Nasional

Anies Ingin Lakukan Perubahan Secara Menyeluruh di Sektor Maritim

INDOPOSCO.ID – Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan memaparkan visi dan misinya dalam Food and Agriculture Summit III di IPB Bogor,

Menurut Anies, tanpa ada keseriusan untuk menangani soal keadilan, maka persatuan itu sulit dijaga. Persatuan dalam ketimpangan itu sulit ditemukan.

“Terjadi kesetaraan, terjadi keadilan. Dari situ muncul persatuan. Persatuan yang sebenarnya. Ada persatuan tapi semu, dengan dijaga angkatan bersenjata. Itu pernah kita rasakan dulu pada zaman Orde Baru,” ujar Anies, Senin (18/12/2023).

Tantangan dan yang menjadi concern kita, ujar Anies adalah harga pangan yang timpang dan tak terjangkau.

“Kemudian petani dan nelayan yang belum sejahtera, kerentanan pangan akibat ketergantungan pada impor, tantangan global karena ada krisis iklim, ada kenyataan bahwa petani kita mayoritas berusia di atas 43 tahun, lalu kenaikan harga pangan,” katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengungkapkan, lebih dari separo pengeluaran masyarakat di Indonesia adalah untuk pengeluaran pangan.

“Kita berhadapan dengan kenyataan, penduduk bertambah lahan pertanian berkurang. Tantangan ini semua untuk mewujudkan revolusi agromaritim. Di antara tiga pasang calon presiden, visi misi yang menyebutkan diksi (pilihan kata, red) agromaritim hanya visi misi calon presiden nomor satu,” terang Anies.

Menurut Anies, dalam bayangannya, Indonesia menjadi negara maju itu kriterianya bukan industri, bukan advance modern.

“Tapi apabila kita bisa menyebut diri kita a learning nation. Kalau kita bisa menyebut diri kita bangsa pembelajar, maka kita sampai pada era maju,” katanya.

Kata Anies, dalam mewujudkan revolusi agromaritim, maka perlu melakukan perubahan secara menyeluruh di seluruh sektor agromaritim.

“Kami ingin ini dikerjakan dengan keseriusan. Banyak agenda kampanye, politik yang tidak dipikirkan seberapa bisa ia dieksekusi. Banyak yang membawa janji, tapi tak bersenyawa dengan janjinya. Selesai pemilu, dia lupa dengan apa yang dipidatokan,” cetus Anies.

Karena itu, kata dia, ia ingin bersenyawa betul dengan ini. “Kami siapkan dua track, berkampanye dan tim policy (kebijakan, red). Tim policy ini sudah bekerja setahun menyusun semua. Bila Allah takdirkan, tim sudah siap dengan seluruh gagasan untuk dibawa bagi perubahan supaya komprehensif,” ujar Anies.

Anies mengungkapkan, dia ingin berubah dari kebijakan impor pangan yang serampangan dengan tanpa perencanaan yang matang, tanpa strategi jangka panjang, kebijakan jangka pendek, tapi kemudian dijalankan secara repetitif dalam durasi yang panjang, sehingga ia seakan menjadi policy jangka panjang.

“Kita ingin kemandirian pangan. Kemudian dari harga pangan tinggi, menjadi harga pangan terjangkau. Dari nelayan dan petani yang menderita, menjadi petani dan nelayan yang sejahtera,” papar dia.

Anies mengungkapkan, perlu perubahan dari program sektoral tak terintegrasi dan tumpang tindih, menjadi kelembagaan yang kuat, kolaboratif, dan sinergis.

“Dari agromaritim konvensional menjadi agromaritim yang berkelanjutan. Hampir semua desa nelayan adalah desa yang miskin. Kalau di desa, penerima bansos adalah orang yang punya profesi petani, nelayan. Tapi mereka tidak bisa menghidupi dirinya dari profesinya,” ungkap Anies.

Selama ini di Indonesia, ujar Anies, kemiskinan didekati sebagai masalah sosial. Karena itu, diselesaikan lewat Kementerian Sosial.

“Di sisi lain, kalau kita selesaikan sebagai masalah ekonomi, maka kebijakan tata niaganya diperbaiki, sehingga pelaku-pelaku ekonomi yang pendapatannya kurang mereka bisa meningkat. Sehingga mereka tidak terus menjadi penerima bansos. Ini pendekatannya berbeda. Mau kita lihat sebagai masalah sosial atau masalah ekonomi,” tandasnya. (dil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button