Pengamat: Pemerintah Harus Berkaca pada Vaksinasi Gotong Royong

INDOPOSCO.ID – Peneliti Transparency Internasional Indonesia (TII) Agus Sarwono menolak vaksin dosis ketiga (booster) berbayar. Sebab, vaksin dosis pertama dan kedua belum mencapai target.
“Vaksinasi dosis pertama oke 80 persen, tapi dosis kedua masih di bawah 56 persen. Bahkan vaksin untuk lansia 42 persen dosis lengkap, dan secara provinsi hanya 6 provinsi di atas 60 persen, sisanya masih minim,” kata Agus Sarwono secara daring, Kamis (6/1).
Pada kondisi tersebut, lanjut dia, pemerintah harus fokus menyelesaikan vaksinasi dosis pertama dan kedua. Selain itu juga pemerintah harus melakukan pemetaan kelompok-kelompok penerima vaksin booster.
“Kelompok ibu hamil, kelompok dengan komorbit tidak masuk dalam penerima booster, hanya kelompok lansia dan anak-anak,” ungkap Agus.
“Jadi kelompok usia sudah terlihat dalam kelompok penerima vasin booster, tapi kelompok rentan lainnya tidak masuk,” imbuhnya
Agus mengatakan, pembelian vaksin menggunakan APBN. Jadi tidak elok apabila vaksinasi ketiga harus berbayar.
“Kita harus belajar dari vaksin gotong royong, itu kan gagal. Karena dosis kedua baru 8,17 persen,” katanya.(nas)