Nasional

Etika Bebas Berpendapat di Dunia Digital ini Perlu Diterapkan, Ini Kata Akademisi

INDOPOSCO.ID – Dalam era digital, setiap komentar dan opini berdampak luas di masyarakat. Untuk itu penting mempertimbangkan akurasi informasi dan dampak dari setiap pendapat yang disampaikan.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebut pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 jiwa penduduk Indonesia.

Sementara, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Dibandingkan periode sebelumnya, ada peningkatan 1,4 persen. Terhitung sejak 2018, penetrasi internet Indonesia mencapai 64,8 persen. Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023.

“Mengacu Pasal 19, Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia 1948, setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi,” ujar Dosen Universitas Bengkulu Lisa Andhrianti dalam webinar secara online, Minggu (19/5/2024).

Ia menyebut, hak asasi tersebut mencakup kebebasan untuk berpendapat tanpa intervensi. Dan untuk mencari, menerima dan berbagi informasi.

“Juga berbagi ide melalui media apapun dan tanpa memandang batas negara,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rejang Lebong, Noprianto mengatakan, upaya aman berpendapat di dunia digital dapat dilakukan dengan cara mencegah penyebaran misinformasi. Dengan mengidentifikasi dan mengganggu pelaku jahat yang mencoba memanipulasi wacana online.

”Menggunakan platform dengan langkah keamanan yang kuat untuk melindungi dari peretasan, phising, dan ancaman dunia maya lainnya,” ujarnya.

“Individu harus menyadari bagaimana data mereka dikumpulkan, disimpan, dan digunakan oleh platform online,” imbuhnya.

Ia menyebut kemampuan analisis yang baik sangat dibutuhkan dalam berpendapat di era digital. Selain itu, mampu melakukan verifikasi informasi sebelum menyampaikan pendapat.

“Kemampuan memahami konteks dan menganalisis dampak juga penting untuk etika berpendapat,” ucapnya.

Dia menambahkan, empati adalah kunci dalam berpendapat di era digital. Dengan memahami sudut pandang orang lain sebelum memberikan pendapat. “Dengan memperhatikan perasaan dan pandangan orang lain, kita dapat menghindari konflik dan membangun dialog yang lebih baik,” ujarnya. (nas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button