Nasional

Survei KRPA : Pelecehan Seksual Semakin Tinggi Selama Pandemi

INDOPOS.CO.ID – Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA), yang terdiri dari Hollaback Jakarta, Yayasan Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta (Jakarta Feminist), dan Dear Catcallers Indonesia, mengadakan survei pelecehan seksual di ruang publik selama pandemi Covid-19 di Indonesia.

Survei ini dilaksanakan secara nasional pada akhir tahun 2021 selama 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP). Survei ini didukung oleh Rutgers World Population Foundation (WPF) Indonesia.

Mewakili KRPA, Anindya Vivi menjelaskan dari analisis data survei yang diikuti oleh lebih dari 4 ribu orang yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia, KRPA menemukan bahwa pelecehan seksual yang dialami masyarakat semasa pandemi semakin tinggi dan membahayakan.

“Menurut hasil survei, 4 dari 5 responden perempuan mengalami pelecehan seksual selama pandemi. Selain itu, selama pandemi 3 dari 10 laki-laki mengalami pelecehan seksual, sementara sebanyak 83% responden gender lainnya (non-binary, transpuan, transpria, dan identitas gender lainnya) mengalami pelecehan seksual pada saat pandemi,” ujar Anindya, Senin (31/1/2022).

Baca Juga : Kasus Pelecehan Mahasiswi Unsri, Berkas Dua Tersangka Dosen Dilimpahkan ke Kejati

Selain itu, kata Anindya, survei KRPA juga menemukan bahwa pelecehan seksual masih banyak terjadi di ruang publik fisik (offline) dan bahkan meluas hingga ke ruang-ruang digital (daring/online).

“Responden yang mengalami pelecehan seksual mengungkapkan bahwa mereka paling sering mengalami pelecehan seksual di 5 lokasi tertinggi yaitu ruang publik seperti jalanan umum atau taman (70% responden), kawasan pemukiman (26% responden), transportasi umum, termasuk sarana dan prasarananya (23% responden), toko, mall, dan pusat perbelanjaan (14% responden) dan tempat kerja (12% responden),” katanya.

Kemudian, lanjut Anindya, di ranah digital/online, pelecehan seksual paling tinggi terjadi di lima ruang daring yaitu media sosial (42% responden), aplikasi chat (33% responden), aplikasi kencan daring (9% responden), ruang permainan virtual (4% responden), dan ruang diskusi virtual (2% responden).

Lebih jauh Anindya Vivi menyatakan, selama pandemi Covid-19, lokasi terjadinya pelecehan seksual semakin meluas, bahkan terjadi di ruang terkait kesehatan dan Covid-19.

Fasilitas kesehatan, kata Anindya, yakni lokasi pemeriksaan tes Covid-19, dan tempat karantina pasien Covid-19 juga dilaporkan menjadi tempat terjadinya pelecehan seksual oleh 134 responden. Bahkan 44 responden melaporkan bahwa pelaku pelecehan adalah tenaga kesehatan.

Anindya menjelaskan, KRPA juga mengeluarkan data terkait identitas pelaku pelecehan. Menurut hasil survei, identitas pelaku pelecehan seksual antara lain adalah orang tak dikenal, teman, rekan kerja, penyedia jasa transportasi, tetangga, dan anggota keluarga.

“Data ini kembali memecah mitos yang banyak orang yakini bahwa pelecehan seksual hanya dilakukan oleh orang tak dikenal, padahal sebenarnya banyak juga dilakukan oleh orang yang korban kenal, bahkan anggota keluarga sendiri,” kata Siti Aminah Tardi, selaku Komisioner Komnas Perempuan menanggapi hasil survei.

Salah satu temuan penting dari survei ini juga membuktikan bahwa kebanyakan orang yang mengalami pelecehan seksual tidak menikmati pengalamannya dan menolak anggapan masyarakat bahwa pelecehan merupakan pujian.

“Orang yang mengalami pelecehan banyak mengaku kalau mereka merasa tidak nyaman, kesal, dan marah. Beberapa responden juga mengaku kalau mereka merasa depresi hingga terpikir untuk bunuh diri,” tambah Anindya Vivi.

Selain itu, hasil survei kali ini juga menunjukkan bahwa perempuan dan gender minoritas lainnya memiliki kecenderungan mengalami pelecehan seksual di ruang publik enam kali lebih besar daripada laki-laki selama pandemi Covid-19.

Pelecehan seksual pada saat pandemi adalah isu besar yang harus kita respons dengan serius. Pelecehan seksual mempersulit masyarakat hidup di tengah krisis oleh pandemi Covid-19. Ancaman keselamatan menjadi berlapis di masa pandemi ini, dua dari tiap tiga responden survei yang mengalami pelecehan menyatakan hal tersebut memperparah situasi dan perasaan mereka di saat pandemi,” ujar Anindya.

“KRPA ingin mengajak semua orang untuk gerak bersama melawan pelecehan dengan menggunakan data ini sebagai alat advokasi dalam membentuk ruang publik yang aman di lingkungan masing-masing,” ujar Rastra Yasland dari KRPA. (dam)

Back to top button