Nasional

SMAN 1 Temon Siap Terapkan SPMB di Tahun Ajaran 2025/2026, Begini Persiapannya

INDOPOSCO.ID – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan memberlakukan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada tahun ajaran 2025/2026. Kebijakan yang diberlakukan untuk jenjang Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 3 Tahun 2025 tentang SPMB.

“Untuk saat ini, kami baru melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait hal-hal baru pada SPMB,” ujar Kepala Sekolah SMAN 1 Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Lestari Asih Partiwi kepada indoposco.id, Rabu (26/3/2025).

Pemberlakuan SPMB pada tahun ajaran 2025/2026, menurut Lestari, SMAN 1 Temon mendapatkan perluasan zona. Di antaranya meliputi wilayah Bapangsari, Bendungan dan Dadirejo berbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

“Perluasan ini karena ada usulan di tahun lalu. Pemberlakuan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) ada temuan siswa yang terkendala zonasi hanya karena berbatasan jalan saja,” katanya.

Selain itu, masih ujar Lestari, pihak sekolah juga telah menyerahkan titik koordinat zonasi kepada Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dispora) Provinsi DIY. “Kami sudah pada tahap ini (penyerahan titik koordinat), ini bagian persiapan Dispora untuk menerapkan sistem ini,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia spmb SMAN 1 Temon Farieda Aziz menambahkan, pihaknya belum melakukan sosialisasi kepada komite sekolah atau wali murid. Sebab, saat ini sekolah tengah fokus menyelesaikan ujian sekolah.

Namun demikian, Farieda mengaku pihak sekolah siap memberlakukan sistem penerimaan murid baru. Dengan harapan kuota siswa terpenuhi pada tahun ajaran baru nanti dengan siswa yang berkualitas.

“Untuk kuota kami 144 siswa untuk 4 kelas/ rombel (rombongan belajar),” bebernya.

Apalagi, ia menyebut, sejumlah kendala ditemukan pada PPDB 2024 lalu. Seperti sistem zonasi yang membatasi sekolah menjaring siswa-siswi berprestasi.

“Kadang di zona 2 dan zona 3 yang banyak siswa berprestasi tidak terjaring, karena zona 1,” ungkapnya. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button