Nasional
Prevalensi Stunting Anak Balita Capai 30 Persen, Edukasi Pengganti ASI Tak Boleh Berhenti

INDOPOSCO.ID – Edukasi masyarakat terkait pengentasan stunting terus dilakukan di Indonesia. Salah satunya konsumsi kental manis bagi anak dan batita (bawah tiga tahun).
“Harus ada edukasi bagi masyarakat. Jangan karena murah kemudian digunakan untuk pengganti air susu ibu (ASI) kepada anak dan batita,” kata Ketua Periodik Muslimat NU 2024, Aniroh dalam keterangan, Selasa (8/10/2024).
Kegiatan edukasi, menurutnya, dilakukan agar mindset masyarakat tidak berubah dan kembali memberikan kental manis kepada anak dan batita karena murah.
“Urgensi untuk terus mengedukasi masyarakat agar tidak tidak memberikan kental manis kepada anak sebagai pelengkap gizi,” katanya.
Dia mengungkapkan bahwa ada penurunan angka stunting dari 22 persen di 2022 menjadi 18 persen di 2024. Menurutnya, jangan sampai progres yang sudah baik ini berjalan mundur karena kekurangan kesadaran orang tua akan bahaya kental manis.
“Artinya ini ada penurunan 3 persen. Meski demikian, pengetahuan ibu-ibu harus terus ditingkatkan agar stunting bisa mencapai 0 persen,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa kental manis sebenarnya digunakan sebagai topping makanan. Sebabnya, sambung dia, entitas pangan tersebut tidak boleh diberikan kepada anak-anak yang masih tumbuh sebagai pengganti susu.
“Kental manis ini bukan susu, jangan sampai perkembangan otak anak-anak terganggu karena malah diberikan gula,” katanya.
Sementara itu, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arief Hidayat menyayangkan bahwa masih masyarakat yang berpersepsi bahwa kental manis adalah susu. Padahal, dia melanjutkan, komposisi kental manis mayoritas berisi gula dan hanya 5 persen mengandung susu.
“Kental manis bukanlah susu dan tidak boleh diberikan sebagai pengganti ASI,” kata Arief Hidayat.
Dia mengatakan, kental manis merupakan salah satu penyebab stunting. Dia melanjutkan, oleh karena itu kental manis tidak boleh diberikan kepada anak batita dan baru lahir untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan anak.
Arief mengingatkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang terus melakukan cuci darah akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan manis. Dia melanjutkan, akan menjadi hal yang sangat berbahaya apabila anak sudah mengonsumsi 3 sampai 6 botol kental manis per hari.
“Ini yang menyebabkan gangguan perkembangan otak pada anak. Makanya ini bahaya. Jadi kalau ibu ngasih kental manis sama saja ibu ngasih sirup ke anak,” katanya.
Diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa prevalensi stunting pada anak di bawah lima tahun (Balita) berkisar sekitar 20-30 persen. Namun, angka ini dapat bervariasi berdasarkan daerah. (nas)