Nasional

Booster Vaksin Covid-19 Bisa Kurangi Risiko Gejala Omicron

INDOPOSCO.IDSuntikan booster vaksin Covid-19 menjadi cara terbaik mencegah infeksi varian Omicron. Untuk meningkatkan perlindungan dari dua dosis vaksin sebelumnya dan bisa membantu menurunkan risiko rawat inap.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penyuntikan vaksin dosis ketiga atau booster dapat membantu tingkat keparahan varian Omicron. Itu berdasar sebuah penelitian dari Skotlandia.

“Mereka yang sudah mendapat vaksinasi dosis ketiga atau booster punya risiko 57 persen lebih rendah, untuk menunjukkan gejala-gejala sesudah terinfeksi Omicron,” kata Tjandra Yoga dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (11/1/2022).

Baca Juga : Masyarakat Diimbau Lengkapi Vaksin Covid-19 dan Bersiap Terima Booster

Penelitian itu menyebutkan bahwa, menunjukkan penurunan angka masuk rumah sakit pada varian Omicron dibandingkan Delta.

Meski varian Omicron lebih menular dibandingkan varian virus corona lainnya dan meningkatkan risiko infeksi ulang.

“Kemungkinan infeksi ulang pada Omicron adalah 10 kali lebih tinggi, daripada mereka yang terinfeksi varian Delta,” tutur Tjandra.

Penelitian dari beberapa negara lainnya, sesuai “European Centre for Disease Prevention and Control” 7 Januari 2022 mencatat “The United Kingdom Health Security Agency” bahwa pasien Omicron lebih kecil kemungkinan dirawat di rumah sakit.

Baca Juga : Pengamat: Pemerintah Harus Berkaca pada Vaksinasi Gotong Royong

“Orang yang terinfeksi Omicron punya risiko 50 persen lebih rendah untuk harus masuk rumah sakit bila dibandingkan terinfeksi varian Delta,” ujar Tjandra.

Penelitian itu juga melaporkan risiko masuk rumah sakit turun 65 persen pada mereka, yang sudah divaksin dua kali. Turun 81 persen pada yang sudah divaksin tiga kali, dibandingkan dengan mereka tidak mendapat vaksin sama sekali.

Selain itu, peneliti dari Kanada yang mengkonfirmasi rendahnya angka masuk rumah sakit (0.3 persen) dan juga angka fatalitas (<0.1 persen) pada varian Omicron.

“Tentu saja kalau jumlah kasus banyak sekali maka walaupun persentase relatifnya rendah, tapi angka mutlak bisa jadi cukup menimbulkan masalah pula,” ucap mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu. (dan)

Back to top button