Bahan Dasar dari Kayu, Pembuatan Tas Koja Baduy yang Dikenakan Presiden Bisa Sampai Seminggu

INDOPOSCO.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih mengenakan pakaian adat Suku Baduy dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76.
Dalam kesempatan itu, orang nomor satu di Indonesia mengenakan pakaian adat yang biasa digunakan orang Baduy Luar. Mulai dari Kampret (baju berwarna hitam), lomar (ikat kepala), dan koja (tas selempang).
Kemudian, tas koja itu menjadi perhatian publik lantaran jenis dan bentukanya berbeda dengan tas pada umumnya. Memiliki kerangka benang yang berjarak.
Pemerhati Suku adat Baduy, Uday Suhada mengatakan, bahan dasar tas koja terbuat dari kayu terep. Kemudian lulitnya di ambil, dijemur hingga dijadikan seperti benang. Biasanya, tas itu dikerjakan oleh lelaki orang Baduy Luar.
“Koja bahan dasarnya kulit kayu terep. Kulitnya diambilin, dijemur, dubuat benang. Kalau sudah kering itu di anyam,” katanya saat dihubungi, Senin (16/8/2021).
Selain koja, kata dia, ada juga tas jarog. Perbedaannya ada di tali tas. Koja memiliki talinya hanya satu dan jarog ngerumbay (banyak).
Kemudian, jarog terbuat dari kayu kasungka. Biasanya, pembuatan tas itu oleh orang Baduy Dalam. Bahkan, benang dari kayu kasungka dapat dibuat untuk jala atau alat penangkap ikan.
“Ada juga bahan dasar yang jarang dibuat kulit kayu kasungka. Cuma yang membuat orang Baduy dalam warnanya lebih hitam dan awetnya lebih. Kayu kasungka dapat dibuat dari jala karena tahan di air. Kalau kayu terep tidak kuat tahan air,” terangnya.
Ia menyebutkan, pembuatan tas koja bisa memakan waktu satu hingga dua minggu. Kecepatan pembuatan tergantung aktivitas orang Baduy.
“Tergantung pada kebiasaan (aktivitas) mereka. Ada yang selesai seminggu, 2 minggu, karena tugas mereka berladang. Itu dibuatnya di rumah,” ujarnya.
Uday berujar, kegunaan tas koja sebagai wadah alat ke ladang atau wadah bekal jika orang Baduy melakukan perjalanan ke luar.
“Untuk wadah tas ketika mereka berkunjung ke ladang atau bahkan keluar dari Baduy. Di samping suka dijual, produksi paling sebulan 2 atau 3, itu dijual,” ujarnya. (son)