Viral Vandalisme “Adili Jokowi”, Pengamat: Gak Mungkin, Prabowo Sendiri Tak Mau Pisah

INDOPOSCO.ID – Viral aksi vandalisme dengan coretan dinding bertuliskan “Adlili Jokowi” mendapat sorotan publik dalam beberapa hari ini.
Bagi Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio, gerakan-gerakan untuk mengadili Presiden ke-7 RI Joko Widodo ini akan sulit terjadi.
Pasalnya, menururt Hendri, Prabowo sudah menegaskan tidak ingin dipisahkan dari Jokowi.
“Ini ada aksi-aksi untuk adili Jokowi, kalau menurut saya enggak akan kejadian ya,” kata pria yang akrab disapa Hensa ini dalam keterangannya yang diterima INDOPOSCO.ID, Jumat (14/2/2025).
“Hal itu mudah dibuktikan dengan pernyataan Prabowo yang melontarkan adanya pihak yang ingin memisahkan dirinya dengan Jokowi, jadi menurut saya enggak akan kejadian, Prabowo aja enggak mau pisah sama Jokowi,” sambungnya.
Hensa pun memaparkan, gerakan untuk mengadili Jokowi itu pun sulit terjadi dikarenakan Indonesia memiliki sejarah di mana presiden lama tidak pernah diganggu oleh presiden baru.
Ia mencontohkan Soeharto yang sejak era Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono tidak diadili atas kesalahan-kesalahan dan dugaan korupsi terhadapnya.
“Kenapa saya bilang gak akan kejadian? Karena si presiden yang baru itu enggak ingin nasibnya dia seperti presiden yang dia gangguin gitu,” kata Hensa.
“Contohnya gini, Soeharto itu kan di zaman Gus Dur, Megawati, hingga SBY gak digangguin kan, jadi gak bisa diadili juga. Mungkin ada kesepakatan seperti itulah antara Jokowi dan Prabowo,” lanjutnya.
Hensa melihat, belum ada kebijakan Jokowi yang dapat dijadikan alasan untuk mengadili sang presiden ke-7 tersebut.
Selain itu, ia pun melihat, masyarakat Indonesia pun tidak ingin terlihat menyalahkan presidennya atas segala krisis yang terjadi di Tanah Air.
“Sehingga begini, sampai saat ini saja kroni-kroni yang diadili karena kebijakan bapaknya juga belum ada sih, jadi kemungkinan adili Jokowi tuh juga kecil,” kata Hensa.
“Dan orang Indonesia juga lebih banyak yang menginginkan kalau sama presiden itu kan nggak melulu-salah gitu, orang Indonesia yang mudah memaafkan ini lebih ingin mengingat Presiden dari sisi positif, bukan negatif,” pungkasnya. (dil)