Hamzah Haz Politisi Santun dan Teguh Pendirian, Begini Kata Aktivis PPP

INDOPOSCO.ID – Aktivis PPP Zainut Tauhid Sa’adi mengaku mengenal Hamzah Haz sejak masih aktif di organisasi kemahasiswaan. Sosok Wakil Presiden (Wapres) ke-9 tersebut merupakan politisi yang dekat dengan anak muda.
“Kesan pertama ketika bertemu dengan beliau adalah sosok pemimpin yang kental dengan tradisi pesantren, padahal beliau bukan seorang yang memiliki latar belakang pesantren,” kata Zainut Tauhid Sa’adi dalam keterangan, Kamis (25/7/2024).
Ia menuturkan, lingkungan organisasi yang membesarkan Hamzah Haz sangat kental dengan tradisi pesantren, yaitu Nahdlatul Ulama (NU). Sehingga gaya kepemimpinannya banyak diwarnai tradisi pesantren.
“Saya masih ingat sekitar tahun 1982, awal pertama saya menginjakkan kaki di Ibu Kota Jakarta, sebagai aktifis yang baru datang dari kota kecil Jepara, pertama yang harus saya lakukan adalah mendata nama-nama tokoh NU yang sudah sukses,” terangnya.
“Tujuannya tak lain untuk menimba pengalaman sekaligus ngalap berkah untuk menyambung hidup di Ibu Kota. Dari sekian banyak nama tokoh NU, nama Hamzah Haz adalah yang menjadi prioritas untuk saya kunjungi karena posisi beliau sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PPP,” imbuhnya.
Ia menuturkan, untuk bisa bertemu dengan Hamzah Haz sangat mudah. Tinggal menunggu di masjid setiap waktu shalat fardhu, bisa dipastikan akan bertemu dengannya. Karena, Hamzah Haz termasuk orang yang sangat rajin menjaga shalat berjamaah di masjid.
“Kediaman beliau baik di Matraman maupun di Bogor semuanya berdampingan dengan masjid. Hal itu bukan karena kebetulan tetapi memang beliau sengaja membangunnya agar bisa setiap waktu shalat berjamaah di masjid,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kebiasaan shalat berjamaah itu tidak hanya saat beliau menjadi anggota DPR RI, tetapi masih melekat sampai beliau menjadi Menteri dan Wakil Presiden. Tidak heran bila di setiap tempat dimana beliau diberi tugas negara beliau selalu mengutamakan untuk membangun masjid.
“Kebiasaan wadhifah atau amalan sunnah tambahan yang dikerjakan secara rutin oleh beliau adalah puasa Senin – Kamis dan tadarus atau membaca al-Quran,” ucapnya.
“Hampir tidak ada waktu yang beliau tidak manfaatkan untuk membaca al-Qur’an, dimana pun tempatnya,” imbuhnya.
Lebih jauh ia bercerita, pernah suatu mendampingi Hamzah Haz melakukan kampanye Pilpres 2004 ke Nusa Tenggara Barat (NTB), saat menjadi Capres. Saat itu Hamzah Haz menjabat sebagai Wapres, sehingga penerbangan menggunakan pesawat kepresidenan. “Berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma, kami bertiga Pak Hamzah Haz, Ibu Nani Hamzah Haz dan saya. Saya duduk di kursi bersebelahan dengan beliau. Begitu pesawat sudah take off maka pramugari menyajikan makanan untuk sarapan,” katanya.
“Dalam hati saya merasa bersyukur, karena tadi pagi berangkat belum sempat sarapan, ibarat pucuk dicinta ulam pun tiba. Tapi apa yang terjadi? Setelah pesawat take off Pak Hamzah bukannya langsung menyantap hidangan yang tersedia, tapi beliau mengeluarkan al Quran dari tas dan kemudian beliau membacanya,” imbuhnya.
Ia menuturkan, tak ingin dianggap tidak sopan dengan mendahului makan, rasa lapar pun harus ditahan. “Jadi terpaksa saya harus sabar menahan rasa lapar menunggu beliau selesai membaca al Quran, pikir saya paling 5 – 10 menit sudah selesai. Tapi ternyata bukan 10 menit selesai hampir 1 jam beliau membaca al Quran,” ucapnya.
“Mungkin beliau menyadari saya sudah mulai gelisah karena lapar, Pak Hamzah bertanya: Kenapa tidak dimakan sarapannya ? Saya bilang menunggu Bapak. Pak Hamzah bilang silakan kamu sarapan duluan, masih ada waktu 1 jam sampai di Mataram, saya akan meneruskan ngaji dulu dan kebetulan hari ini kan hari Senin jadi saya Insyaallah berpuasa,” imbuhnya.
Dalam karier politik, dikatakan dia, Hamzah Haz dimulai pada 1971 ketika beliau menjadi Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun yang sama, dia terpilih sebagai wakil rakyat dari Partai NU.
Setelah NU fusi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Pak Hamzah aktif di PPP dan menjadi anggota DPR RI dari tahun 1971 hingga 1999. Puncak karir politik di PPP menjabat sebagai Ketua Umum DPP PPP selama 2 periode pada tahun 1998 – 2007.
“Selama beliau menjabat sebagai Ketua Umum PPP saya berkesempatan mendampingi beliau sebagai Wakil Sekjen yang merangkap sebagai sekretaris Pimpinan Majelis Syariah,” katanya.
“Pak Hamzah Haz ini seorang pemimpin partai yang sangat berpengalaman, memiliki jam terbang tinggi dan piawai dalam mengemudikan PPP yang notabene partai politik yang memiliki dinamika internal sangat tinggi,” lanjutnya.
Ia menyebut, beberapa konflik internal PPP mampu diredam dan selesaikan dengan sangat elegan. Salah satu kekuatan kepemimpinan Hamzah Haz adalah kedekatannya dengan para ulama, habaib dan kyai yang menjadi simpul kekuatan PPP. Sikap hormat dan takzim Hamzah Haz terkhusus kepada Mbah Maimoen Zubair sebagai Ketua Majelis Syariah.
“Suatu hari saya ditelepon Pak Hamzah, saat itu beliau menjabat sebagai Ketum PPP yang juga sebagai Wapres, beliau menanyakan posisi Mbah Maimoen ada dimana. Saya menjawab bahwa beliau ada di Sarang. Pak Hamzah Haz meminta saya sebagai sekretaris Mbah Maimoen untuk berkenan ke Jakarta karena ada situasi kegentingan yang memaksa di PPP. Yakni adanya gerakan para pimpinan PPP yang mendesak Pak Hamzah untuk segera mempercepat pelaksanaan Muktamar,” ujarnya.
“Terhadap tuntutan itu Pak Hamzah bergeming untuk tetap sesuai dengan ketentuan PD/ PRT bahwa Muktamar akan diselenggarakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan,” imbuhnya.
Buntut dari keputusan tersebut, masih ujar dia, Hamzah Haz tersebut melahirkan ketidakpuasan sebagian pengurus DPP PPP yang menghendaki percepatan waktu Muktamar. Mereka kemudian secara sepihak menyelenggarakan Silatnas (Silaturahmi Nasional) dengan mengundang para pengurus DPW seluruh Indonesia dengan agenda salah satunya adalah percepatan waktu Muktamar.
“Menyikapi kader PPP yang “mbalelo” maka Pak Hamzah Haz menyelenggarakan rapat Pleno DPP DPP yang salah satu keputusannya memberikan sanksi pemberhentian para pengurus DPP PPP yang terlibat kegiatan Silatnas. Mereka yang diberhentikan antara lain ; Bahtiar Hamzah, Barlianta Harahap, Suryadharma Ali, Emron Pangkapi, Andi Muhammad Ghalib dan beberapa pengurus lainnya,” bebernya.
“Mereka diberhentikan dari pengurus DPP PPP dianggap melanggar ketentuan PD/PRT karena menggelar Silaturahmi Nasional. Pemberhentian mereka dari pengurus DPP PPP bukannya menyurutkan gerakan mereka melawan Pak Hamzah, justru mereka melakukan perlawanan yang lebih keras dengan cara melakukan demo besar-besaran di depan kantor PPP,” imbuhnya.
Melihat gelagat yang tidak menguntungkan bagi citra PPP sebagai Partai Islam dan menjaga wibawa dan marwah Ketua Umum PPP yang juga sebagai Wapres, dikatakan dia, Hamzah Haz, merasa tidak nyaman kalau PPP di bawah kepemimpinannya kisruh dan pecah.
“Beliau melalui saya meminta untuk mengundang Mbah Maimoen selaku Ketua Majelis Syariah untuk datang ke Jakarta. Beliau meminta fatwa, saran dan pendapat agar bisa mengatasi konflik yang mengarah kepada perpecahan di tubuh PPP,” katanya.
“Mbah Maimoen dan beliau berkenan untuk terbang ke Jakarta dan langsung memerintahkan untuk segera menyelenggarakan Rapat Majelis Syariah untuk menyikapi situasi dan kondisi partai yang dilanda konflik,” imbuhnya.
Ia menyebut, ada 4 keputusan yang dikeluarkan oleh Pimpinan Majelis Syariah saat itu. Di antaranya:
1. Meminta kepada semua pihak untuk menahan diri dan kembali kepada ketentuan PD PRT.
2. Keputusan Silatnas dinyatakan tidak berlaku karena forum Silatnas tidak sesuai sesuai dengan Ketentuan PD PRT.
3. Meminta kepada DPP PPP untuk mencabut pemberhentian pengurus DPP PPP yang terlibat Silatnas.
4. Meminta kepada DPP untuk segera menyelenggarakan Mukernas untuk menjadwal percepatan Muktamar.
Berdasarkan keputusan Majelis Syariah tersebut, lanjut dia, Hamzah Haz segera menyelenggarakan Rapat Pleno DPP PPP untuk mencabut keputusan tentang pemberhentian pengurus DPP yang terlibat Silatnas. Dan menjadwalkan pelaksanaan Mukernas untuk menentukan Pelaksanaan Muktamar.
“Dengan keputusan tersebut Pak Hamzah Haz sebagai Ketua Umum merasa tidak kehilangan muka mencabut kembali keputusannya sendiri memberhentikan pengurus pro Silatnas. Justeru beliau sebagai Ketua Umum menunjukkan jiwa besarnya dan sikap ketaatannya melaksanakan fatwa dan perintah Ketua Majelis Syariah. Sikap inilah salah satu kepiawaian Pak Hamzah dalam mengelola konflik di PPP,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Hamzah Haz bukan hanya sebagai seorang pemimpin politik Islam, tapi beliau adalah seorang pemimpin bangsa dan negarawan yang merangkul dan melindungi semua golongan. Almarhum, menurutnya, seorang pemimpin yang berani mengambil risiko, tidak takut dihujat oleh lawan dan tidak mabuk dipuji oleh kawan.
“Pak Hamzah tidak takut dituduh melindungi teroris karena beliau mengunjungi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di Ponpes Ngruki, karena beliau ingin merangkul dan mengajak Abu Bakar Ba’asyir untuk kembali ke pangkuan NKRI,” katanya.
“Bahkan beliau dengan lantang mengatakan, “Sebenarnya siapa terorisnya, siapa yang menentang HAM? Jawabannya adalah Amerika Serikat karena menyerang Irak. Apalagi raja terorisnya yang melancarkan perang,” imbuhnya.
Hingga akhir hayatnya, dikatakan dia, Hamzah Haz tetap dengan keyakinan dan komitmennya yang kuat memperjuangkan ide dan gagasannya untuk menjadikan Indonesia menjadi negara yang religius, beradab, aman dan nyaman bagi semua golongan, adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
“Selamat jalan ayahanda, guru dan inspirator yang selalu memberikan pencerahan. Semoga Allah SWT Tuhan yang Maha Rahman akan memberikan tempat yang mulia di alam keabadian. Wajahmu yang selalu tersenyum akan disambut para penghuni surga dengan sejuta senyuman,” ucapnya.
Sebelumnya, Bangsa Indonesia kembali kehilangan putra terbaiknya Bapak Hamzah Haz seorang pemimpin muslim yang shalih, santun, istiqamah (konsisten) dan teguh dalam pendirian. Hamzah Haz wafat pada Rabu (24/7/2024) dalam usia 84 tahun. (nas)