Ciptakan Mesin Perontok Sendiri, Petani Wangunrejo Ini Bisa Hemat Waktu Panen

INDOPOSCO.ID – Suara mesin perontok padi memecah keheningan pagi di Desa Wangunrejo, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo. Di bawah terik matahari, Nampak Widadi tengah mencoba mesin perontok padi.
Sudah satu pekan petani di Desa Wangunrejo sedang panen raya. Ini rupanya berimbas pada pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani.
“Alhamdulillah lagi banjir orderan membuat mesin perontok padi. Ya, meskipun jadi petani, saya sedikit-sedikit bisa bertukang,” kata Widadi kepada INDOPOSCO.ID, Senin (30/8/2021).
Beberapa tahun terakhir petani di Desa Wangunrejo mulai melek teknologi. Kini mereka beralih menggunakan mesin perontok untuk memanen padi di sawah.
Penggunaan mesin perontok padi, menurut pria yang genap berusia 45 tahun ini, sangat membantu para petani saat panen raya.
“Kalau dulu petani di sini masih menggunakan alat manual untuk merontokkan padi, kami kewalahan mencari orang. Karena, panen selalu bersamaan, jadi masing-masing petani sibuk memetik padi di sawahnya,” tutur ayah dua orang anak ini.
Menurut pria yang memiliki kemampuan tukang kayu secara otodidak ini, untuk membuat mesin perontok padi sangat mudah dan sederhana. Biayanya pun tidak membuat kantong kering.
“Saya gunakan mesin diesel 5,5 PK dengan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Mesinnya bisa dibeli dengan harga Rp1 jutaan. Untuk kerangka mesin perontok cukup dengan kayu sisa-sisa. Tapi kalau ingin tahan lama dan kuat kita bisa gunakan kayu yang bagus seperti kayu jati atau nangka,” ungkap Widadi.
“Jadi kalau total biaya untuk membuat mesin perontok padi ini cukup Rp2 jutaan,” imbuhnya.
Biasanya, setiap musim panen tiba, pria yang tidak selesai mengenyam pendidikan sekolah dasar ini selalu mendapatkan order membuat mesin perontok padi.
Karena biaya yang relatif terjangkau tersebut, banyak petani di sekitar Desa Wangunrejo memesan mesin perontok padi kepada Widadi.
“Ya kalau pesanan sebelum panen bisa saya buatkan. Tapi kalau sudah mulai panen, agak repot karena harus ke sawah. Jadi biasanya order masuk sebulan sebelum panen raya,” katanya.
Lebih jauh Widadi mengungkapkan, penggunaan mesin perontok padi sangat hemat dan efisien. Penggunaan mesin perontok padi selama empat hari, cukup dengan BBM dua liter.
“Waktu masih manual, untuk sawah ukuran 1 iring (1.785 Meter Persegi) bisa selesai 4 hari. Dengan mesin perontok padi cukup 2 hari dan hasil gabahnya lebih bersih karena mesin sudah double blower,” ujarnya.
“Kalau BBM-nya sangat irit, 1 iring saja hanya 1 liter premium. Jadi sudah irit, badan juga enggak capek,” imbuhnya.
Setiap musim panen sedikitnya Widadi bisa membawa pulang gabah 2,6 ton gabah dari 2 iring (3.570 Meter Persegi) sawah miliknya. Dengan kualitas gabah yang lebih baik.
“Alhamdulillah kami petani sangat terbantu dengan adanya teknologi. Tidak itu saja, kami juga bersyukur di sini mudah untuk mendapatkan BBM nya. Karena mesin tanpa BBM juga percuma,” kelakarnya.
Kendati para petani di Wangunrejo kini lebih mudah memetik padi dengan mesin perontok padi. Namun hujan masih menjadi kendala. Sebab, mesin perontok padi pun tidak bisa digunakan saat panen raya di musim penghujan.
“Sebenarnya mesin masih bisa digunakan, tapi kendalanya padi yang sudah dipisahkan dari batangnya harus segera dikeringkan. Dan di sini kami belum punya alat pengering padi. Jadi sangat berisiko kalau padi tetap kita rontokkan, akan tumbuh bila 2 atau 3 hari tidak dikeringkan,” ungkapnya.
Widadi dan para petani di Desa Wangunrejo berharap ada bantuan alat pengering padi dari pemerintah. Karena ini sangat membantu petani saat panen raya di musim penghujan. (nas)