Nasional

Ekonom: Penerimaan Negara Anjlok, APBN 2025 di Persimpangan Jalan

INDOPOSCO.ID – Kinerja fiskal Indonesia pada awal 2025 memperlihatkan tantangan yang semakin nyata dan serius. Pernyataan tersebut diungkapkan Ekonom Achmad Nur Hidayat melalui gawai, Sabtu (15/3/2025).

Ia menyebut, data terbaru yang dirilis dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) KiTa (Kinerja dan Fakta) edisi Februari 2025 hari Kamis (13/3/2025) mencatatkan pendapatan negara hanya mencapai Rp316,9 triliun atau baru 10,5 persen dari target APBN tahun ini.

Jika dibandingkan periode yang sama pada 2024, lanjut dia, angka ini turun drastis sebesar 20,85 persen, dari sebelumnya Rp400,4 triliun.

“Penurunan ini merupakan sinyal keras bahwa fondasi fiskal Indonesia sedang menghadapi tekanan berat, bahkan sebelum memasuki kuartal kedua tahun anggaran,” terangnya.

Dari sisi penerimaan pajak, masih ujar Achmad, kondisinya tampak lebih mengkhawatirkan. Hingga Februari 2025, penerimaan pajak baru mencapai Rp187,8 triliun atau 8,6 persen dari target APBN.

“Capaian ini anjlok 30,19 persen dibandingkan penerimaan pajak pada Februari 2024 yang mampu mencapai Rp269,02 triliun,” bebernya.

Menurut dia, penurunan tajam penerimaan pajak ini menjadi tantangan serius, karena pajak merupakan tulang punggung pendapatan negara. “Ketika pajak melemah, kemampuan negara membiayai belanja prioritas ikut terancam,” tegasnya.

Sebaliknya, dikatakan dia, belanja negara hingga Februari 2025 tetap berada di level tinggi, yakni sebesar Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari target.

Meski, lanjut Achmad, secara nominal sedikit lebih rendah dibandingkan belanja pada Februari 2024 yang mencapai Rp374,32 triliun. Besarnya kebutuhan belanja yang tidak bisa ditunda, termasuk belanja sosial, subsidi, hingga program populis, membuat tekanan fiskal kian berat.

“Untuk pertama kalinya sejak 2021, APBN mencatatkan defisit sebesar Rp31,2 triliun atau 0,13 persen terhadap PDB hanya dalam dua bulan pertama tahun ini,” ungkapnya.

“Padahal, tahun lalu pada periode yang sama, APBN masih mencatatkan surplus sebesar Rp26,04 triliun,” imbuhnya.

Ia mengatakan, munculnya defisit fiskal sejak awal tahun menandai bahwa tahun 2025 tidak bisa lagi dipandang sebagai tahun fiskal biasa. Ketahanan fiskal Indonesia, menurut dia, yang selama dua tahun terakhir masih dapat dijaga, kini tengah berada di persimpangan jalan antara keberlanjutan fiskal atau potensi krisis defisit jangka panjang. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button