Nasional

Dorong Pembelajaran Mendalam Asah Berpikir Kritis Lewat Transformasi Pendidikan Digital

INDOPOSCO.ID – Fondasi utama pendidikan dasar bukan hanya kecerdasan teknologi, akan tetapi kemampuan berpikir kritis dan bersikap bijak terhadap arus informasi yang tak terbatas. Hal ini menjadi bahasan mengenai arah pendidikan di era kecerdasan buatan dan disrupsi digital.

Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Fajar Riza Ul Haq mengungkapkan, jika kecerdasan buatan (AI) upaya untuk memperkuat lintas sektor dalam penyelenggaraan pendidikan.

“Kami ingin membangun partisipasi semesta artinya semua pihak dapat terlibat di dalamnya,” kata Fajar dalam keterangan, Sabtu (17/5/2025).

“Kita sering menekankan bahwa keberhasilan program Kementerian itu tidak lepas dari kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan kelompok masyarakat. Karena urusan pendidikan adalah tanggung jawab bersama,” sambungnya.

Fajar menyoroti bahwa tantangan yang ada di era disrupsi digital, dimana masyarakat Indonesia antusias menyambut perkembangan kecerdasan buatan. Namun tingkat literasi digital masih tergolong rendah.

“Dalam konteks inilah kita melihat relevansi penerapan pembelajaran mendalam (deep learning) sebagai pendekatan pembelajaran di sekolah,” tuturnya.

Ia menjelaskan, bahwa pembelajaran mendalam itu membuat siswa untuk lebih berorientasi kepada kualitas pemahaman dibandingkan kuantitas materi yang diajarkan maka critical thinking siswa akan terasah.

Fajar menjelaskan, pembelajaran mendalam akan diterapkan pada ajaran baru sebagai bagian dari upaya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menumbuhkan budaya berpikir kritis.

Lebih dari itu, lanjut dia, Kemendikdasmen juga mendorong pembelajaran koding dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) di sekolah sebagai mata pelajaran pilihan, yang dapat menjadi mata pelajaran terpisah atau ekstrakurikuler.

“Intinya adalah pembelajaran koding dan kecerdasan buatan adalah mengajari anak-anak kita dengan computational thinking yaitu berpikir menggunakan data. Siswa dilatih untuk punya etika dan bertanggung jawab ketika menggunakan kecerdasan buatan,” jelasnya. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button