdampak sampai puluhan tahun,” ujar Direktur Konservasi Ekosistem dan Biota Perairan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, KKP, Firdaus Agung Kunto Kurniawan, di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Menurutnya, isu yang tengah marak diperbincangkan saat ini bagian dari literasi publik, mana yang lebih banyak manfaat dan berdampak positif, sementara Raja Ampat sebagai wilayah konservasi dan menjadi destinasi wisata dunia yang tetap bisa berkontribusi untuk masyarakat. Dimana hampir 18 persen dari total karang dunia ada di Raja Ampat.
“Kami memiliki tugas dan fungsi membantu dalam penghitungan manfaat ekonomi. Jadi kita bisa hitung, dari aktivitasnya JANGKAR aja misalnya, itu mengenerate sub-aktivitas yang terjadi. Kemudian juga tentu edukasi dan penyadaran, kalau pemerintah yang bicara akan berbeda dengan industri, mereka lebih melihatnya lebih objektif,” ujar Firdaus.
Senada dengan Firdaus, Direktur Pengawasan Sumber Daya Kelautan adalah Sumono Darwinto juga menyampaikan keberadaan JANGKAR tentu sebagai mitra strategis. Dimana Asosiasi tersebut tak jarang memberikan banyak informasi penting, tatkala pemerintah memiliki keterbatasan dan pengawasan laut Indonesia yang begitu luas.
“Kita akan lakukan perjanjian kerjasama secara resmi. Karena kami pun sangat memiliki keterbatasan dalam pengawasan di lapangan. Lewat kerjasama kami melihat banyak dampak positifnya, untuk kesejahteraan bersama dan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkeadilan,” tegas Sumono.
Pada kesempatan itu, Aji Sularso yang merupakan Pembina JANGKAR menjabarkan kerjasama yang akan dilalukan tentu membawa dampak baik untuk pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Karena keberadaan kapal-kapal rekreasi yang tinggal di laut selama kurang lebih 7 hari, bisa membantu mengawasi kegiatan apa saja yang ada di laut. Baik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, sampai kapal asing yang nyelonong ke wilayah perairan Indonesia bisa dilaporkan secara faktual.
“Dalam kapal kami itu menggunakan satelit starlink, yang bisa menyampaikan informasi secara faktual. Kedepan akan ada kerjasama para pemilik kapal rekreasi dan para awak kapal menjadi kelompok pengawas yang akan membantu pemerintah mengawasi laut dan segala aktivitas disekitar kita berada,” ujar Aji yang pernah menjadi Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan KKP era Presiden SBY.
Menurutnya JANGKAR memiliki tugas dan fungsi menjaga laut dari pencemaran, memonitoring kondisi terumbu karang di kawasan konservasi, memberdayakan ekonomi pesisir, sampai sebagai pengawas di laut. Diluar tugas utamanya menjual keindahan alam laut Raja Ampat dan Labuan Bajo. Aji juga menambahkan dari sisi nilai ekonomi Raja Ampat dan Labuan Bajo memberikan keuntungan besar bagi masyarakat lewat 90 unit kapal rekreasi yang tergabung dalam asosiasi. Asosiasi juga berkolaborasi dengan para pengusaha dive spot premium dengan total dive spot kurang lebih 300 spot.
“Untuk manfaat keberadaan jangan diragukan lagi, untuk 7 hari live on board kita buat 4 spot per hari, dikalikan 7 hari kurang lebih 28 spot dive yang akan di kunjungi, setidaknya 450-500 USD untuk satu wisatawan,” jelas Aji.
Sementara itu, Wakil Ketua JANGKAR, Edi Pindito, mengatakan konservasi Indonesia menegaskan pentingnya pendekatan berbasis masyarakat dan partisipatif dalam pengelolaan kawasan konservasi. “Konservasi harus inklusif, berkelanjutan, dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Sustainable tourism yang berbasis konservasi adalah jalan tengah terbaik untuk menjaga laut dan meningkatkan kesejahteraan,” katanya.
Pemilik kapal rekreasi dengan nama Pindito itu mengaku sejak 1992, bergerilya untuk mengedukasi masyarakat untuk tidak membuang sampah ke laut.
“Kami menyadari bahwa menjaga laut bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. JANGKAR sebagai pelaku industri wisata bahari berkomitmen aktif dalam menjaga keberlanjutan kawasan konservasi, dimulai dari hal sederhana seperti praktik pelayaran ramah lingkungan, edukasi kepada tamu, hingga pelaporan aktivitas ilegal di laut,” pungkas Edi. (ney)