Suarakan Penolakan Tambang di Raja Ampat, Cinta Laura: Ekosistem Dikorbankan Tanpa Rasa Malu

INDOPOSCO.ID – Aktris Cinta Laura Kiehl menyampaikan protes keras terhadap aktivitas tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Mengingat pertambangan tersebut dikhawatirkan merusak ekosistem hutan dan laut di wilayah itu.
Ia menyinggung soal kesadaran dalam diri seorang pemangku kepentingan, yang rela mengorbankan alam di Papua untuk kepentingan golongan tertentu. Namun, nyatanya masalah kemiskinan terus membayangi masyarakat Papua.
“Apa yang awalnya cuma kompromi kecil soal etika lama-lama menjadi hal biasa, sampai akhirnya seluruh ekosistem dan budaya dikorbankan tanpa rasa malu. Ini bukan sekedar Kegagalan kebijakan, kegagalan hati nurani,” kata Cinta dalam video akun Instagram pribadinya @claurakiehl dikutip Selasa (10/6/2025).
Bahkan pihak tertentu dinilainya, telah keterlaluan mengeksploitasi alam di tanah Papua. Sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan dan hilangnya kedaulatan masyarakat adat atas tanah mereka.
“Berapa nilai satu nyawa manusia? Apakah satu tambang? Satu kapal pesiar? Satu deal strategis? Saat ditandatangani dan dividen dicairkan? Aku penasaran,” ucap perempuan berdarah Indonesia – Jerman itu.
“Apakah orang-orang serakah ini masih ingat dengan wajah-wajah manusia yang dikorbankan dan ditinggalkan dengan tempat tinggal yang hancur dan tanah yang diracuni?,” tambahnya.
Padahal Raja Ampat merupakan salah satu surga terakhir dunia yang berada di ambang kehancuran. Saat ini, di salah satu kawasan laut paling rapuh di dunia itu perusahaan-perusahaan tambang memilih merobek hutan, mencemar air, dan mencekik terumbu karang.
“Semua demi nikel untuk menggerakkan mobil listrik. Katanya ini kemajuan. Tapi kemajuan untuk siapa?,” tutur perempuan berusia 31 tahun itu kebingungan.
Menurutnya, kondisi saat ini seakan membenarkan yang tidak bisa dibenarkan. Dengan mengatasnamakan pembangunan nasional. Serta menganggap bahwa hanya terjadi kerusakan kecil.
“Tapi salah satu hal yang ingin aku bahas adalah moral disengagement. Dari sana keserakaan tumbuh pelan-pelan, sembunyi di balik rapat-rapat ber-AC, dibungkus jargon patriotisme,” kritik Cinta.
Isu lingkungan di Raja Ampat mengemuka setelah sejumlah aktivis Greenpeace Indonesia menyampaikan interupsi dalam acara Indonesia Critical Minerals Conference 2025, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Mereka membentangkan spanduk berisi penolakan aktivitas tambang Nikel di Raja Ampat. Pemerintah telah bertindak atas ramainya masalah tersebut. (dan)